Minggu, 24 April 2016

Don't Touch My Wife (chapter 4 end)

Don't Touch My Wife
Cast : lee jieun (iu)/park chanyeol/oh sehun/xi luhan/byun baekhyun.
Other cast : find yourself!
Rated : 17
Genre : married life, sad, romance, hurt.
Author : Lea.

Maaf ya kalo banyak typo. Just read and appreciate guys! You can do it by like or comment. Commentnya yang membangun ya! Karena apresiasi kalian sangat berarti bagi saya ^^

>
>
>
Jieun melihat kedua lelaki itu secara bergantian, Kemudian ia melepas salah satu tangan yang menggenggamnya. Chanyeol punya harapan karena tanggannya masih dalam genggaman jieun namun tak butuh waktu lama jieun kembali melepas genggamannya juga.
"Maaf...." ucap jieun diantara dua lelaki itu lalu melangkahkan kakinya menjauhi chanyeol, ia memilih berjalan ke arah rumah sehun. Wajahnya tertunduk sedih, sekarang ia yang naif menginginkan chanyeol terus disampingnya tapi juga ingin melihat lelaki itu bahagia dengan minhye.
"See, jieun lebih memilihku tuan park. Kau tinggal tunggu kelanjutnnya" sehun tersenyum menang setelah itu ia menyusul jieun kedalam rumah.
"Sebegitu bencikah kau padaku park jieun?", Ia memang bukan lelaki cengeng yang menangis untuk melampiaskan perasaannya, tapi ia menangis karena menahan perasaannya. Hatinya begitu hancur sekarang.

Tidak jieun, kau tidak tahu bahwa selama ini chanyeol tidak pernah bertemu dengan minhye. Ia membohongi dirinya sendiri, menutupi itu semua dengan selalu bersikap dingin dan acuh padamu. Ia hanya terbayang-bayang masa lalu.

>sudah dua jam chanyeol mematung ditempat, kakinya tak berpindah barang sedikitpun. Berharap jieun akan berlari kembali padanya,memeluknya dan menggenggam tangannya, memulai hidup mereka yang baru lagi, tapi itu hanya sebuah harapan, ya hanya harapan. Maniknya terus menatap rumah dihadapannya, sorot penuh harapan dan kepiluan menjadi satu.

"Mau berapa lama kau memperhatikannnya ji? ucap sehun yang gerah melihat wanita itu masih memperhatikan lelaki diluar rumahnya. Entah apa yang jieun pikirkan sekarang, Jieun tidak mendengar apa yang sehun ucapkan, ia terlalu fokus dengan sosok diluar sana hingga suatu pelukan menyadarkannya.
"Op oppa...apa yang kau lakukan?" Tanya jieun ketakutan,ia mencoba melepas tangan besar itu dari pinggangnya namun percuma saja kekuatannya tidak bisa dibanding dengan tenaga lelaki itu. Jieun melirik keluar jendela masih mendapati chanyeol yang berdiri disana. Mengapa sehun menjadi agresif seperti ini, lelaki itu memojokkan jieun hendak menciumnya namun sebuah tamparan mendarat dipipinya. Sehun tersenyum miring setelahnya.
"Hehm, kau memberiku sebuah pembukaan ji" ucap lelaki itu kemudian menjatuhkan tubuh kecilnya keatas tempat tidur, ia mulai mencengkram lengan jieun yang tak berdaya. Kekuatannya terlalu kecil untuk melawan lelaki itu sekarang.
"Cha chanyeol oppa" ucap jieun disela-sela menghindar setiap sentuhan yang lelaki itu berikan, ia menangis. Sehun menghentikan kegiatannya dan tersenyum miris.
"Kau..."
Jieun mendorong sehun sekuat tenaga membuat lelaki itu tersurung kebelakang.
Jieun dengan cepat bangun dari tidurnya, tangannya hendak mencapai knop pintu kamar, namun tangan lain mendahuluinya.
"Kau milikku ji!" Sehun berdiri di depan jieun yang terlihat ketakutan.
"Sehun oppa sadarlah... kau tidak bisa seperti ini!" ucap jieun terus berjalan mundur seiring sehun yang berjalan mendekat ke arahnya hingga jieun tidak bisa kemana-mana lagi.
"Aku akan membuatmu menjadi milikku selamanya jieun sayang" ucap sehun mengelus wajah wanita dihadapannya. Sehun melanjutkan aksinya lagi memojokan jieun hingga kepala wanita itu berbenturan dengan jendela dibelakangnya, sehun menarik kasar baju putih yang jieun kenakan hingga sobek, ia mencoba menghindar hingga tirai putih jendela itu putus dan terbuka lebar.
"Chanyeol oppa!..." hati dan lisan jieun berteriak memanggil nama suaminya.
Chanyeol yang masih memperhatikan rumah dihadapannya terkejut melihatnya dari balik jendela, istrinya dalam bahaya. Beraninya lelaki itu menyentuh istrinya. Ia berlari memasuki rumah besar itu mendobrak pintu utama, tidak peduli rasa sakit yang ia dapat saat melakukannya, yang ada dipikirannya sekarang adalah jieun. Mendobrak kembali pintu kamar yang didalamnya jieun berada.
'Buk' sebuah tinju mendarat dipipi kanan lelaki putih berbibir tipis itu dan tinjuan kembali ia dapat dipipi kirinya hingga sehun tidak sadarkan diri.
"Jieun..." chanyeol menghampiri jieun yang berjongkok memeluk kedua kakinya, kepalanya yang menunduk membuat rambutnya menutupi wajah cantiknya. Chanyeol membantu jieun berdiri, keadaan istrinya terlihat sungguh mengenaskan.
"Ayo ji kita  pergi dari sini" ajak chanyeol menarik tangan istrinya tanpa menunggu persetujuan.
>
>
>
"Ayo ji, kau harus mengisi perutmu walau sedikit" chanyeol menatap sedih istrinya, bajunya yang sobek disekitar pundak dan pinggangnya. Matanya hanya menatap kosong makanan yang chanyeol berikan.
"Ji sadarlah, aku ada disini. Kau aman bersamaku"
"Mian oppa" ucap jieun lemas.
"maaf untuk apa? Aku yang seharusnya meminta maaf padamu park jieun. Aku telah gagal menjadi suami yang baik bagimu" ucap chanyeol sembari merengkuh tubuh jieun kedalam pelukannya. Hangat, ya perasaan hangat yang kedua insan itu rasakan. Aroma rambut dan tubuh istrinya sangat menenangkan. Ia menenggelamkan kepalanya menghirup dalam-dalam aroma yang dirindukannya.
"Oppa... aku rela melepasmu bahagia bersama wanita yang kau cintai, cari minhye dan perjuangkan cintamu. Aku tidak apa-apa, seperti yang aku ucapkan waktu itu" setelah itu jieun melepas pelukannya membuat chanyeol harus menghentikan kegiatannya.
"Aku akan urus surat cerainya kembali"
"Tidak ji, kau harus tetap disampingku. Karena... aku mencintaimu ji, kau adalah park jieun, istriku, milikku, jadi kau tidak boleh pergi kemana-mana lagi. Hatimu, cintamu, tubuhmu semuanya milikku begitu pula sebaliknya".
"Op-" chanyeol membungkam mulut jieun dengan ciumannya. Lembut dan halus, jauh dari kata menuntut. Kedua insan itu larut dalam perasaan mereka yang menjadi satu.
>
>
>
Jieun terbangun dari tidurnya. Sebuat tangan besar melingkar erat dipinggangnya, hembusan nafas menyapu wajahnya ketika ia mengangkat wajahnya sedikit keatas. Seorang lelaki jangkung, berbibir tebal, bermata bulat, dan hidung mancungnya sungguh mempesona. Jari kecil lentik jieun mencoba menyentuh kedua mata yang masih terpejam itu. Ini baru pertama kalinya ia bisa menyentuh wajah chanyeol yang sebelumnya ia tidak berani untuk melakukannya.
Matahari sudah menelisik masuk tanpa permisi melalui celah jendela kamar, kicauan burung ikut menyambut sang mentari menyebarkan sinarnya. Jieun dengan perlahan memindahkan tangan chanyeol dari pinggangya, ia ingin membersihkan tubuhnya. Ia tidak sempat mengganti bajunya semalam, namun chanyeol malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Tetap disni ji" ucap chanyeol dengan suara ngebash yang sedikit serak, matanya masih terpejam.
"Eoh kau sudah bangun oppa?"
"Hm"
"Ini sudah pagi, aku akan menyiapkan sarapan untukmu"
"Aku tidak ingin sarapan, cukup kita tidur seharian berdua aku tidak akan merasa lapar park jieun" ucap chanyeol semakin menarik jieun lebih dekat.
"Baiklah, tapi aku harus ganti baju oppa, kau tidak lihat bagaimana keadaan bajuku sekarang?" Tanya jieun.
"Kau masih terlihat cantik meskipun dengan baju seperi itu ji"
"Tap- op-oppa apa yang kau lakukan? I-ini geli oppa"
Chanyeol menenggelamkan wajahnya, menghirup aroma disekitar leher istrinya, ia sangat menyukainya.

