Rabu, 03 Agustus 2016

Hearts (chapter 2)

Tittle: Hearts

Cast: iu as lee jieun / kim jisoo (actor) as himself / lee won geun (actor) as himself / cha hak yun (VIXX) as himself / kim taeyon as herself.


Mungkin di chap ini belum banyak moment jisU ataupun geunU. Tapi saya berharap gk ada yg kecewa. Di chap selanjutnya akan banyak moment jisU ataupun geunU

Tolong apresiasinya readers. Karena itu sangat berarti bagi saya agar semangat lagi bikinnya. 

"Kenapa lama sekali" hak yun berdiri sembari bersandar pada meja kasir,menungu jieun yang tak kunjung kembali. Ia paling malas jika sudah melihat banyak buku tebal yang berisi rentetan kalimat panjang seperti sekarang ini. Menunggu sahabatnya walau sedikit lama menjadi pilihannya.

"Pak, bisakah anda--" belum sempat jieun merampungkan ucapannya penjaga toko tersebut telah berlalu melewati lorong buku tempatnya berada. 
"Kenapa ia berjalan begitu cepat? Apa sebegitu sibuknya?" gumamnya lalu ia mencoba mencari cara untuk dapat menggapai buku yang ia incar. Sebuah balok setinggi -+25 cm berhasil ia gusur untuk menjadikannya pijakan, rupanya balok kayu itu disediakan khusus untuk pengunjung yang bernasib sama seperti jieun. Menginjakkan kaki diatasnya dan mulai menggapai buku tersebut hingga akhirnya seseorang tak sengaja menyenggolnya dan.....  

"Omo aaaaa" buk, tubuhnya oleng dan akhirnya terjatuh, namun ia tak merasakan sakit yang berarti. Tapi rasanya ada benda empuk menempel pada bibirnya. Jieun mengangkat wajahnya dan yang pertama kali ia lihat adalah wajah seorang pria mungkin seumurannya yang juga tengah menatapnya dengan senyuman manis yang membuat siapa saja meleleh seketika ditempatnya. 
"Aaa apa yang kau lakukan padaku? pekik jieun sembari mengelap bibirnya kasar. 
"Apa yang kau bilang aggashi? Bukankan kau yang menciumku duluan?" Jawabnya santai dengan senyuman yang masih melekat diwajahnya.
"Itu tidak akan pernah terjadi jika kau tidak menyenggolku" sanggah jieun tak terima. Mengapa ia yang disalahkan, disini ia yang berada di posisi yang tak menguntungkan.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Seorang penjaga pria menghampiri mereka. 
"Begini pak, dia ini pria cab--" belum sempat jieun merampungkan ucapannya lelaki tadi dengan cepat.membekap mulut jieun dan berakting seolah mereka adalah pasangan. Memeluk jieun dari samping tak peduli dengan jieun yang sedang mencoba memberontak "Ah maaf pak, dia pacarku. Biasa masalah antar sepasang kekasih"  
"Em, em" jieun berusaha membuka tangan milik lelaki itu namun dekapannya terlalu kuat, tak kehabisan akal jieun menginjak kakinya dan akhirnya ia bisa bernafas lega. 
"Aw"
"Apa kau bilang, aku bukan kekasihnya pak itu tidak benar. Dia itu--"
"Ah sekali lagi saya minta maaf pak, kami merasa bersalah  karena saya dan pacar saya keadaan jadi tidak tenang, ayo chagi" lelaki tadi menggiring jieun menuju pintu dekat kasir. 

Hak yun berniat mencari jieun yang tak kunjung kembali namun langkahnya terhenti saat maniknya menangkap seseorang yang ia tuju sedang bersama seorang lelaki menuju kearahnya yang tak jauh dari pintu masuk.

