Minggu, 24 April 2016

Don't Touch My Wife (chapter 4 end)

Don't Touch My Wife
Cast : lee jieun (iu)/park chanyeol/oh sehun/xi luhan/byun baekhyun.
Other cast : find yourself!
Rated : 17
Genre : married life, sad, romance, hurt.
Author : Lea.

Maaf ya kalo banyak typo. Just read and appreciate guys! You can do it by like or comment. Commentnya yang membangun ya! Karena apresiasi kalian sangat berarti bagi saya ^^

>
>
>
Jieun melihat kedua lelaki itu secara bergantian, Kemudian ia melepas salah satu tangan yang menggenggamnya. Chanyeol punya harapan karena tanggannya masih dalam genggaman jieun namun tak butuh waktu lama jieun kembali melepas genggamannya juga.
"Maaf...." ucap jieun diantara dua lelaki itu lalu melangkahkan kakinya menjauhi chanyeol, ia memilih berjalan ke arah rumah sehun. Wajahnya tertunduk sedih, sekarang ia yang naif menginginkan chanyeol terus disampingnya tapi juga ingin melihat lelaki itu bahagia dengan minhye.
"See, jieun lebih memilihku tuan park. Kau tinggal tunggu kelanjutnnya" sehun tersenyum menang setelah itu ia menyusul jieun kedalam rumah.
"Sebegitu bencikah kau padaku park jieun?", Ia memang bukan lelaki cengeng yang menangis untuk melampiaskan perasaannya, tapi ia menangis karena menahan perasaannya. Hatinya begitu hancur sekarang.

Tidak jieun, kau tidak tahu bahwa selama ini chanyeol tidak pernah bertemu dengan minhye. Ia membohongi dirinya sendiri, menutupi itu semua dengan selalu bersikap dingin dan acuh padamu. Ia hanya terbayang-bayang masa lalu.

>sudah dua jam chanyeol mematung ditempat, kakinya tak berpindah barang sedikitpun. Berharap jieun akan berlari kembali padanya,memeluknya dan menggenggam tangannya, memulai hidup mereka yang baru lagi, tapi itu hanya sebuah harapan, ya hanya harapan. Maniknya terus menatap rumah dihadapannya, sorot penuh harapan dan kepiluan menjadi satu.