"Ji..."
"Wae?"
"Kau bersedia kan memulai semuanya dari awal bersamaku?"
"Ne oppa"
"Kalau begitu kita mulai dari membuat anak, bagaimana?"
"Yak... kenapa harus memulai dari tahap itu oppa?"
"Memangnya kenapa? aku menginginkannya ji..." rengek chanyeol. Jieun baru tahu sifat lain dari chanyeol. Ternyata ia bisa berubah menjadi dingin, dewasa, manja, dan menyeramkan.
"Tapi kan ini masih pagi oppa, lagian aku ingin pergi mandi dan setelah itu kita sarapan bersama, ne?"
"Baiklah" chanyeol melepas pelukannya dengan wajah kecewa. Jieun hanya tersenyum geli melihatnya.
>
>
>
Sehun bagun dari ketidaksadarannya, ia tidak mendapati jieun dikamarnya. Otaknya mencerna apa yang telah terjadi kemarin. Ia mengingat apa yang ia lakukan pada wanita yang dicintainya, perasaan takut kehilangan membuatnya lupa diri dan hampir saja melukai wanita itu. Sekarang jieun pasti sangat kecewa padanya. Ia menyesal telah melakukan itu, perbuatannya yang semula bertujuan ingin membuat jieun berada terus disampingnya malah membuat wanita itu pergi meninggalkannya. Ia sungguh menyesal.
>
>
>
"Apa kau tau,sebenarnya masakanmu sangat lezat. rasanya seperti masakan ibuku" ucap chanyeol setelah memasukkan sesendok nasi kedalam mulutnya.
"Ini selalu mengingatkanku padanya" lanjutnya.
"Oppa... bagaimana kalau kita mengunjungi mereka di jepang?" Usul jieun, ia tidak tega melihat chanyeol yang merindukan ibunya yang berada bersama ayahnya dijepang. orangtua chanyeol memiliki bisnis yang sangat besar disana, jadi wajar saja mereka sangat sibuk hingga jarang pulang untuk menemui anaknya.
"Aku tidak ingin mengganggu mereka ji, cukup mereka baik-baik saja disana. Lagipula aku masih harus mengurus bisnisku disini" jelas chanyeol yang mendapat anggukan mengerti dari jieun.