"Lepaskan! Kau gila? Kita bahkan tidak saling mengenal. Kau harus bertanggung jawab"
"Aku harus bertanggung jawab apa agashi. Apa kau mau aku bertanggung jawab atas ciuman tadi?"
"Mwo? Ciuman? Jieun, apa dia mencabulimu?" Tanya hak yun yang sudah ada diantara mereka.
"Aku tidak sepenuhnya salah. Dengan bukti fisik sudah jelas kau yang salah agashi. Kau yang mencium ku duluan" ucap lelaki itu santai. 
Hak yun menatap jieun tak percaya. "Jangan menatapku seperti itu? Itu semua tidak benar" ucapnya pada hak yun yang sekarang menampakkan raut bingung, jadi yang mana yang benar pikirnya.
"Aishh, karena aku sedang tak ingin berdebat. Aku akan melupakannya,dan ingat jangan pernah sekalipun kau menampakkan wajahmu di hadapanku lagi!" Ucap jieun dan berlalu pergi dengan hak yun yang ia seret digenggamannya. Membayar novel yang hanya ia dapat menuju kasir setelah itu berlalu pergi melewati lelaki tadi yang masih menatapnya disertai senyuman penuh arti pada jieun.


 "Rumah" ucapnya lebih tepatnya sebuah perintah.
"Ji, apa benar kau menciumnya tadi?" Celetuk hakyun membuat jieun mendelik kesal. 
"Tidak"
"Jangan membohongiku! Aku tadi mendengarnya kan"
"Ne, tapi itu tidak sengaja. Dia menyenggolku saat hendak mengambil buku dan akupun terjatuh dan tak sengaja aku menciumnya karena peristiwa jatuhku sangat tiba-tiba, jadi dia yang salah kan?" Bantah jieun membela diri. "Benar kan?" Tanya nya lagi.
"Ne, tapi--" hak yun menghentikan ucapannya.
"Tapi apa?"
"Tapi kau juga harus berhati-hati, karena sekarang banyak modus kejahatan pada wanita, arasso?" hak yun mengubah penyataan yang akan ia ucap. Terlihat jelas raut kecewa diwajahnya.
"Ne, untung saja hanya dipipi, kalau tidak hilang lah first kiss ku olehnya" 
Hak yun mendongakkan wajahnya yang semula ia tekuk, menatap jieun yang kini sedang mengelap bibirnya. Sebuah senyuman lega tergores di wajah tampan hak yun.

Mereka menyusuri jalan setapak dengan pohon-pohon rindang di kiri kanan bahu jalan. Cuaca yang cerah di hari minggu dan udara yang sejuk membuat siapa saja ingin menghabiskan weekend di luar rumah. Terbukti dengan adanya beberapa orang yang berlalu lalang untuk sekedar berjalan-jalan di jalan yang sekarang mereka susuri karena biasanya jalan tersebut sangat jarang digunakan. tidak sedikit penduduk yang lebih memilih menggunakan jalan utama yang langsung menghubungkan ke pusat kota.
"Berhenti!"
"Ada apa?
"Aku bilang berhenti!" Akhirnya hak yun menuruti perintah jieun.
"Sekarang naik!" Perintah jieun kembali setelah ia mengambil alih posisi hak yun. "Apa kau serius?" Tanya hak yun ragu "kapan aku tak serius hak yun ah, cepat naik atau kau ku tinggalkan disini" ancam jieun sembari ancang-ancang akan pergi. "Yak biasanya juga kau yang seperti ini, tapi kenapa sekarang malah aku?" Ocehnya ketika ia sudah menaiki padal belakang sepeda.
"Paling sebentar lagi kau akan minta gantian ji"
"Sekarang aku sudah kuat kau tahu, cukup diam saja atau kau kuturunkan!"
"Aish geu yeoja--"
"Kau tahu sekarang suasana hatiku sedang tidak baik jadi kau jangan membuatnya bertambah buruk"
"Baiklah baiklah aku akan diam" ucapnya yang memandang jieun dari belakang.


~~~

"Kenapa kau berhenti? Bukankah kau ingin pulang ji?" Tanya hak yun bingung karena jieun menghentikan sepedanya di depan sebuah kedai ice cream dekat pertigaan jalan. "Aku tidak ingin melanggar janjiku padamu".
"Paman 2 cup ice cream peanutnya tolong" ucap jieun pada salah satu penjual ice cream berbaju putih dengan seutas tali tradisional terikat dikepalanya. Hak yun tersenyum tipis setelah mendengar penuturan jieun.

"Ige" jieun menyodorkan satu cup ice cream pada hak yun setelah keduanya mendaratkan pantatnya di bawah pohon rindang beralaskan rumput hijau.
"Gomawo, aku kira kita akan benar-benar pulang padalah saat kau bilang pulang rasanya harapan ice cream ku sudah putus tadi" celoteh hak yun yang hanya ditanggapi hembusan angin sejuk dengan beberapa daun kering yang ikut terbang. Merasa tak ditanggapi ia melirik jieun yang ternyata sedang sibuk memakan ice creamnya sembari memperhatikan sebuah keluarga lengkap ayah, ibu beserta seorang anak perempuan yang terlihat bahagia.
"Kau tahu aku ingin seperti anak itu yang tertawa lepas bersama kedua orang tuanya" ucap jieun dengan senyuman getir tergores di wajah cantiknya. "Kau-- merindukan ayahmu?" tanya hak yun dengan hati-hati, ia mengetahui jelas perasaan jieun sekarang. "Tapi-- aku juga membencinya, lebih baik jika aku tidak mengingat bagaimana rupa lelaki itu" terselip kesedihan diucapannya. Hak yun memilih menjadi pendengar yang baik untuk sahabatnya, membiarkan ia menuangkan segala keluh kesah yang mungkin telah menumpuk didalam hatinya. Ia memandang sedih jieun yang harus tumbuh tanpa seorang ayah disampingnya. Walau mereka saat itu masih duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar, mereka tahu apa itu arti dari perceraian.