"Mau berapa lama kau memperhatikannnya ji? ucap sehun yang gerah melihat wanita itu masih memperhatikan lelaki diluar rumahnya. Entah apa yang jieun pikirkan sekarang, Jieun tidak mendengar apa yang sehun ucapkan, ia terlalu fokus dengan sosok diluar sana hingga suatu pelukan menyadarkannya.
"Op oppa...apa yang kau lakukan?" Tanya jieun ketakutan,ia mencoba melepas tangan besar itu dari pinggangnya namun percuma saja kekuatannya tidak bisa dibanding dengan tenaga lelaki itu. Jieun melirik keluar jendela masih mendapati chanyeol yang berdiri disana. Mengapa sehun menjadi agresif seperti ini, lelaki itu memojokkan jieun hendak menciumnya namun sebuah tamparan mendarat dipipinya. Sehun tersenyum miring setelahnya.
"Hehm, kau memberiku sebuah pembukaan ji" ucap lelaki itu kemudian menjatuhkan tubuh kecilnya keatas tempat tidur, ia mulai mencengkram lengan jieun yang tak berdaya. Kekuatannya terlalu kecil untuk melawan lelaki itu sekarang.
"Cha chanyeol oppa" ucap jieun disela-sela menghindar setiap sentuhan yang lelaki itu berikan, ia menangis. Sehun menghentikan kegiatannya dan tersenyum miris.
"Kau..."
Jieun mendorong sehun sekuat tenaga membuat lelaki itu tersurung kebelakang.
Jieun dengan cepat bangun dari tidurnya, tangannya hendak mencapai knop pintu kamar, namun tangan lain mendahuluinya.
"Kau milikku ji!" Sehun berdiri di depan jieun yang terlihat ketakutan.
"Sehun oppa sadarlah... kau tidak bisa seperti ini!" ucap jieun terus berjalan mundur seiring sehun yang berjalan mendekat ke arahnya hingga jieun tidak bisa kemana-mana lagi.
"Aku akan membuatmu menjadi milikku selamanya jieun sayang" ucap sehun mengelus wajah wanita dihadapannya. Sehun melanjutkan aksinya lagi memojokan jieun hingga kepala wanita itu berbenturan dengan jendela dibelakangnya, sehun menarik kasar baju putih yang jieun kenakan hingga sobek, ia mencoba menghindar hingga tirai putih jendela itu putus dan terbuka lebar.
"Chanyeol oppa!..." hati dan lisan jieun berteriak memanggil nama suaminya.
Chanyeol yang masih memperhatikan rumah dihadapannya terkejut melihatnya dari balik jendela, istrinya dalam bahaya. Beraninya lelaki itu menyentuh istrinya. Ia berlari memasuki rumah besar itu mendobrak pintu utama, tidak peduli rasa sakit yang ia dapat saat melakukannya, yang ada dipikirannya sekarang adalah jieun. Mendobrak kembali pintu kamar yang didalamnya jieun berada.
'Buk' sebuah tinju mendarat dipipi kanan lelaki putih berbibir tipis itu dan tinjuan kembali ia dapat dipipi kirinya hingga sehun tidak sadarkan diri.
"Jieun..." chanyeol menghampiri jieun yang berjongkok memeluk kedua kakinya, kepalanya yang menunduk membuat rambutnya menutupi wajah cantiknya. Chanyeol membantu jieun berdiri, keadaan istrinya terlihat sungguh mengenaskan.
"Ayo ji kita  pergi dari sini" ajak chanyeol menarik tangan istrinya tanpa menunggu persetujuan.
>
>
>
"Ayo ji, kau harus mengisi perutmu walau sedikit" chanyeol menatap sedih istrinya, bajunya yang sobek disekitar pundak dan pinggangnya. Matanya hanya menatap kosong makanan yang chanyeol berikan.
"Ji sadarlah, aku ada disini. Kau aman bersamaku"
"Mian oppa" ucap jieun lemas.
"maaf untuk apa? Aku yang seharusnya meminta maaf padamu park jieun. Aku telah gagal menjadi suami yang baik bagimu" ucap chanyeol sembari merengkuh tubuh jieun kedalam pelukannya. Hangat, ya perasaan hangat yang kedua insan itu rasakan. Aroma rambut dan tubuh istrinya sangat menenangkan. Ia menenggelamkan kepalanya menghirup dalam-dalam aroma yang dirindukannya.
"Oppa... aku rela melepasmu bahagia bersama wanita yang kau cintai, cari minhye dan perjuangkan cintamu. Aku tidak apa-apa, seperti yang aku ucapkan waktu itu" setelah itu jieun melepas pelukannya membuat chanyeol harus menghentikan kegiatannya.
"Aku akan urus surat cerainya kembali"
"Tidak ji, kau harus tetap disampingku. Karena... aku mencintaimu ji, kau adalah park jieun, istriku, milikku, jadi kau tidak boleh pergi kemana-mana lagi. Hatimu, cintamu, tubuhmu semuanya milikku begitu pula sebaliknya".
"Op-" chanyeol membungkam mulut jieun dengan ciumannya. Lembut dan halus, jauh dari kata menuntut. Kedua insan itu larut dalam perasaan mereka yang menjadi satu.
>
>
>
Jieun terbangun dari tidurnya. Sebuat tangan besar melingkar erat dipinggangnya, hembusan nafas menyapu wajahnya ketika ia mengangkat wajahnya sedikit keatas. Seorang lelaki jangkung, berbibir tebal, bermata bulat, dan hidung mancungnya sungguh mempesona. Jari kecil lentik jieun mencoba menyentuh kedua mata yang masih terpejam itu. Ini baru pertama kalinya ia bisa menyentuh wajah chanyeol yang sebelumnya ia tidak berani untuk melakukannya.
Matahari sudah menelisik masuk tanpa permisi melalui celah jendela kamar, kicauan burung ikut menyambut sang mentari menyebarkan sinarnya. Jieun dengan perlahan memindahkan tangan chanyeol dari pinggangya, ia ingin membersihkan tubuhnya. Ia tidak sempat mengganti bajunya semalam, namun chanyeol malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Tetap disni ji" ucap chanyeol dengan suara ngebash yang sedikit serak, matanya masih terpejam.
"Eoh kau sudah bangun oppa?"
"Hm"
"Ini sudah pagi, aku akan menyiapkan sarapan untukmu"
"Aku tidak ingin sarapan, cukup kita tidur seharian berdua aku tidak akan merasa lapar park jieun" ucap chanyeol semakin menarik jieun lebih dekat.
"Baiklah, tapi aku harus ganti baju oppa, kau tidak lihat bagaimana keadaan bajuku sekarang?" Tanya jieun.
"Kau masih terlihat cantik meskipun dengan baju seperi itu ji"
"Tap- op-oppa apa yang kau lakukan? I-ini geli oppa"
Chanyeol menenggelamkan wajahnya, menghirup aroma disekitar leher istrinya, ia sangat menyukainya.