'Drrrrtt drrrttt'
"Yeoboseyo!"
"          "
"Kapan? Mengapa mendadak sekali"
"          "
"Baiklah, aku akan menunggu ceritamu nanti baek"
"           "
"Ya, aku pasti datang"
.
.
.
"Baekhyun?"
"Ya, yang tadi itu baekhyun"
"Ada apa dengannya oppa?"
"Ia akan menikah dan ingin kita datang nanti malam kesana?"
"Mwo? Waaah aku tidak menyangka baekhyun akan menikah? Bukannya ia tidak memiliki kekasih oppa?" Tanya jieun penasaran. Yang ia tahu bakhyun belum memiliki kekasih lagi setelah dikhianati oleh pacar yang sebelumnya.
"Entahlah, ia akan menceritakannya nanti" jawab chanyeol disertai gedigan dibahunya.
.
.
.
"Ji, apa kau sudah selesai?" Tanya chanyeol dari luar kamar mandi.
"Sebentar lagi oppa, ini sangat sulit memasangnya" teriak jieun dari dalam kamar mandi.
"Apanya yang sulit?" Tanya chanyeol penasaran. Jieun keluar dari kamar mandi dan menunjukkan resleting gaun yang dikenakannya.
"Ini, tolong tutup resletingnya oppa. Tanganku tidak bisa menggapainya" ucap jieun yang membelakangi chanyeol. Tangannya terus mencoba meraihnya namun tetap tidak bisa.
Dengan jantung yang berdetak cepat chanyeol mencoba menutup resleting istrinya, matanya tidak bisa beralih pada punggung putih istrinya itu, sulit baginya hanya untuk menelan ludah saja. Good,ia berhasil menutup rapat resleting itu.
"Ji, mengapa kau memakai gaun yang terbuka seperti itu?" Tanya chanyeol.
Ia tidak rela para lelaki diluar sana dengan enaknya menikmati pemandangan tubuh istrinya yang sedikit terekspos.
"Aku hanya punya ini oppa, bukannya ini gaun pemberian dari ibu mu?" Tanya jieun belum mengerti perasaan chanyeol sekarang.
"Ya tapi-"
'drrrtt drrrtt' ucapan chanyeol terpotong karena sebuah panggilan dari sahabatnya itu.
"Ya baiklah aku akan segera kesana" ucap chanyeol pada baekhyun diseberang telepon.
"Ayo acaranya akan segera dimulai kita harus bergegas" ucap cahnyeol sambil menarik pergelangan tangan istrinya, dan berhenti mendadak membuat jieun menabrak tubuh chanyeol yang berada dihadapannya.
"Aw, ada apa oppa kenapa berhenti menda-"
"Pakai ini terus dan jangan dilepas hingga kita pulang nanti,aku tidak ingin para lelaki kesepian disana dengan enaknya melihat tubuh istriku" jelas chanyeol setelah menyampirkan jas hitam miliknya di pundak jieun.
"Hm" jieun mengangguk mengerti.
Tindakan chanyeol sukses membuat jieun mengembangkan senyumnya. Ternyata chanyeol sudah berubah total, ia senang dengan kenyataan chanyeol sangat mencintainya.
>
>
>
"Selamat baek akhirnya kau menikah juga" ucap chanyeol setelah mereka sampai diacara pernikahan sahabatnya itu.
"Ne, selamat juga baekhyun ah" ucap jieun yang muncul dari belakang chanyeol.
"woahh kalian sudah baikan?" Tanya baekhyun yang kaget melihatnya.
"Ne"
"Aku senang melihatnya jieun ah" ucap baekhyun dengan senyuman mengembang.
"Kau berhutang cerita padaku baek" ucap chanyeol menagih hutang cerita sahabatnya itu.
"Ya aku akan menceritakannya sekarang"
"Oppa aku ingin ketoilet sebentar, baekhyun ah bisa kau tunjukkan dimana letak toiletnya" pinta jieun membuat ia harus menghentikan sebentar ceritanya pada chanyeol.
"Kau tinggal lurus dan belok ke kanan setelah itu kau akan menemukan pintu dengan tanda toilet wanita disana" jelas baekhyun.
"Oh ne gomawo"
"Apa perlu aku antar ji?" Tawar chanyeol.
"Tidak usah aku bisa sendiri oppa, kalian lanjutkan saja perbincangannya" jawab jieun dan berlalu dari hadapan kedua lelaki itu.
.
.
.
"Mwo? Jadi kau dijodohkan, dan kau baru mengenal wanita yang kau nikahi ini?" Chanyeol dibuat kaget mendengarnya, ia berharap baekhyun tidak memiliki cerita pernikahan yang menyedihkan sepertinya.
>
>
>
Perutnya sudah lega sekarang. Ia berjalan ke arah meja minuman hendak meraih gelas berisi sirup orange, tenggorokannya sangat kering, namun seseorang dengan cepat mengambilnya.
"Hi ji"
"Se sehun oppa" jieun berjalan mundur dan hendak pergi dari hadapan lelaki itu.
"Tunggu sebentar ji, aku ingin menjelaskan sesuatu padamu" ucap sehun menahan pergelangan tangan jieun.
"Mian oppa tapi sepertinya tidak ada yang perlu dijelaskan, jadi tolong lepaskan tanganmu" jieun mencoba melepaskan tangannya. Namun sehun lebih erat menggenggamnya.
"Aku mohon ji. Tolong dengarkan dulu".
Jieun melihat sehun, mempertimbangkan permohonannya.
"Baiklah, tapi tolong lepasakan tanganmu" ucap jieun risih.
Sehun melepas genggamannya dengan berat hati.
"Maafkan aku untuk kejadian kemarin ji. Aku menyesal melakukannya, aku berjanji tidak akan mengulanginya" ucap sehun menyesali perbuatannya, berharap jieun akan memaafkannya.
"Aku sudah melupakannya" ucap jieun dengan tidak menatap lawan bicaranya.
"Tapi apa kau memaafkanku?"
"Hm, ne aku memaafkanmu. Tapi aku mengundurkan diri dari pekerjaanku dirumahmu oppa".
"Aku mengerti ji... apa kau bersama suamimu?" Tanya sehun karena jieun terlihat seorang diri disini.
"Ne, chanyeol oppa bersamaku. Ngomong-ngomong apa yang oppa lakukan disini?"
"Ini pernikahan sepupuku yang baru saja beberapa minggu pulang dari jerman" jelas sehun yang mendapat respon terkejut dari wanita dihadapannya.
"Mwo? Jadi yang menikah dengan baekhyun itu sepupumu?" Tanya jieun masih tidak percaya.
"Ne, ia dijodohkan oleh orang tuanya, karena orang tua mereka adalah rekan bisnis. Selebihnya aku tidak tau"
"Oh..." jieun mengangguk mengerti.
"Jieun...soal semalam tolong lupakan, aku tidak akan mengganggumu lagi. Terimakasih selama ini kau sudah bersedia berada disampingku, aku mengerti sekarang bahwa cinta itu tidak harus memiliki. Aku harap kalian hidup bahagia selamanya ji. Aku senang melihatmu bahagia. Terimakasih telah mengajarkanku arti cinta yang sesungguhnya" jelas sehun panjang lebar, hatinya memang sakit namun seberapa keras ia berusah mendapatkan hati jieun tetap cintanya hanya untuk chanyeol.
"Mian oppa... aku yakin suatu saat nanti kau akan menemukan pendamping hidupmu yang jauh lebih sempurna dari pada aku, yang mencintai dan menyayangimu oppa". Jieun mencoba menghibur sehun, walau sebenarnya ia juga mencoba menghibur dirinya sendiri. Ia percaya bahwa sehun sebenarnya lelaki yang baik, tapi ia dibutakan oleh cinta.
"Terimakasih ji, aku akan mencoba menghapus perasaan ini..."
"Besok aku akan pergi ke Brazil mengurus bisnis orang tuaku disana, jadi terimalah ini sebagai tanda perpisahanku untuk yang terakhir kalinya" lanjut sehun, tangannya menyodorkan sebuah kalung berliontin bintang.
"Oppa..."
"Itu memiliki arti untukku ji, kau seperti bintang paling bersinar bagiku. Tak bisa kuraih namun hanya dapat dilihat dari jauh dan menghilang ketika sang mentari menyingsing" jelas sehun.
"Ini sungguh indah, tapi maafkan kau sekali lagi oppa karena tidak bisa membalas perasaanmu"
"Gwenchana, cukup simpan ini baik-baik untukku ne!" Sehun menarik tangan kecil jieun, membuka telapaknya dan menyelipkan kalung berwarna perak mengkilap itu.
"Hm" jawab jieun mengangguk antara sedih dan lega karena masalahnya sudah selesai.
"Aku akan menemui sepupuku untuk mengucapkan selamat padanya, jadi lanjutkan aktivitasmu ji" ucap sehun setelah itu bergegas pergi. Alasannya bukan hanya untuk mengucapkan selamat pada sepupunya, tapi juga karena ia tidak tahan berlama-lama dengan wanita yang dicintainya. Hatinya tidak ingin jauh lebih sakit lagi.
Jieun menatap kalung berliontin bintang itu dengan nanar setelah sosok sehun menghilang dari pandangannya.
"Semoga ia mendapatkan jodoh yang baik, dan mengerti perasaannya" jieun mendo'akan sehun dalam hatinya.
.
.
.
"Oppa, apa acaranya sudah selesai?" Tanya jieun yang telah kembali ke tempat suaminya berada.
"Memangnya kenapa?"
"Ani, aku hanya bertanya karena baekhyun sudah tidak ada disini, apa ia sudah pergi bersama istrinya?" Tanya jieun mencari keberadaan sahabat suaminya itu.
"Ne, mereka baru saja pergi berbulan madu, acaranya akan segera selesai" jawab chanyeol meyakinkan.
"Mwo secepat itukah mereka akan berbulan madu, aku tidak menyangka" kaget jieun dengan wajah polosnya. Chanyeol hanya cekikikan geli melihat wajah istrinya itu, sebegitu poloskah jieun hingga ia bisa ditipu olehnya. Ia jadi berpikir harus extra menjaga istrinya itu karena bisa saja jieun ditipu oleh lelaki hidung belang dan ikut bersamanya. Ah ia tidak bisa membiarkannya, membayangkannya saja sudah membuatnya takut, terlebih sekarang istrinya hanya menggunakan dress diatas lutut dengan bagian pundak terekspos memperlihatkan leher jenjang dan pundak putih halus miliknya, eh maksudnya milik istrinya.
"Wae kau tertawa oppa"
"Ani"
"Chanyeol ah, jieun ah terimakasih karena sudah datang ke acara pernikahan kami, aku juga sangat senang melihat kalian bersatu kembali" ucap baekhyun yang datang bersama seorang wanita cantik yang sekarang sudah sah menjadi istrinya itu. Sementara jieun ia merasa dibohongi oleh chanyeol, jelas-jelas baekhyun ada dihadapannnya sekarang.
"Ne, ne, semoga pernikahan kalian bahagia selamanya. Aku pesan padamu baek, jaga istrimu baik-baik jika kau tidak ingin sama seperti ku,arrasso!" Saran chanyeol sembari berbisik pada baekhyun.
"Tentu tuan park, aku akan belajar menjadi suami yang baik dan mencintai istrinya. Cepat-cepatlah kalian berbulan madu lagi agar nanti kita bisa menjodohkan anak kita yeol ah" bisik baekhyun balik dan setelahnya mereka tertawa bersama, sementara dua wanita disamping mereka hanya bisa saling tatap tidak mengerti.
>
>
>
Jieun menyimpan kalung pemberian sehun didalam tasnya, ia akan menyimpannya sendiri. Ia hanya menghargai perasaan sehun yang sudah ia anggap teman, ia juga tidak ingin membuat rumah tangganya hancur lagi. Cukup menyimpannya saja dan ia akan mencintai chanyeol, hanya chanyeol.
.
.
.
Setelah pulang dari acara pernikahan bekhyun hingga malam hari, akhirnya kedua pasangan itu bisa beristirahat setelah membersihkan tubuh mereka.
"Oppa...."
"Wae?"
"Apa kau bisa memijat?"
"Tentu bisa"
"Benarkah?" Tanya jieun dengan wajah tidak percaya.
"Yak kau meremehkan kemampuanku eoh?"
"Ne , kalau begitu buktikan dengan memijat pundakku oppa, rasanya pegal sekali"
"Ah kau modus sekali park jieun, bilang saja kalau kau ingin dapat pijat gratis, benarkan?" Tanya chanyeol penuh selidik.
"Hehe, ayolah oppa, sebagai gantinya kau bisa meminta apapun dariku" mohon jieun dengan kedua tangan memohonnya.
"Hmmm bisa dipertimbangkan. Baiklah" ucap chanyeol dengan mengusap dagunya berpikir dan akhirnya memijat pundak sang istri tercinta.
.
.
.
"Ji..."
"Hm"
"Ji sudah ya"
"yak ini kan belum lama oppa"
"Kau ini manja sekali ya? Sekarang giliranku. Kau harus memenuhi janjimu" ucap chanyeol tak sabaran.
"Baiklah,kau minta apa sebutkan saja" ucap jieun masih membelakangi chanyeol karena suaminya itu masih memijatnya.

"Aku ingin membuat anak"
"Yak, oppa" seketika jieun berbalik menghadap suaminya, memberi tatapan membunuh.
"Wae? Kenapa harus berteriak seperti itu?" Tanya chanyeol terganggu oleh suara jieun yang berteriak disampingnya. Tangannya mengusap kuping lebarnya sedikit kasar.
"Kenapa harus itu?"
"Bukannya kau bilang apa saja" jawab chanyeol tidak mau kalah.
"Tapi kau kan baru sebentar memijatku oppa" tukas jieun mencoba bertahan dalam situasinya.
"Aku ingin sekarang ji" ucap chanyeol manja sembari memainkan rambut istrinya dan menciumnya sesekali.
"Yak sekarang kau yang manja oppa, jangan seperti itu, Sungguh menggelikan" ucap jieun dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
"Ji... Sekarang ya aku ikut,ayu kita buat" ucap chanyeol dan ikut masuk kedalam selimut mereka.
"Op-oppa!"
"Ah Aku melupakan sesuatu" ucap chanyeol dengan kepala menyembul keluar selimut, setelah itu mematikan saklar lampu disampingnya.
'Gelap'.

End.




Saya kembali dengan cepat dari hiatus saya yeee. Sebelumnya saya minta maaf kepada para readers karena saya baru bisa ngepost saat ini dikarenakan sesuatu yang mendesak saat itu. Tapi saya sudah menyelesaikan hiatusnya lebih cepat dan kembali lagi kesini.

Untuk ff nya apakah ada yang tidak puas, atau ngegantung? Tolong isi komentarnya ya! :-D
Kamsahamnida 'bow'.









Rabu, 13 April 2016

Don't Touch My Wife (chapter 3)

Cast : lee jieun(iu)/park chanyeol/oh sehun/xi luhan/byun baekhyun.
Other cast : find yourself!
Rated : 17
Genre : married life, sad, romance, hurt.
Length : chapter.
Author : Lea.
 Maaf ya kalau banyak typo. Just read and appreciate guys! you can do it by like or comment! Commentnya yang membangun ya...karena apresiasi kalian sangat berarti bagi author.
>
>
>
>
"park jieun, maafkan aku...aku mencintaimu". Chanyeol memeluk kertas yang digenggamnya erat, tubuhnya terduduk lemas. Air mata penyesalan mengalir seiring nama jieun ia panggil, sebanyak apapun kau memanggil istrimu untuk kembali ia tidak akan mendengarnya park chanyeol.