~~~
At 5.00 p.m.

"Ne eomma tidak apa-apa, aku bisa menjaga diriku disini, apa eomma mengambil cuti bekerja?"
"................."
"Ne... eomma tidak usah khawatir, salamkan aku pada halmeoni, eoh dan satu lagi"
".........."
"Bawakan aku manisan rumput laut saat pulang nanti"
"............"
"Gomawo eomma"
Tut tutt~~


"Ah sementara teman-teman jung bae tidak kemari lebih baik aku pindah kan karpet itu" jieun beranjak dari kasurnya setelah ia selesai mengeringkan rambut. Membawa karpet di depan kamarnya dengan tergopoh-gopoh.
"Ternyata lumayan berat juga, lebih baik aku taruh disini yang tidak akan kehujanan" jieun mengubah rencana awalnya yang akan menaruh karpet tersebut dihalaman, memilih teras pinggir rumahnya menjadi pilihan terbaiknya. Ia juga memikirkan bagaimana jadinya jika karpet yang eommanya belikan itu kehujanan dan kepanasan. Ia akan kena omel jika sampai hal itu terjadi.

"Jung bae~...." suara teriakan ketiga teman jungbae menghentikan langkah jieun yang hendak memasuki rumahnya. Jieun membalikkan tubuhnya dan menemukan wajah mereka dibalik pintu gerbang yang membentang menghalangi jalan masuk untuk mereka. Jieun berjalan menghampiri mereka "apa jung be sudah pulang noona? Tanya sung jae anak bergigi kelinci dihadapannya. "Ia tidak akan pulang hari ini, jung be menginap di rumah halmeoninya hingga hari rabu, kamis baru kembali",
"Eoh kalau begitu kita tidak akan main bersama jung bae hingga hari rabu dong... yaaah" ucap nari gadis manis berbaju merah muda "tidak asik" sambung ah rae gadis berkuncir kuda disampingnya.
"Kalian bersabarlah hingga hari rabu, sekarang pulanglah lagi pula ini sudah sore arrachi?"
"Ne.... sampai jumpa noona, eonni" ucap mereka serempak.


~~~

At 6.00 a.m

"Aku tidak akan terlambat hari ini, ah apa eomma tidak meninggalkan ku makanan instan?" Ucapnya setelah membuka kulkas dan tidak mendapati secup mie ramyun pun. Jieun terpaksa memakan roti selai Stroberi yang ia buat sendiri, sebenarnya ia kurang terbiasa sarapan selain mie dan nasi yang ibunya selalu siapkan. Karena ini mendesak jadi tak apalah pikirnya.

"Jieun ah" panggil seseorang ketika jieun sedang mengunci pintu rumahnya yang ternyata adalah hak yun, ia telah siap dengan sepeda yang terparkir di depan gerbang rumahnya.
"Kenapa kau kemari?" Tanya jieun setelah keluar dan merapatkan gerbang rumahnya.
"Kau tidak ingin mendapat tumpangan gratis?
"Tentu saja aku mau, kalau begitu aku anggap kau akan memberiku tumpangan gratis setiap hari. Jadi besok dan seterusnya kau harus menjemputku", "kalau aku tidak mau bagaimana?" Hak yun menatap jail jieun yang menyilangkan tangannya di depan dada. "aku tidak menerima penolakan" jawabnya dan langsung menaiki sepeda milik hak yun.
"Dan kau akan selalu mentraktirku ice cream saat ku mau sebagai balasannya, tidak ada penolakan haha" balas hak yun.
"Baiklah tuan perhitungan hahaha" kedua orang sahabatan itu tertawa besama disepanjang jalan tak peduli banyak orang yang berlalu lalang memperhatikan mereka.