"Ji..."
"Wae?"
"Kau bersedia kan memulai semuanya dari awal bersamaku?"
"Ne oppa"
"Kalau begitu kita mulai dari membuat anak, bagaimana?"
"Yak... kenapa harus memulai dari tahap itu oppa?"
"Memangnya kenapa? aku menginginkannya ji..." rengek chanyeol. Jieun baru tahu sifat lain dari chanyeol. Ternyata ia bisa berubah menjadi dingin, dewasa, manja, dan menyeramkan.
"Tapi kan ini masih pagi oppa, lagian aku ingin pergi mandi dan setelah itu kita sarapan bersama, ne?"
"Baiklah" chanyeol melepas pelukannya dengan wajah kecewa. Jieun hanya tersenyum geli melihatnya.
>
>
>
Sehun bagun dari ketidaksadarannya, ia tidak mendapati jieun dikamarnya. Otaknya mencerna apa yang telah terjadi kemarin. Ia mengingat apa yang ia lakukan pada wanita yang dicintainya, perasaan takut kehilangan membuatnya lupa diri dan hampir saja melukai wanita itu. Sekarang jieun pasti sangat kecewa padanya. Ia menyesal telah melakukan itu, perbuatannya yang semula bertujuan ingin membuat jieun berada terus disampingnya malah membuat wanita itu pergi meninggalkannya. Ia sungguh menyesal.
>
>
>
"Apa kau tau,sebenarnya masakanmu sangat lezat. rasanya seperti masakan ibuku" ucap chanyeol setelah memasukkan sesendok nasi kedalam mulutnya.
"Ini selalu mengingatkanku padanya" lanjutnya.
"Oppa... bagaimana kalau kita mengunjungi mereka di jepang?" Usul jieun, ia tidak tega melihat chanyeol yang merindukan ibunya yang berada bersama ayahnya dijepang. orangtua chanyeol memiliki bisnis yang sangat besar disana, jadi wajar saja mereka sangat sibuk hingga jarang pulang untuk menemui anaknya.
"Aku tidak ingin mengganggu mereka ji, cukup mereka baik-baik saja disana. Lagipula aku masih harus mengurus bisnisku disini" jelas chanyeol yang mendapat anggukan mengerti dari jieun.