>mendudukan diri dikursi meja makan, perutnya terasa lapar setelah menangisi kepergian istrinya. Matanya sembab, rambutnya lusuh karena selalu ia acak dengan gusar.
.
.
.
"Jieun, apa itu kau? Sejak kapan kau berada disana?" Manik chanyeol menangkap sosok jieun yang sedang bergulat dengan sayuran dihadapannya, berjalan menghampiri istrinya yang membelakanginya, tangan kekar itu berniat memeluk erat sosok yang baru saja ditangisinya, tapi kemudian menghilang setelah ia mencoba merengkuhnya.
"Park jieun, kau dimana?" Chanyeol tersadar dari halusinasinya, lalu dengan segera bergegas pergi. Ia tidak bisa berdiam diri seperti orang bodoh disini, ia harus mendapatkan istrinya kembali. Ia terlalu bodoh untuk menuruti ego yang telah menguasai dirinya,bayang-bayang masa lalu menutup semua fakta bahwa ia mencintai jieun. Perasaan menyesal melanda hatinya, bagaimana ia selalu mengacuhkan jieun yang jelas-jelas merupakan masa depannya. pikirannya melayang mengingat apa yang jieun ucapkan, tidak, bukan istrinya lah yang memiliki banyak kekurangan tapi ia yang seharusnya memperbaiki segala kekurangan nya. Jieun, bidadari yang tuhan kirimkan untuknya yang telah ia sakiti.
Ia tidak tahu harus mencari jieun kemana, ia baru sadar bahwa selama ini istrinya itu tidak memiliki siapapun selain dirinya, suaminya. Penyesalan dan penyesalan lagi yang ia rasakan sekarang. Mengapa rasa sadar itu datang setiap ia mengingat tentang jieun sekarang, dan mengapa bukan dari dulu saja sehingga tidak akan terjadi seperti ini, jieun lepas dari genggamannya. Ya, ia pantas mendapatkan semua itu atas apa yang ia lakukan padanya.


>"ji, tolong ambilkan berkas itu kemari!" Ucap luhan, mulutnya menunjuk map hitam berisi lembaran kertas diatas meja seraya sibuk memasukkan beberapa potong baju kedalam koper, sementara jieun, ia juga sedang sibuk membenahi kasur yang ia pakai semalam,membuat lelaki itu harus rela tidur di atas sofa yang keras.
"Ne oppa, sebentar" jawab jieun, tangannya sangat lihai membenahi seprei putih itu. Ia sudah terbiasa, pekerjaan seorang istri dirumah.
"Ji" panggil luhan kembali tidak sabaran.
"Ige" jieun menyodorkan map hitam itu dan mendelik kesal pada luhan, oppa yang tidak sabaran, pikirnya.
.
.
.
"Oppa?" Panggil jieun.
"Hm?"
"Oppa?"
"Hm.... wae?" Tanya luhan sedikit memanjangkan dehemannya, mata dan tangannya masih sibuk dengan koper besar dihadapannya.
"Oppa apa kau serius akan pulang hari ini? Seminggu kau disinipun belum terhitung oppa" raut kecewa tergambar jelas di wajah putih jieun.
Luhan menghentikan kegiatannya dan menatap jieun dengan wajah bersalah, bersalah karena urusan bisnisnya berada di negara yang berbeda dengan negara tempat tinggal adiknya itu. Ia merasa telah menjadi kakak yang gagal karena akan meninggalkan jieun sendiri disini. bukan tidak ingin mengajaknya, sudah bekali-kali luhan membujuk jieun agar ia ikut bersamanya ke beijing, disana ada bibi njaw adik dari ibu luhan yang bisa menemani jieun jika luhan sibuk dikantornya. 'tidak oppa,aku harus tetap disini hingga urusanku dengan chanyeol selesai, aku tidak ingin lari dari masalah oppa' itu kalimat yang jieun ucapkan setiap ia membujuknya untuk ikut bersamanya.
"Apa kau masih merindukanku ji?" Tanya luhan, tangan besarnya menangkup wajah jieun.
"Ne" jawab jieun pelan seraya menundukkan wajahnya, ia tidak ingin luhan melihat wajah sedihnya sekarang.
"Kalau begitu ikut oppa ke beijing" ucap luhan membuat yang ditatap mengangkat wajahnya kembali.
"Aku tidak bisa oppa" ucap jieun.
"Ne, aku juga mengerti perasaanmu, kau benar. Selesaikan masalah mu dengannya karena bagaimanapun oppa tidak bisa ikut campur dalam masalah rumah tanggamu" jelas luhan kembali merapikan isi kopernya.
"Jika kau pergi, aku dengan siapa disini oppa?" Tanya jieun berharap luhan dapat berempati padanya dan membatalkan niatnya untuk pulang.
"Kau bisa pulang kerumahmu bersama chanyeol dan selesaikan masalah kalian dengan cara baik-baik" jelas luhan. ucapannya memang benar tapi jieun sudah membulatkan tekadnya untuk memberi kebebasan pada chanyeol agar ia dapat menemukan pujaan hatinya sediri.
"Tenang ji, jika kau membutuhkan bantuan telepon saja aku begitu juga saat kau merindukanku ne" ucap luhan seraya mengelus puncak kepala jieun menyalurkan kekuatan dan kasih sayang yang mungkin dapat mengalir melalui sentuhan dipuncak kepalanya.


>pesawat yang luhan tumpangi telah lepas landas membelah awan putih diatas kota seoul.
Ia harus kemana sekarang, tidak mungkin ia kembali ke rumahnya. Uang yang ia miliki hasil pekerjaannya di rumah sehun selama sehari tidak mungkin cukup untuk menyewa apartemen di kota seoul yang biaya hidupnya sangat tinggi. Mengapa ia harus berbohong saat luhan menawarkan sejumlah uang untuk nya, luhan cukup pengertian dengan keadaan jieun saat ini namun jieun tidak bisa membaca situasi yang sedang dihadapinya.


>jieun menyeret koper hitam disepanjang jalan, kakinya melangkah tak tentu arah tujuan. Ia seperti seorang anak kecil yang kabur dari rumah, memakai dress selutut berwarna ungu tosca dengan jaket tebal membalut tubuh mungilnya, sandal selop berwarna cream dan rambut sepunggung yang terjuntai bebas tertiup semilir angin sore yang membekukan. Hidung mungilnya memerah akibat angin yang menusuk sampai kedalam tulang-tulang rusuknya.

>sehun baru saja pulang dari kantornya, target bisnisnya membuahkan hasil yang fantastis. Para investor yang semula akan menanamkan modalnya di perusahaan chanyeol adalah sebuah keberuntungan.
'ckiiitttt' suara ban mobil bergesekan dengan aspal hitam memilukan membuat segerombolan makhluk putih bersayap terbang berhamburan dari setiap trotoar jalan dan pohon tak bermahkota. ia menghentikan mobilnya setelah seorang wanita menyeberang jalan tanpa memperhatikan kendaraan yang melintas, hampir saja ia menabraknya. Sehun dengan segera turun dari mobil, menghampiri si wanita untuk melihat keadaannya.
"Apa kau baik-baik saja agashi?" Tanya sehun dengan nada khawatir.
"Ne saya baik-baik saja, maafkan saya yang tidak memperhatikan jalan. Sekali lagi maafkan saya tuan" ucap jieun merasa bersalah, membungkukkan badannya berkali-kali dan kedua pasang mata itu membulat setelah keduanya saling bertatapan.
"Oppa?" Pekik jieun.



>"sebenarnya kau mau kemana ji?" Tanya sehun setelah keduanya berada dalam mobil.
"Emmm...aku tidak tahu oppa" jawab jieun menatap kosong jalan didepannya.
"Kau bertengkar dengan chanyeol?" Tanya sehun membuat lawan bicaranya seketika terlihat murung.
"Aku turun disini oppa" pinta jieun.
"Apa kau meminta turun disini sudah mempunyai tujuan?" Tanya sehun ketika menghentikan mobilnya ditepi jalan.
Jieun memikirkan apa yang sehun ucapkan, memang benar ia tidak memiliki tujuan untuk memulai melangkahkan kakinya.
Jieun menggelang lemas.
"Tinggal dirumahku untuk sementara waktu ji" perintah sehun.
"Tidak oppa, kau sudah terlalu baik padaku, aku tidak ingin merepotkanmu" ucap jieun.
"Itu tidak benar ji, apa kau sudah lupa kau bekerja dimana? Kau bisa tinggal dirumahku dan bekerja disana" jelas sehun membuat jieun bimbang.
"Baiklah, kau bisa memotong gajiku selama aku tinggal dirumahmu oppa".
"Aku akan menggajimu tanpa kurang sepeserpun, itu hak mu ji".