~~~

"Kau duluan kekelas aku ada urusan alam" ucap jieun ketika mereka sedang dilorong berjalan menuju kelas yang tinggal beberapa meter lagi.
"Kemana?"
"Toilet" teriak jieun yang sudah lumayan jauh karena lari terbirit-birit menahan perutnya yang sedari tadi kerubukan.


"Ah leganya"
"Hey kau jieun, aku peringatkan padamu jangan sekali-kali lagi Kau mendekati jisoo ku atau kau akan celaka" ancam taeyeon sembari mendorong bahu jieun hingga menghantam dinding toilet menimbulkan suara buk yang cukup keras. Rupanya ia dan temannya tiffany juga ada ditoilet sedang memoles make up, mengetahui jieun juga ada disana ia mulai melancarkan aksinya.
"Apa yang kau lakukan?" Geram jieun pada dua gadis didepannya dengan sorot mata tajam.
 "Aku hanya melakukan yang aku mau" jawabnya dengan nada sinis.
"Kau kira aku takut padamu? Cih lagipula aku tidak peduli jisoo itu pacarmu atau bukan aku tidak tertarik padanya"
"Sepertinya gadis ini harus diberi pelajaran taeyon ah" ucap tiffany yang menatap jieun sinis.
"Kau benar, enaknya kita apakan dia?"
"Bagaimana kalau kita kurung di sini?" Ucap tiffany memandang remeh pada jieun.
"Hah kalian sungguh menjijikan, sebelum kau memberi ku pelajaran aku yang akan melakukannya duluan karena kau sudah membuat bahuku sedikit sakit" ucap jieun dan menubruk tubuh mereka bersamaan lalu dengan segera ia menguncinya dari luar.
"Hahaha aku duluan daahhh" jieun tertawa senang, berani-beraninya mereka berbuat seperti itu padaku. Mereka belum tahu saja berhadapan dengan siapa, batinnya.