'Drrrrtt drrrttt'
"Yeoboseyo!"
"          "
"Kapan? Mengapa mendadak sekali"
"          "
"Baiklah, aku akan menunggu ceritamu nanti baek"
"           "
"Ya, aku pasti datang"
.
.
.
"Baekhyun?"
"Ya, yang tadi itu baekhyun"
"Ada apa dengannya oppa?"
"Ia akan menikah dan ingin kita datang nanti malam kesana?"
"Mwo? Waaah aku tidak menyangka baekhyun akan menikah? Bukannya ia tidak memiliki kekasih oppa?" Tanya jieun penasaran. Yang ia tahu bakhyun belum memiliki kekasih lagi setelah dikhianati oleh pacar yang sebelumnya.
"Entahlah, ia akan menceritakannya nanti" jawab chanyeol disertai gedigan dibahunya.
.
.
.
"Ji, apa kau sudah selesai?" Tanya chanyeol dari luar kamar mandi.
"Sebentar lagi oppa, ini sangat sulit memasangnya" teriak jieun dari dalam kamar mandi.
"Apanya yang sulit?" Tanya chanyeol penasaran. Jieun keluar dari kamar mandi dan menunjukkan resleting gaun yang dikenakannya.
"Ini, tolong tutup resletingnya oppa. Tanganku tidak bisa menggapainya" ucap jieun yang membelakangi chanyeol. Tangannya terus mencoba meraihnya namun tetap tidak bisa.
Dengan jantung yang berdetak cepat chanyeol mencoba menutup resleting istrinya, matanya tidak bisa beralih pada punggung putih istrinya itu, sulit baginya hanya untuk menelan ludah saja. Good,ia berhasil menutup rapat resleting itu.
"Ji, mengapa kau memakai gaun yang terbuka seperti itu?" Tanya chanyeol.
Ia tidak rela para lelaki diluar sana dengan enaknya menikmati pemandangan tubuh istrinya yang sedikit terekspos.
"Aku hanya punya ini oppa, bukannya ini gaun pemberian dari ibu mu?" Tanya jieun belum mengerti perasaan chanyeol sekarang.
"Ya tapi-"
'drrrtt drrrtt' ucapan chanyeol terpotong karena sebuah panggilan dari sahabatnya itu.
"Ya baiklah aku akan segera kesana" ucap chanyeol pada baekhyun diseberang telepon.
"Ayo acaranya akan segera dimulai kita harus bergegas" ucap cahnyeol sambil menarik pergelangan tangan istrinya, dan berhenti mendadak membuat jieun menabrak tubuh chanyeol yang berada dihadapannya.
"Aw, ada apa oppa kenapa berhenti menda-"
"Pakai ini terus dan jangan dilepas hingga kita pulang nanti,aku tidak ingin para lelaki kesepian disana dengan enaknya melihat tubuh istriku" jelas chanyeol setelah menyampirkan jas hitam miliknya di pundak jieun.
"Hm" jieun mengangguk mengerti.
Tindakan chanyeol sukses membuat jieun mengembangkan senyumnya. Ternyata chanyeol sudah berubah total, ia senang dengan kenyataan chanyeol sangat mencintainya.
>
>
>
"Selamat baek akhirnya kau menikah juga" ucap chanyeol setelah mereka sampai diacara pernikahan sahabatnya itu.
"Ne, selamat juga baekhyun ah" ucap jieun yang muncul dari belakang chanyeol.
"woahh kalian sudah baikan?" Tanya baekhyun yang kaget melihatnya.
"Ne"
"Aku senang melihatnya jieun ah" ucap baekhyun dengan senyuman mengembang.
"Kau berhutang cerita padaku baek" ucap chanyeol menagih hutang cerita sahabatnya itu.
"Ya aku akan menceritakannya sekarang"
"Oppa aku ingin ketoilet sebentar, baekhyun ah bisa kau tunjukkan dimana letak toiletnya" pinta jieun membuat ia harus menghentikan sebentar ceritanya pada chanyeol.
"Kau tinggal lurus dan belok ke kanan setelah itu kau akan menemukan pintu dengan tanda toilet wanita disana" jelas baekhyun.
"Oh ne gomawo"
"Apa perlu aku antar ji?" Tawar chanyeol.
"Tidak usah aku bisa sendiri oppa, kalian lanjutkan saja perbincangannya" jawab jieun dan berlalu dari hadapan kedua lelaki itu.
.
.
.
"Mwo? Jadi kau dijodohkan, dan kau baru mengenal wanita yang kau nikahi ini?" Chanyeol dibuat kaget mendengarnya, ia berharap baekhyun tidak memiliki cerita pernikahan yang menyedihkan sepertinya.