>"kau bisa tidur disini ji, anggap saja rumah sendiri ok" ucap sehun seraya meletakkan koper milik jieun disamping tempat tidur berukuran besar.
"Tapi ini kamarmu oppa" ucap jieun setelah melihat sebuah bingkai berisi foto sehun terpampang disana.
"lalu kau tidur dimana? apa kau akan...." lanjut jieun tidak meneruskan ucapannya.
"Ne, kita akan tidur berdua disini, karena rumah ini dibangun hanya dengan satu kamar" ucap sehun yang mengerti arah pembicaraan wanita dihadapannya itu.
"Mwo!" Pekik jieun tidak menyangka bahwa sehun akan mengatakan hal itu. Sehun berjalan mendekat dan jieun yang juga melangkahkan kakinya mundur. 'Apa yang akan ia lakukan' batin jieun bertanya.
"Ahahaha kau lucu sekali ji" ucap sehun seraya mengacak gemas rambut jieun.
"Aku tidak serius mengatakannya, tapi jika kau mau aku dengan senang hati menerimanya" lanjut sehun kembali mengerjai jieun, melihat wajah tegang wanita didepannya membuat dirinya tertantang untuk terus menjahilinya.
"Yak, oppa kalau begitu aku akan pergi saja. Lalu kau bisa tidur sendiri disini" ucap jieun dengan wajah takutnya dan berniat melangkahkan kakinya keluar namun sehun dengan cepat menahannya membuat yang ditarik menghentikan langkahnya.
"Yak yak, kau mau kemana aku hanya bercanda jieun"
"Tapi bercandamu itu tidak lucu oppa" jelas jieun, terlihat wajahnya tidak suka dengan hal tersebut.
"Baiklah maafkan atas bercandaanku tadi, sekarang tata pakaianmu di lemari itu, dan setelah itu buatkan aku makanan yang enak. Aku tunggu dibawah" ucap sehun dan meninggalkan jieun ke bawah.


>terus berputar-putar mengelilingi kota seoul berharap menemukan sosok yang dirindukannya, namun nihil usahanya sia-sia saja sementara Jarum jam ditangannya telah menunjukan bahwa hari telah malam, ia putuskan untuk pulang kerumahnya.

mencoba memejamkan mata berkali-kali juga tak ada gunanya, ia tidak bisa tidur dengan tenang, hatinya gelisah.

Deru mobil menggerung saat chanyeol telah menstarter gasnya, memilih menemui baekhyun yang pasti sekarang sedang berada di bar.

"Apa kau sudah menemukan istrimu yeol? Tanya baekhyun saat mendengar suara chanyeol yang memesan sebotol wine disampingnya. Chanyeol hanya dapat menggelengkan kepalanya lemas.
"Bukankah jieun bekerja dirumah sehun?"
"Ne...- hah kau benar jieun bekerja dirumahnya, besok aku akan mencarinya disana baek". Mengapa tidak terpikirkan dari tadi, jieun kau membuatku tidak bisa berpikir jernih, pikirnya.
.
.
.
"Aku tidak menyangka jika omonganku waktu itu terjadi padamu sekarang yeol" ucap baekhyun penuh prihatin pada sahabatnya itu.
"Ya aku menyesal baek telah menyia-nyiakannya. Tapi aku akan mendaptakannya kembali, kau lihat saja" ucap chanyeol meyakinkan, terpancar kesungguhan dalam sorot matanya. Baekhyun mengangguk menyetujuinya.


>pagi itu sehun mengajak jieun kesebuah wahana permainan, ia bermaksud ingin membuat wanita disampingnya itu bisa melupakan masalahnya dengan chanyeol, sekalian ia ingin berduaan dengan jieun.
"Gomawo sudah mau menghiburku oppa, tapi ini terlalu berlebihan. Aku disini hanya seorang pelayan mu oppa" ucap jieun ketika keduanya berada disebuah taman. Sehun terdiam beberapa saat hingga ia mengeluarkan suaranya.
"Jieun... sebenarnya sudah sejak lama aku menyukaimu" ucap sehun terang-terangan membuat lawan bicaranya menatap antara terkejut dan tidak percaya.
"Bukan hanya menyayangimu, aku juga mencintaimu ji" lanjut sehun, lama jieun terdiam untuk mengumpulkan nyawanya. Ia tidak salah dengar kan?.
.
.
.
"Ba-bagaimana bisa? Se-sejak kapan oppa?" Ucap jieun memundurkan posisi duduknya sedikit kebelakang.
"Sejak sebelum kau dijodohkan dengan chanyeol  dan - - - -" sehun menceritakan semua dari awal hingga akhirnya seperti ini.

"Oppa... maafkan aku... aku tidak bisa menerima cintamu oppa. Ak-aku masih memiliki ikatan dengan chanyeol" ucap jieun tergagap setelah mendengar penuturan sehun.
"Aku mengerti ji, tapi sampai kapan? Sampai kapan kau mau memepertahankan chanyeol yang sudah mencampakkanmu seperti ini, bahkan hingga saat ini ia tidak mencarimu..." ucapan sehun membuat jieun mengingat soal perceraian yang ia akan ajukan, bukankah ia juga sudah bertekad untuk melepaskan chanyeol.
"Kumohon, bukalah hatimu untukku ji" mohon sehun, tangan besarnya menggenggam erta tangan kecil jieun yang terlihat mempertimbangkan ucapannya.
.
.
.
"kalau begitu bantu aku untuk bisa mencintaimu dan menghilangkan perasaan ini padanya".
Sehun mendapatkan lampu hijau,ya ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Tentu sehun dengan senang hati melakukannya jieun.

>chanyeol memarkirkan mobilnya ditepi jalan yang menghadap kesebuah rumah besar bercat putih abu. Dibalik kaca mobil hitamnya, maniknya menatap detail sekitar rumah tersebut, tidak ada tanda-tanda istrinya berada disana. Namun tak lama kemudian sebuah mobil memasuki pekarangan rumah tersebut saat pintu gerbang lebar itu terbuka secara otomatis.
Maniknya lagi menangkap sehun turun dari mobil dan seorang wanita berperawakan mungil turun setelahnya.pundak dan tengkuk itu ia hapal betul ketika ia melihat wanita itu menggelung rambutnya.
"JIEUN!" Pekik chanyeol, namun tidak menimbulkan suara yang berarti dari tempat jieun berada.
Chanyeol menghampiri jieun dan sehun dengan langkah yang tidak santai, nafasnya menggebu-gebu, tangannya terkepal kuat dan....
'Buk' sehun tersungkur kebelakang, tinjuan chanyeol sangat pas mendarat di pipi kanan milik lelaki itu.
"Apa yang kau inginkan dari isteri ku hah?" Tanya chanyeol ketika ia hendak kembali memukul sehun.
"Hentikan chanyeol si" pinta jieun menengahi keduanya lalu ia menghampiri sehun dan membantunya berdiri, chanyeol seketika menghentikan gerakan tangannya yang sudah berada diudara siap meninju kembali lelaki dihadapannya. Bukan karena ia menuruti apa yang jieun perintahkan, tapi yang membuatnya berhenti karena bagaimana cara wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu memanggilnya. Sehun hanya tersenyum miring dan mengelap ujung bibirnya yang sedikit mengeluarkan cairan merah.
"Wae jieun?" Tanya chanyeol dengan wajah sedihnya.
"Karena jieun sudah tidak mencintaimu tuan park" ucap sehun berbohong. Jieun menatap sehun sedikit terkejut dengan apa yang diucapkannya.
"Kau berbohong kan jieun...park jieun kau masih istriku saat ini" ucap chanyeol memegang erat kedua pundak istrinya, jieun dibuat bimbang. Disatu sisi ia sudah bertekad akan melepaskan chanyeol dan di sisi yang lain, perkataan chanyeol menunjukkan bahwa ia masih menginginkan jieun menjadi istrinya.
Chanyeol menggenggam erat kedua tangan jieun.
"Kembalilah padaku park jieun, kita mulai dari awal lagi semuanya" pinta chanyeol penuh harap. Menarik tubuh itu kedalam dekapannya dan mendaratkan bibirnya yang hanya berlangsung selama beberapa detik karena lelaki berbibir tipis itu segera memisahkan keduanya, menarik lengan jieun agar melepaskan tautan mereka.
"Jieun, apa kau lupa dengan ucapanmu padaku?" Tanya sehun dengan wajah mengintimidasi.
Jieun menundukkan kepalanya, merogoh tas selempang yang ia kenakan, sebuah map coklat berisi sutar cerai yang ia buat tadi bersama sehun.
Jieun berjalan mendekat kearah chanyeol.

"Mohon kau tandatangani surat ini!" Pinta jieun seraya menyodorkan map tersebut pada chanyeol.
"Apa ini ji?"Tanya chanyeol tak mengerti.
"Sebuah jalan agar kau bisa terbebas dariku" jawab jieun, chanyeol sekarang tahu apa maksudnya.
"Tidak ji, aku tidak akan menandatanganinya" chanyeol pun merobek surat cerai mereka.
Jieun mencoba menahan air mata yang sudah menggenang dipelupuk matanya. Ia yang naif sekarang, meminta chanyeol menandatangani surat cerai dan masih menginginkan chanyeol berada disampingnya.