"Kau mengunci mereka?"
"Omona... kau mengagetkanku, apa yang sedang kau bicarakan?"
"Aku melihatnya"
"Wae? Apa urusannya denganmu? Kau tidak tau apa-apa" Ucap jieun dan berlalu dari hadapan jisoo. "Aku bisa saja melaporkanmu pada kepala sekolah", jieun menghentikan langkahnya tanpa berbalik sedikitpun. "Lakukan saja jika kau bisa" ucapnya dan melanjutkan kembali langkahnya "tentu saja aku bisa, dan kau akan dikeluarkan dari sekolah jika hal itu sampai terjadi. Jieun kali ini membalikkan badannya dan berjalan kembali menghampiri jisoo dengan tatapan tak suka. "Apa maumu sebenarnya?, kenapa kau suka sekali membuatku marah?" Jieun menggeram kesal pada lelaki dihadapannya itu sedang yang di tatap hanya menampakkan wajah datar. "Aku ingin kau menuruti semua perintahku dan aku tidak akan melaporkannya pada kepala sekolah"
"Tidak mau, aku harus menuruti perintahmu. Apa-apaan kau ini"
"Jadi kau memilih dikeluarkan, bagitu? Baiklah jika itu yang kau mau" jisoo memutar tubuhnya dan berjalan kearah ruang kepala sekola yang berada tak jauh dari lorong toilet.
"Apa dia serius? Aish apa yang harus ku lakukan?" Racaunya sendiri setelah itu jieun berlari mengejar jisoo yang hendak memutar knop pintu ruang bertuliskan kepsek.
"Aku menerima tawaranmu" ucap jieun terengah-engah pada akhirnya dengan berat hati sembari menarik tangan jisoo menghadapnya agar ia tak jadi memutar knop pintu tersebut. Ia tidak mau jika ibunya harus dipanggil ke sekolah dan mengetahui perbuatan anaknya ini. Jisoo tersenyum menang sedang jieun masih mengumpulkan udara pada paru-parunya karena sedikit lelah berlari.

~~~

Jieun berjalan mengekori jisoo menuju kelas mereka. "Jika aku dihukum oleh park songsaenim karena terlambat itu salahmu arraso?" Jieun mencoba mensejajarkan langkahnya dengan kaki panjang milik jisoo.
"hari ini jam pelajarannya kosong" ucapnya santai dengan tatapan lurus kedepan dan kedua tangan yang ia simpan pada saku celana.
"jinjayo? Kenapa kau bisa tahu?" Tanya jieun sedikit menyerongkan tubuhnya kehadapan jisoo, menatapnya ingin tahu. Sedangkan lelaki itu bukannya menjawab malah tersenyum sombong dengan apa yang ia tahu.
"Ya ya ya.... tidak penting" celoteh jieun sembari mendelik kesal menanggapi tingkah jisoo yang menurutnya menyebalkan dan berlari menuju ruang kelas meninggalkannya yang sekarang sedang merutuki jieun. Bagaimana bisa ia meninggalkan majikannya(?) duluan pikirnya.


"Kenapa kau lama sekali? Untunglah park songsaenim tidak masuk sekarang, kau tahu aku mengkhawatirkanmu. Aku kira kau kelewat sakit perut atau terkunci didalam sana"
hak yun membalikkan tubuhnya menghadap jieun yang baru saja mendaratkan pantat nya.
"Hahaha aku tidak apa-apa. Gomawo sudah mengkhawatirkanku yun ah?"
"Kenapa kau malah tertawa?" Tanyanya bingung.
"Kau tahu tadi aku dihadang oleh taeyeon dan tiffany, mereka mau mengunciku di dalam toilet tapi malah mereka yang terkunci haha" jieun tertawa terbahak-bahak sembari memegangi perutnya. "Kau yang melakukannya ji?" Tanya hak yun curiga, ia tahu watak sahabatnya yang tidak pernah mau kalah. "Tentu saja, orang seperti mereka pantas mendapatkannya. Itu namanya karma" jawab jieun membuat hak yun menggelengkan kepalanya. "Bagaimana jika ada yang melihat dan melaporkanmu?"
"Tenang saja itu tidak akan pernah terjadi" jieun menatap jisoo yang baru saja memasuki kelas dan mengalihkan tatapannya ketika jisoo balas menatapnya dengan senyuman tipis terukir diwajahnya.
"Apa kau yakin?" Hak yun memegang kedua pundak jieun dengan tampang khawatir.
"Aw" jieun memegang pundak kirinya yang sedikit sakit.
"Gwaenchana apa ini sakit?" Hak yun mencoba memegang pundak jieun hati-hati.
"Sedikit"
"Kenapa bisa sakit bukankah kau dari kemarin tidak apa-apa?"
"Ini ulah taeyeon di toilet tadi. Dia mendorongku hingga membentur tembok" ucap jieun pelan.
"Aish dasar, kalau begitu mereka memang pantas mendapatkannya hahaha"
"Hahaha kau sama saja"
Jisoo menatap jieun dari balik kumpulan siswa siswi yang sedang berkumpul di barisan kursi ketiga sehingga menghalangi jarak pandangnya.

Jieun dan hak yun menghentikan tawanya ketika taeyeon dan tiffany terlihat memasuki kelas dengan tampang lusuh. Mereka memandang kesal pada jieun sedangkan jieun memandangnya balik dengan tampang tak sedikitpun takut.
"Bagaimana mereka bisa keluar?"
"Molla, mungkin ada siswi lain yang membukakannya"
"Oh hmmm hahahaha" mereka kembali tertawa melihatnya. Jisoo masih memandang jieun dengan senyuman penuh arti.