>
>
>
Perutnya sudah lega sekarang. Ia berjalan ke arah meja minuman hendak meraih gelas berisi sirup orange, tenggorokannya sangat kering, namun seseorang dengan cepat mengambilnya.
"Hi ji"
"Se sehun oppa" jieun berjalan mundur dan hendak pergi dari hadapan lelaki itu.
"Tunggu sebentar ji, aku ingin menjelaskan sesuatu padamu" ucap sehun menahan pergelangan tangan jieun.
"Mian oppa tapi sepertinya tidak ada yang perlu dijelaskan, jadi tolong lepaskan tanganmu" jieun mencoba melepaskan tangannya. Namun sehun lebih erat menggenggamnya.
"Aku mohon ji. Tolong dengarkan dulu".
Jieun melihat sehun, mempertimbangkan permohonannya.
"Baiklah, tapi tolong lepasakan tanganmu" ucap jieun risih.
Sehun melepas genggamannya dengan berat hati.
"Maafkan aku untuk kejadian kemarin ji. Aku menyesal melakukannya, aku berjanji tidak akan mengulanginya" ucap sehun menyesali perbuatannya, berharap jieun akan memaafkannya.
"Aku sudah melupakannya" ucap jieun dengan tidak menatap lawan bicaranya.
"Tapi apa kau memaafkanku?"
"Hm, ne aku memaafkanmu. Tapi aku mengundurkan diri dari pekerjaanku dirumahmu oppa".
"Aku mengerti ji... apa kau bersama suamimu?" Tanya sehun karena jieun terlihat seorang diri disini.
"Ne, chanyeol oppa bersamaku. Ngomong-ngomong apa yang oppa lakukan disini?"
"Ini pernikahan sepupuku yang baru saja beberapa minggu pulang dari jerman" jelas sehun yang mendapat respon terkejut dari wanita dihadapannya.
"Mwo? Jadi yang menikah dengan baekhyun itu sepupumu?" Tanya jieun masih tidak percaya.
"Ne, ia dijodohkan oleh orang tuanya, karena orang tua mereka adalah rekan bisnis. Selebihnya aku tidak tau"
"Oh..." jieun mengangguk mengerti.
"Jieun...soal semalam tolong lupakan, aku tidak akan mengganggumu lagi. Terimakasih selama ini kau sudah bersedia berada disampingku, aku mengerti sekarang bahwa cinta itu tidak harus memiliki. Aku harap kalian hidup bahagia selamanya ji. Aku senang melihatmu bahagia. Terimakasih telah mengajarkanku arti cinta yang sesungguhnya" jelas sehun panjang lebar, hatinya memang sakit namun seberapa keras ia berusah mendapatkan hati jieun tetap cintanya hanya untuk chanyeol.
"Mian oppa... aku yakin suatu saat nanti kau akan menemukan pendamping hidupmu yang jauh lebih sempurna dari pada aku, yang mencintai dan menyayangimu oppa". Jieun mencoba menghibur sehun, walau sebenarnya ia juga mencoba menghibur dirinya sendiri. Ia percaya bahwa sehun sebenarnya lelaki yang baik, tapi ia dibutakan oleh cinta.
"Terimakasih ji, aku akan mencoba menghapus perasaan ini..."
"Besok aku akan pergi ke Brazil mengurus bisnis orang tuaku disana, jadi terimalah ini sebagai tanda perpisahanku untuk yang terakhir kalinya" lanjut sehun, tangannya menyodorkan sebuah kalung berliontin bintang.
"Oppa..."
"Itu memiliki arti untukku ji, kau seperti bintang paling bersinar bagiku. Tak bisa kuraih namun hanya dapat dilihat dari jauh dan menghilang ketika sang mentari menyingsing" jelas sehun.
"Ini sungguh indah, tapi maafkan kau sekali lagi oppa karena tidak bisa membalas perasaanmu"
"Gwenchana, cukup simpan ini baik-baik untukku ne!" Sehun menarik tangan kecil jieun, membuka telapaknya dan menyelipkan kalung berwarna perak mengkilap itu.
"Hm" jawab jieun mengangguk antara sedih dan lega karena masalahnya sudah selesai.
"Aku akan menemui sepupuku untuk mengucapkan selamat padanya, jadi lanjutkan aktivitasmu ji" ucap sehun setelah itu bergegas pergi. Alasannya bukan hanya untuk mengucapkan selamat pada sepupunya, tapi juga karena ia tidak tahan berlama-lama dengan wanita yang dicintainya. Hatinya tidak ingin jauh lebih sakit lagi.