"Ayo ji kita masuk!" Perintah sehun menarik tangan kiri jieun.
"Tidak tuan oh, park jieun akan pulang bersamaku, jadi lepaskan tangan mu dari tangannya sekarang!" Perintah chanyeol pada sehun, sorot mata keduanya mengisyaratkan kebencian yang seakan-akan bisa membunuh siapa saja yang ditatapnya. Jieun melihat kedua lelaki itu secara bergantian, kemudian ia melepas salah satu tangan yang menggenggamnya.
.
.
.



Tbc.


Hah, sebelumnya saya mau mengucapkan terimakasih untuk para readers yang sudah mau membaca ff saya walau ceritanya sedikit membosankan, haha (emang ngebosenin yah?). Dan untuk satu bulan kedepan author mau hiatus dulu. Tapi tenang aja nanti saya juga bakalan bikin ff yg cast nya iu lg tentunya.
Dan untuk ff ini saya akan menyelesaikannya dalam waktu yang berdekatan jadi pantau terus ya guys! Terimakasih ^^









Senin, 11 April 2016

Don't Touch My Wife (chapter 2)

Don't Touch My Wife
Cast : lee jieun (iu)/park chanyeol/oh sehun/xi luhan/byun baekhyun.
Other cast : find yourself!
Rated : 17.
Genre : Married life, sad, romance, hurt.
Author : Lea

Maaf ya kalo banyak typo. Just read and appreciate guys!, you can do it by like or comment. Comment nya yang membangun ya! ^^ karena apresiasi kalian itu sangat berarti bagi saya,,, hiks hiks -_- gk apa-apa deh yg penting saya bisa menuangkan imajinasi saya disini oyeeeee!!!!!!


>
>
>
>lelaki itu menyeringai, seakan mangsanya sudah ada di hadapannya.
"Jieun, apa yang sedang kau lakukan disini?"tanya lelaki itu.

>"ekhmm..oppa besok aku sudah mulai bekerja". jieun memecah keheningan ditengah makan malam mereka. Chanyeol menatap jieun sesaat dan kembali pada aktivitas makannya. Sementara Jieun masih menatap suaminya yang sibuk bergulat dengan mangkuk berisikan mie hitam yang dibuat jieun, berharap sebuah jawaban atau kalimat penyemangat untuknya, tapi itu terlalu mustahil baginya menginginkannya keluar dari mulut seorang park chanyeol.
"Aku akan bekerja menjadi juru masak dirumah temanmu oppa, kau masih ingat kan oh sehun?" Ucap jieun. Chanyeol yang semula tidak peduli dengan pembicaraan jieun akhirnya menghentikan aktivitasnya dan menatap wajah istrinya yang berada di hadapannya, rahangnya mengeras setelah mendengar nama orang yang tidak disukainya.
"Setelah ditolak oleh banyak restoran, aku bertemu dengannya ternyata ia pemilik restoran ternama disini, beruntung-" belum sempat jieun meneruskan, chanyeol tiba-tiba memotongnya.
"Kau sebaiknya jangan bekerja dengannya" ucap chanyeol masih menatap dalam wanita didepannya.
Jieun baru kali ini melihat chanyeol menatapnya serius, menanggapi perkataannya. Ia bingung, mengapa chanyeol melarangnya bekerja dirumah temannya itu,seingatnya chanyeol dan sehun berteman baik sejak sekolah menengah atas. Jieun benar-benar tidak mengerti, bukannya bagus jika ia bekerja dirumah orang yang sudah chanyeol kenal sebelumnya, pikirnya.

Jieun kau belum tahu rupanya, sehun menginginkanmu, ia akan merebutmu dari tangan suamimu, tapi kita lihat apa yang akan chanyeol lakukan untuk mempertahankan istrinya itu.

"Wae? Bukannya bagus oppa, aku bekerja dirumah temanmu. Selain menjadi juru masak aku juga akan menambah penghasilanku menjadi pelayan dirumahnya, hanya sampai menyiapkan makan malam untuknya". "Aku bilang jangan bekerja dengannya, apalagi dirumahnya" ucap chanyeol menekankan ucapannya.
"Wae oppa? Aku juga ingin menggunakan kemampuanku. Aku tidak mau terus menerus bergantung padamu. Kau setiap saat dingin padaku tapi sekarang kau terlihat peduli dengan perkataanku". Jieun membalas ucapan chanyeol, ia heran dengan suaminya itu, ini seperti bukan chanyeol yang ia kenal, mengapa ia tiba-tiba peduli dengan ucapannya. Bahkan sebelumnya setiap ia bercerita atau meminta pendapat suaminya, hanya deheman atau raut tidak peduli dan jieun akan dengan lapang dada menghadapinya.
"Ekhm, terserah kau saja" chanyeol tiba-tiba menjadi tergagap setelah mendengar pernyataan jieun. Itu benar mengapa ia harus melarangnya, itu terlihat jika ia peduli padanya.
"Kau ingin aku terus bersikap dingin padamu? Baiklah teruskan saja kemauanmu dan aku tidak akan mencoba peduli padamu lee jieun" lanjut chanyeol, raut wajahnya sudah kembali dingin bahkan bertambah dingin. Chanyeol membanting sumpit menghentikan kegiatannya dan meninggalkan meja dengan jieun yang sudah siap menjatuhkan air matanya.
'Deg' bodoh jieun, kau sungguh bodoh, kenapa kau harus memulai pertengkaran dengannya. Tapi ia juga berhak menanyakan alasan mengapa chanyeol melarangnya untuk bekerja, bukankah ia selau tidak peduli padanya. Bahkan ia tidak pernah mendengar chanyeol menyebutkan marganya didepan nama jieun setiap ada rekan bisnis yang berkunjung kerumahnya.

>hari ini jieun mulai bekerja di rumah sehun, menyiapkan sarapan untuk majikan barunya. Setelah sebelumnya ia harus bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan untuk chanyeol dan bergegas pergi.

Chanyeol membuka matanya, mendudukan diri di sofa yang ia tiduri dan sudah tidak menemukan jieun di tempat tidurnya. Ia ingat hari ini jieun sudah mulai bekerja di tempat sehun, teman yang sekarang sudah menjadi saingannya.

>"silahkan tuan, ini makanan yang anda inginkan" ucap jieun sembari menyusun hidangannya.
"Ya jieun, kau jangan berbicara seformal itu. Panggil aku sehun. Kau membuat ku terkesan tua dengan menyebutku tuan". Ucap sehun. Ia memang belum tua karena umurnya sama dengan umur chanyeol yang berbeda dua tahun dengan jieun.
"Maaf tuan, ehm maksudku sehun si" ralat jieun, ia merasa sungkan dengan sehun yang telah menolongnya. Ia bersedia memperkerjakan jieun dirumahnya. Jieun juga telah mengetahui bahwa sehunlah pemilik restoran terkenal itu, ia sangat dermawan mau memperkerjakan jieun dirumahnya.

>sehun mengantar jieun pulang setelah pekerjaannya selesai. Jieun awalnya menolak namun sehun memaksanya.
"Jadi dimana alamatmu?" Tanya sehun sembari fokus menyetir mobil.
"Eoh di blok gangnam oppa" jawab jieun tersadar dari kegiatannya melihat keluar jendela. Ia merasa canggung semobil dengan sehun karena ini baru pertama kalinya ia berduaan dengan orang lain dalam sebuah mobil selain dengan keluarganya dan chanyeol.
"Jieun, boleh aku bertanya padamu?" Tanya sehun sesekali melirik jieun di sela-sela mengemudinya.
"Ne, mengapa kau harus meminta izin dulu sehun si, tentu boleh" jawab jieun.
"Kenapa kau memilih bekerja sebagai juru masak, maksudku mengapa kau tidak bekerja saja di perusahaan suamimu?" Tanya sehun yang penasaran dengan alasan jieun yang memilih menjadi juru masak dirumahnya. Mengingat suaminya itu seorang pengusaha muda yang memiliki banyak cabang usaha di setiap penjuru kota, sama sepertinya. Ia selalu penasaran dengan keadaan wanita yang dicintainya itu.
"Haha, kau membuatku malu sehun si" jawab jieun.
"Mengapa kau harus malu?" Tanya sehun bingung.
"Aku tidak mengerti soal urusan perkantoran apalagi bisnis. Aku ini lulusan sekolah tinggi memasak sehun si" jelas jieun.
"Haha pantas masakanmu sangat lezat, saat kau menghidangkan masakanmu tadi, aku seperti sedang berada di restoran internasional, cara penyajianmu sangat cantik melebihi masakan direstoranku jieun. Wah aku beruntung memperkerjakanmu di rumahku, bukan di restoranku jadi aku bisa setiap hari memakan masakanmu tanpa harus pergi ke restoran" jelas sehun panjang lebar membuat jieun tersipu malu.
"Haha sehun si kau terlalu berlebihan, masakanku tidak ada apa-apanya dengan masakan restoran internasional yang ada" ucap jieun.
"Beruntung chanyeol" gumam sehun.