~~~

"Disebelah mana? Mengapa kantin hari ini penuh sekali?" Keempat pasang manik itu sibuk mencari kursi kosong yang tersisa namun nihil. Ditangannya masing-masing memegang semangkuk jajangmyeon dan banana milk.
"Lapang basket!, ayo kita kesana yun ah!"
"Mwo? Kau ingin kita makan disana. Lapang basket itu panas ji" hak yun membulatkan mulutnya tak percaya.
"Bukan di lapangnya yun ah -_-, apa kau lupa disana ada kursi panjang dibawah pohon. Kita bisa memakannya disana kajja!"



Jisoo yang melihat hal itu ikut mengekori mereka secara diam-diam.
"Kau ingat, dulu saat masih kecil kita sering main di danau sokchon dan meneduh dibawah pohon selepas pulang sekolah" ucap hak yun sembari mengunyah mie hitam yang ada dimulutnya. Jieun menghentikan suapan mie yang menggantung dimulutnya sejenak,"tentu aku ingat, pulang hingga larut sore, orang tuaku dan orang tuamu yang khawatir mencari kita hingga akhirnya mereka menemukan kita, lalu kita habis dimarahi, bahkan bibi cha menjewer kupingmu hingga merah haha"
"Kau juga, bahkan kau menagis saat bibi lee Juga menjewermu, haha. Dulu kau itu sangat cengeng" ucap hak yun mencubit pipi jieun.
"Ternyata kau disini" jisoo melirik hak yun sebentar dengan wajah dinginnya. Hakyun yang sudah melepas cubitannya memandang balik jisoo dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ada apa?" Tanya jieun acuh, mulutnya masih sibuk memasukkan jajangmyeon yang masih tersisa banyak.
"Yak!"
 Jisoo merebut jajangmyeon yang jieun pegang dan memakannya hingga habis hanya dalam dua kali suapan besar, terlihat seperti orang kelaparan.
Jieun memandangnya sarkastis begitu juga dengan hak yun yang berada disampingnya. Tak hanya jajangmyeon yang ia habiskan jisoo juga meminum habis banana milk milik jieun yang hanya tinggal setengah.
"Yak, banana milk ku" jieun berucap dengan wajah merengut dan tangannya yang terjulur hendak meraih banana milk nya, sayang jisoo telah menelan habis semuanya.
"Kenapa kau juga menghabiskan banana milk ku, tenggorokanku masih serat, aish...?" Jieun berucap kesal sembari mengepalkan tangannya gemas.
"Sudahlah ji, ini habiskan punyaku saja"
"Gomawo" jieun yang hendak meminum banana milk yang diberikan hak yun tak pelak membuat jisoo dengan cepat meraihnya.
"Ini untukku saja"
Jieun menatapnya tajam.
"Yak sebenarnya apa yang kau mau?"
"Kau ingin tahu?" Tanya jisoo, alisnya terangkat sebelah tak lupa senyuman miringnya.
 "Ikut aku!"
"Hey kau mau membawanya kemana?" Hak yun menghadang langkahnya.
"Aku tidak ada urusan denganmu" jawabnya dingin sedangkan jieun menggelengkan kepala pada hak yun yang menatapnya, pertanda ia akan baik-baik saja. Jisoo melanjutkan langkahnya dengan jieun yang mengekori. Ia memegang pergelangan tangan jieun seperti tak ingin melepaskannya barang sedikitpun.