Jieun menatap kalung berliontin bintang itu dengan nanar setelah sosok sehun menghilang dari pandangannya.
"Semoga ia mendapatkan jodoh yang baik, dan mengerti perasaannya" jieun mendo'akan sehun dalam hatinya.
.
.
.
"Oppa, apa acaranya sudah selesai?" Tanya jieun yang telah kembali ke tempat suaminya berada.
"Memangnya kenapa?"
"Ani, aku hanya bertanya karena baekhyun sudah tidak ada disini, apa ia sudah pergi bersama istrinya?" Tanya jieun mencari keberadaan sahabat suaminya itu.
"Ne, mereka baru saja pergi berbulan madu, acaranya akan segera selesai" jawab chanyeol meyakinkan.
"Mwo secepat itukah mereka akan berbulan madu, aku tidak menyangka" kaget jieun dengan wajah polosnya. Chanyeol hanya cekikikan geli melihat wajah istrinya itu, sebegitu poloskah jieun hingga ia bisa ditipu olehnya. Ia jadi berpikir harus extra menjaga istrinya itu karena bisa saja jieun ditipu oleh lelaki hidung belang dan ikut bersamanya. Ah ia tidak bisa membiarkannya, membayangkannya saja sudah membuatnya takut, terlebih sekarang istrinya hanya menggunakan dress diatas lutut dengan bagian pundak terekspos memperlihatkan leher jenjang dan pundak putih halus miliknya, eh maksudnya milik istrinya.
"Wae kau tertawa oppa"
"Ani"
"Chanyeol ah, jieun ah terimakasih karena sudah datang ke acara pernikahan kami, aku juga sangat senang melihat kalian bersatu kembali" ucap baekhyun yang datang bersama seorang wanita cantik yang sekarang sudah sah menjadi istrinya itu. Sementara jieun ia merasa dibohongi oleh chanyeol, jelas-jelas baekhyun ada dihadapannnya sekarang.
"Ne, ne, semoga pernikahan kalian bahagia selamanya. Aku pesan padamu baek, jaga istrimu baik-baik jika kau tidak ingin sama seperti ku,arrasso!" Saran chanyeol sembari berbisik pada baekhyun.
"Tentu tuan park, aku akan belajar menjadi suami yang baik dan mencintai istrinya. Cepat-cepatlah kalian berbulan madu lagi agar nanti kita bisa menjodohkan anak kita yeol ah" bisik baekhyun balik dan setelahnya mereka tertawa bersama, sementara dua wanita disamping mereka hanya bisa saling tatap tidak mengerti.
>
>
>
Jieun menyimpan kalung pemberian sehun didalam tasnya, ia akan menyimpannya sendiri. Ia hanya menghargai perasaan sehun yang sudah ia anggap teman, ia juga tidak ingin membuat rumah tangganya hancur lagi. Cukup menyimpannya saja dan ia akan mencintai chanyeol, hanya chanyeol.
.
.
.
Setelah pulang dari acara pernikahan bekhyun hingga malam hari, akhirnya kedua pasangan itu bisa beristirahat setelah membersihkan tubuh mereka.
"Oppa...."
"Wae?"
"Apa kau bisa memijat?"
"Tentu bisa"
"Benarkah?" Tanya jieun dengan wajah tidak percaya.
"Yak kau meremehkan kemampuanku eoh?"
"Ne , kalau begitu buktikan dengan memijat pundakku oppa, rasanya pegal sekali"
"Ah kau modus sekali park jieun, bilang saja kalau kau ingin dapat pijat gratis, benarkan?" Tanya chanyeol penuh selidik.
"Hehe, ayolah oppa, sebagai gantinya kau bisa meminta apapun dariku" mohon jieun dengan kedua tangan memohonnya.
"Hmmm bisa dipertimbangkan. Baiklah" ucap chanyeol dengan mengusap dagunya berpikir dan akhirnya memijat pundak sang istri tercinta.
.
.
.
"Ji..."
"Hm"
"Ji sudah ya"
"yak ini kan belum lama oppa"
"Kau ini manja sekali ya? Sekarang giliranku. Kau harus memenuhi janjimu" ucap chanyeol tak sabaran.
"Baiklah,kau minta apa sebutkan saja" ucap jieun masih membelakangi chanyeol karena suaminya itu masih memijatnya.