Pembicaraan mereka berlanjut hingga
Sehun menghentikan mobilnya di depan sebuah toko sepatu.
"Kenapa kita berhenti disini sehun si?" Rumahku bukan disini" ucap jieun bingung dengan wajah polosnya.
 "Ayo turun".
Jieun mengikuti sehun yang masuk terlebih dahulu. Jieun penasaran mengapa sehun mengajaknya ketoko sepatu.
Sehun menghampiri jieun yang sedang menunggunya di sebuah kursi yang disediakan untuk para pengunjung.
"Lepaskan sepatumu dan coba ini"
Perintah sehun ketika sudah meletakkan sepasang sepatu wanita dihadapannya.
"Tapi untuk apa sehun si? Apa ini untuk pacarmu?"tanya jieun.
"Ani, ini untukmu karena sudah melayaniku dengan sangat baik" ucap sehun dengan senyuman menghiasi wajah tampannya.
"Ah tidak usah repot-repot sehun si, aku juga sudah sangat berterimakasih karena kau sudah bersedia memperkerjakanku,lagipula kau menggajiku bukan?"
"Anggap saja ini sebagai tanda hubungan baik kita, maksudku hubungan pertemanan kita".
"Jadi kau tidak boleh menolaknya jieun" lanjut sehun kemudian berjongkok dan memakaikan sepatu tersebut pada kaki jieun membuat siapapun yang melihatnya mengira bahwa mereka sepasang kekasih, jieun terkejut dengan tindakan sehun yang memakaikannya sepatu.
"Mulai sekarang panggil aku oppa" ucap sehun dengan nada memerintah yang membuat nyawa jieun kembali ketubuhnya.
"Ani, aku tidak terbiasa memanggilmu itu sehun si".ucap jieun yang merasa canggung jika memanggilnya 'oppa'.
"Kalau begitu, agar terbiasa mulai sekarang panggil aku oppa arra"
"Ani"
"Yak, aku tidak menerima penolakan lee jieun. Lagipula umurmu berapa tahun hah?"
"Ne ne arraso oppa"
"Good" sehun tersenyum menang.
Sepasang mata dari balik kaca mobil memperhatikan mereka.

>chanyeol melihat jam dinding di atasanya, ini sudah waktunya makan malam tapi jieun belum juga pulang, apa yang sedang ia lakukan dengan lelaki itu.
Drrtt drrtt, tiba-tiba sebuah panggilan masuk, 'baekhyun'.
"Yeol, apa kau sedang bersama istrimu dirumah?"tanya baekhyun menyerobot tiba-tiba.
"Tidak, ada apa?" Tanya chanyeol penasaran.
"Aku melihat seorang wanita bersama saingan bisnismu di sebuah toko sepatu, dan wanita itu mirip jieun" ucap baekhyun disebrang sana.

Dugaan chanyeol benar, mereka pasti sedang bersenag-senang diluar sana.

>"ah sehun si, aku harus segera pulang. Chanyeol menungguku dirumah" ucap jieun setelah mencoba sepatu yang dipakaikan sehun padanya.
"Baiklah, aku akan membayar ini dulu, kau tunggu sebentar" ucap sehun lalu segara pergi ke kasir dengan raut wajahnya yang terlihat tidak senang setelah mendengar nama chanyeol disebut oleh jieun.

"Bagaimana rumah tanggamu dengan chanyeol? Apa ia memperlakukanmu dengan baik?" Tanya sehun frontal saat dalam perjalanan kerumah jieun.
"Ah mian aku bertanya soal rumah tanggamu, tapi aku ingin tahu bagaimana cara temanku chanyeol memperlakukan istrinya" lanjut sehun setelah melihat jieun menatapnya balik. Mungkin lebih tepatnya teman yang sekarang sudah menjadi saingan.
"Rumah tanggaku baik-baik saja seh- oppa" jawab jieun dengan senyuman dibibirnya, namun matanya mengisyaratkan kesedihan. Sehun menyadari itu, ia tahu jieun sedang berbohong. Sehun mempunyai kaki tangan dimana-mana, ia berbohong soal tidak tahu alamat jieun dan berpura-pura menanyakannya. setelah hampir satu tahun mereka menikah tapi jieun belum juga memiliki anak dari chanyeol, itu membuktikan bahwa hubungan jieun dan chanyeol tidak sedang baik-baik saja. sehun juga ingat bagaimana wanita yang dicintainya itu harus menikah dengan mantan temannya, chanyeol.
"Jika kau punya masalah kau bisa membaginya denganku jieun, karena sekarang kita berteman" ucap sehun tulus, namun hatinya berkata bahwa ia harus bisa merebut cintanya itu.

'Ngiung ngiung~' suara sirine mobil ambulan searah melaju kencang mendahului mobil yang mereka tumpangi.

Terlihat sebuah kerumunan disepanjang trotoar jalan. Garis polisi menjadi pembatas tkp, orang-orang berseragam polisi dan berbaju putih khas rumah sakit terlihat sibuk mengevakuasi para korban kecelakaan. Dua buah mobil besar ringsek menghalangi jalan. Kecelakaan yang terjadi mengharuskan setiap mobil yang melewati jalan itu harus memutar arah dan itu memakan waktu yang lumayan lama karena kendaraan lain yang sudah mulai memanjang dibelakang.
"Bagaimana ini, apa chanayeol sudah makan? Bagaimana jika ia marah" jieun bergulat dengan pikirannya. Hatinya tidak tenang, sedari tadi ia gelisah setiap melihat jarum jam di tangannya.

"Gomawo oppa sudah mengantarkanku, dan terimakasih juga sepatunya" ucap jieun sembari membungkuk berterimakasih.
"Ne cheonma, kau bisa masuk duluan, aku akan pergi setelah memastikanmu masuk jieun" ucap sehun memastikan agar jieun pulang dan sampai didalam rumahnya dengan keadaan selamat.ia begitu mencintai jieun, dibalik wajah tenangnya tersimpan kepiluan yang dalam. Mata itu menatap sedih rumah didepannya setelah sosok wanita yang dicintainya menghilang bersamaan dengan tertutupnya pintu. Dan setelahnya mobil itu melaju kencang membelah dinginnya malam.

>jieun mendapatkan rumah dengan kondisi gelap. Mungkin chanyeol sudah tidur, fikirnya. Ia merasa bersalah karena terlambat pulang dan tidak menyiapkan makan malam untuk suaminya. Jieun takut chanyeol akan marah karena ia pulang terlambat. Menyalakan lampu saat ia telah menutup pintu kamar, dan alangkah terkejutnya ia mendapatkan chanyeol yang berdiri begitu dekat dihadapannya, bahkan ia bisa merasakan hembusan nafas chanyeol di keningnya.
"Omo, chan-"
"Bagaimana kencanmu nona? Apa sangat mengasyikan hingga kau lupa jam berapa sekarang?" Tanya chanyeol dengan nada menyindir.
"Berkencan? Apa yang kau maksud oppa?" Tanya jieun balik. Ia tidak mengerti dengan pertanyaan chanyeol.
"Jangan berpura-pura tidak tahu,kau bersenang-senang dengannya sementara kau melupakan tugasmu sebagai seorang istri". Ucap chanyeol menggebu-gebu, deru nafasnya semakin cepat. Ia muak dengan istrinya itu. Memojokannya kedinding dengan mencengkram kedua lengan jieun lalu mengeluarkan kekesalannya.
Jieun sudah tidak tahan terus menerus disalahkan. Hingga ia pun mengeluarkan semua unek-uneknya.
"Kau bilang istri, sejak kapan kau menganggapku istri hah? Bahkan oppa tidak pernah memperlakukanku seperti seorang isteri, kau hanya memanggilku jika kau membutuhkan sesuatu. Kau juga banyak menghabiskan malammu di luar sana. Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu oppa, melakukan apa yang membuatmu bahagia dan tidak pernah mengeluh jika kau selalu pergi dimalam hari dan pulang kapanpun kau mau. Aku selalu mencoba berfikir positif tentang apa yang kau lakukan diluar sana. Maafkan aku karena terlalu egois menyetujui pernikahan ini, maafkan aku karena telah mencintaimu dan membuat mu menderita hingga saat ini. Maafkan aku juga atas segala kekuranganku, aku tidak bisa menjadi istri yang baik untukmu, sekeras apapun aku mencoba, aku tahu hanya minhye lah yang selu ada dihatimu" ucap jieun dengan mata yang menatap lurus selama ia mengeluarkan semua yang ada dalam hatinya, tidak berani menetap lelaki dihadapannya. airmatanya mengalir deras seiring kalimat yang ia ucapkan.
Chanyeol ia pun merasa bersalah, namun harga dirinya jauh lebih tinggi untuk mengakuinya. Ia melonggarkan cengkramannya sebelum akhirnya memukul keras dinding disebelah jieun dan pergi meninggalkan isterinya yang menangis tersedu.