"Kenapa kau membawaku kemari?"
Bukannya menjawab jisoo malah menyodorkan sebuah buku yang diyakini miliknya. "Mwo?", "kerjakan semua" perintahnya dan berlalu menuju kursi panjang yang tersedia di atap sekolah dimana mereka berada saat ini.
"Jika aku tidak mau bagaimana?" Jieun berucap dengan nada menantang, sebenarnya ia menyesal telah menyetujui perjanjian itu tapi bagaimana pun juga ia masih memikirkan perasaan eomma nya.
"Aku akan tidur sebentar, jika sudah selesai bangunkan aku"
"Aish kau ini menyebalkan sekali"
Jisoo tersenyum menang mendengar jieun yang sedang mengumpat kesal.


At 4.00 p.m
"Hey bangun"
"Emmm"
"Gadis ini!aish bangun" jisoo menendang-nendang kaki jieun yang bebas menggantung di kursi.
"Hoaamm" jieun menggeliat kecil dan mendapati jisoo yang berdiri disampingnya. "Bagaimana tugasku?" Tanya jisoo sembari menyilangkan tangannya didada. "Tugas?" Tanya jieun sembari mengelap sudut bibirnya yang basah. "Buku ku" pekik jisoo menyadari bukunya yang sedikit basah.
"Apa bel sudah berbunyi?" Tanya jieun tak menanggapi jisoo sembari melihat jam tangannya.
"Mwo?" Jieun membelalakan matanya yang membulat sempurna.
"Kenapa kau tidak membangunkanku dari tadi?" Pekik jieun pada jisoo yang sekarang tengah menatapnya kesal. "Geu yeoja... aish sudah kubilang kerjakan tugasku bukannya tidur. Lihat kau belum meyelesaikannya, dan lihat apa yang kau lakukan pada buku ku" tunjuknya pada bukunya.
"Kau pikir menyelesaikan tugas sebanyak ini gampang? Aku juga manusia yang bisa mengantuk kau tahu?"
"Ani. Kau harus bertanggung jawab. Aku akan menambah hakku untuk memerintahmu"
"Hak? Lalu hak ku bagaimana?"
Bukannya menjawab jisoo menarik jieun dan menyudutkannya pada tembok atap sekolah. "K--Ka--kau mau apa?" Jisoo menunduk lalu mendekatkan wajahnya hingga jieun dapat merasakan nafas maskulinnya yang menerpa wajahnya.
"Seperti yang kau fikirkan" bisiknya dengan senyuman penuh arti dan semakin mendekatkan wajahnya sementara jieun, jantungnya berdegup cepat, kakinya serasa kaku namun sekuat tenaga ia mencoba mendorong tubuh jisoo hingga akhirnya ia dapat bernafas lega.
"Neo... jangan macam-macam. Aku tidak peduli pada bukumu ataupun tugasmu. Gara-gara kau aku harus membolos pelajaran terakhir" ucap jieun yang hendak melangkahkan kakinya berniat kembali kekelas tak peduli pada lelaki dihadapannya yang sedang menatapnya dengan rahang yang mulai mengeras. Jisoo dengan cepat meraih kembali tangan jieun dan memojokkannya kedinding.
"Kau ingin tahu dimana hak mu? Hak mu sudah menjadi milikku. Jadi kau wajib menuruti semua perintahku" jisoo berucap dengan sedikit mencengkram lengan atas jieun membuat sang pemilik meringis kesakitan.


Tbc


Mohon maaf untuk para readers karena saya terlalu lama ngepost chap 2 ini dikarenakan masalah mood (?) Curhat dikit gk apa2 ya? Kurang bersemangat buat bikin kelanjutannya melihat kurangnya apresiasi (like/comment) para readers. Harapan saya sih ada yang ngasih kritik atau masukan yang bisa jadi referensi buat saya (apa ini?
 -_ -). Kritikan juga boleh kok karena saya merasa tulisan saya ini belum sebagus seperti para author lain. Ya udah itu aja yang mau saya sampaikan, tapi terimakasih juga bagi yang sudah bersedia
membaca ^^