"Aku ingin membuat anak"
"Yak, oppa" seketika jieun berbalik menghadap suaminya, memberi tatapan membunuh.
"Wae? Kenapa harus berteriak seperti itu?" Tanya chanyeol terganggu oleh suara jieun yang berteriak disampingnya. Tangannya mengusap kuping lebarnya sedikit kasar.
"Kenapa harus itu?"
"Bukannya kau bilang apa saja" jawab chanyeol tidak mau kalah.
"Tapi kau kan baru sebentar memijatku oppa" tukas jieun mencoba bertahan dalam situasinya.
"Aku ingin sekarang ji" ucap chanyeol manja sembari memainkan rambut istrinya dan menciumnya sesekali.
"Yak sekarang kau yang manja oppa, jangan seperti itu, Sungguh menggelikan" ucap jieun dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
"Ji... Sekarang ya aku ikut,ayu kita buat" ucap chanyeol dan ikut masuk kedalam selimut mereka.
"Op-oppa!"
"Ah Aku melupakan sesuatu" ucap chanyeol dengan kepala menyembul keluar selimut, setelah itu mematikan saklar lampu disampingnya.
'Gelap'.

End.




Saya kembali dengan cepat dari hiatus saya yeee. Sebelumnya saya minta maaf kepada para readers karena saya baru bisa ngepost saat ini dikarenakan sesuatu yang mendesak saat itu. Tapi saya sudah menyelesaikan hiatusnya lebih cepat dan kembali lagi kesini.

Untuk ff nya apakah ada yang tidak puas, atau ngegantung? Tolong isi komentarnya ya! :-D
Kamsahamnida 'bow'.









9 komentar:

  1. What the hell? Kok akhirnya ngakak yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gk tau tuh kok jadi gni yah? Aku juga bingung heee

      Hapus
    2. Gk tau tuh kok jadi gni yah? Aku juga bingung heee

      Hapus
  2. Thor kayaknya prl sequel deh,aku penasaran sm kehidupan mereka kl mereka pnya anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm bisa dipertimbangkan (gaya chanyeol) -,- hehe liat aja nanti ya

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  3. keren tor tapi kenapa endingnya kaya gini, ada sequel ini ga? kalo ada aku tunggu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih nih udah mau baca, di usahain yah, tapi gk janji loh hee^^

      Hapus
    2. Makasih nih udah mau baca, di usahain yah, tapi gk janji loh hee^^

      Hapus