Jieun, tubuhnya merosot, kakinya lemas setelah mengeluarkan segala unek-uneknya pada chanyeol. Ia pun seorang wanita yang ingin merasakan bagaimana rasanya dicintai dan dikasihi oleh lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu. Hatinya remuk mendengar pernyataan chanyeol tadi. Padahal harusnya ia bisa seperti biasa dapat menerima dengan lapang dada setiap perkataan chanyeol padanya. Tapi sekarang pernyataannya sungguh membuatnya sakit. Ia lelah dengan semua ini, jieun sudah pada titik kesabarannya. Ia tidak akan membuat chanyeol merasa terbebani dengan kehadirannya disini. jieun pikir tubuh nya memang ada didekatnya tapi hatinya bukan untuk dirinya.

Chanyeol pergi mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sekarang ia ingin meluapkan kekesalannya pada botol-botol wine dihadapannya.
"Maaf chanyeol si kau sudah menghabiskan tiga botol, apa kau masih kuat untuk memesannya lagi?" Ucap seorang bartender pria yang khawatir melihat kondisi chanyeol, pelanggannya, karena biasanya chanyeol hanya akan memesan satu botol wine saja, itu pun ia hanya menghabiskannya setengah.
"Aku tidak peduli woo ah, aku kesal dengannya. Pria brengsek itu telah berhasil mengambil hati istriku haha" racau chanyeol dengan tawa mirisnya.
Bartender itu hanya dapat melihatnya empati, lalu menelpon seseorang disebrang sana, baekhyun, ia juga dekat dengan baekhyun karena bartender yang di panggil woo itu adalah teman baekhyun.
"Haha, lihatlah chanyeol keadaanmu sekarang, lelaki itu pasti akan menunjukkan tanduknya bangga karena berhasil mendpatkanmu jieun, haha" chanyeol kembali meracau sendiri. Seorang wanita berpakaian mini mendekati chanyeol. Bibir berlapis lipstik merah tebal menyala itu mencoba merayu chanyeol yang sedang meracau tak sadarkan diri.
"Hai apa kau sendiri, mana pasanganmu?" Tanya si wanita sembari mengelus pipi chanyeol, tapi dengan sigap chanyeol menepisnya. Walau ia suka minum-minum dan pergi ke bar, ia tidak suka bermain-main dengan wanita murahan seperti mereka.
Wanita itu tersenyum miring setelah tangannya ditepis kasar oleh chanyeol, lalu ia memeluk chanyeol menempelkan bibirnya di kemeja putih lengan atas yang chanyeol kenakan sehingga meninggalkan bekas merah disana. lalu chanyeol mendorong kasar wanita itu hingga tersurung ke belakang.
"Kau sungguh membuatku tertarik tuan. Sayang kau terlalu sombong"ucap si wanita murahan itu tersenyum miring.
Baekhyun yang baru datang dan melihat kejadian itu segera berlari menghampiri chanyeol yang akan segera melemparkan sumpah serapah pada wanita tadi.


>baekhyun membawa chanyeol ke apartemen miliknya (baekhyun), ia tidak mungkin kan membawa chanyeol kerumahnya mengingat jarum jam sudah menunjukkan angka 23.30, jieun pasti sudah tidur ia tidak tega membangunkannya dan membawa suaminya dengan kondisi seperti ini.
Baekhyun mengerti jika chanyeol sedang ada masalah dengan isterinya.

>jieun menyeret koper miliknya, ia tidak tau harus kemana. Keputusannya untuk berpisah dengan chanyeol sudah ia genggam. Ia melihat pesan di handphonenya, sebuah alamat yang luhan kirim setelah jieun memintanya tadi.

>"apa yang terjadi dengan mu ji? Apa kau bertengkar dengan suamimu?"tanya luhan setelah jieun sampai di apartemennya. Ia sangat prihatin sekali dengan kondisi jieun saat ini.

Luhan membawa semangkuk bubur dan secangkir susu jahe untuk jieun, ia sekarang sudah benar-benar melepas perasaannya pada jieun. Ia lebih baik menganggap jieun sebagai adiknya, dengan begitu jieun tidak akan menjauh darinya jika ia mengetahui perasaan luhan sebelumnya.
"Ini ji aku bawakan bubur dan susu jahe hangat untukmu, habiskan ya" ucap luhan saat ia sudah mendudukan dirinya disamping ranjang dimana jieun berada.
"Ini terlalu panas  oppa" ucap jieun setelah memasukkan sesendok bubuk kedalam mulutnya.
"Ah benarkah, emm kau benar ini terlalu panas haha, mian oppa akan mendinginkannya sebentar"ucap luhan kemudian mengambil sebuah kalender di atas meja disampingnya dan mulai mengipasnya, mulutnya pun turut sibuk meniupi bubur yang membuat bibir jieun dan bibirnya melepuh kepanasan.
Sementara jieun mengambil benda persegi di sampingnya dan mulai mendial no yang ia tuju.
"Hallo, oppa maaf hari ini aku tidak bisa masuk kerja" ucap jieun dengan suara lemah pada orang disebrang panggilan sana. Luhan melirik jieun disela-sela meniupi bubur ditangannya, sementara tangan satunya lagi ia pakai untuk membantu mengipas-ngipas. Ia penasaran, siapa yang jieun telpon.
"Wae? Apa terjadi sesuatu padamu?"tanya sehun terdengar mengkhawatirkannya.
"Ani, aku baik-baik saja. Hanya sedikit kelelahan" ucap jieun
"Kalau begitu istirahat yang cukup,aku akan menjengukmu kesana tunggu-" dengan cepat jieun memotong ucapan sehun.
"Tidak usah oppa, aku hanya sedikit kelelahan lagipula aku sekarang sedang berada di rumah saudaraku". Ucap jieun, ia sedang tidak berbohong karena luhan sudah ia anggap kakaknya sendiri. Bukankah kakak juga saudara?, walau bukan kakak kandung.
"Ehm oke, cepat sembuh dan jangan memikirkan yang lain-lain ok" ucap sehun.
"Ehm gomawo oppa" balas jieun dan setelah itu mematikan telponnya.

"Siapa?"
"Siapa apa oppa?" Tanya jieun bingung.
"Yang kau telpon barusan ji" ucap luhan mendelik kesal, ternyata hingga sekarang jieun masih tetap lemot sama seperti dulu.
"Ouh...tadi majikan tempatku bekerja oppa,aku meminta izin untuk tidak bekerja hari ini" ucap jieun sembari memindahkan mangkuk bubur yang dipegang luhan ke tangannya.
"Mwo majikan?" Tanya luhan, matanya melotot tidak percaya. Bagaimana gadis ini mempunyai majikan, apa ia bekerja sebagi seorang pembantu. Ah luhan tidak bisa mebayangkannya.
"Ne, aku bekerja menjadi juru masak dirumahnya. Ia orang yang baik oppa bahkan aku tidak merasa seperti seorang pembantu disana, ia memperlakukanku dengan sangat baik oppa. Kau tidak usah khawatir" ucap jieun setelah melihat wajah luhan yang sudah bisa ia baca hanya dengan melihat rautnya itu.

"Ji"
"Hmm apa oppa?" Tanya jieun dengan bubur dimulutnya.
"Sebenarnya besok aku harus pulang ke beijing" ucap luhan menatap jieun yang sudah ia anggap adiknya sendiri. Seketika jieun menghentikan sendok yang sudah siap mendarat dimulutnya dan menatap balik luhan. Sesingkat itukah ia berada disini, bagaimana dengan nasibnya. Jieun tidak mungkin ikut kesana karena ia harus menyelesaikan masalahnya dengan chanyeol, bagaimanapun juga ia masih memiliki tanggung jawab atas semua yang terjadi. Ia tidak mau menyelesaikan masalah dengan ikut luhan ke beijing, itu tidak akan menyelesaikan masalah, pikirnya. Ia akan mengajukan surat cerai dan membiarkan chanyeol hidup bahagia dengan wanita yang ia cintai, walau itu menyakitkan baginya, ia harus mencoba membiasakan hatinya agar tidak merasakan sakit yang teramat jika suatu saat chanyeol sudah menemukan minhye kembali, wanita yang ia cintai. "Maafkan aku eomma appa" batin jieun.


>Langit jingga menandakan bahwa hari mulai senja. chanyeol memasukkan kode rumahnya. Ia telah bertekad akan meminta maaf pada jieun dan memperbaiki hubungan mereka,nasihat yng baekhyun berikan ia renungkan dalam-dalam. Menaiki tangga dan menimbulkan decit sepatu setiap kakinya melangkah naik. Membuka pintu kamar dan tidak menemukan tanda-tanda kehidupan didalamnya. Langkahnya mendekat kerah pintu kamar mandi.
"Park jieun apa kau didalam? Tanya chanyeol sedikit berteriak. Ini untuk pertama kalinya ia menyebut jieun dengan menambahkan marga 'park' didepannya.
"Jieun apa kau didalam, jawab ak-" teriakannya terhenti saat matanya menangkap selembar kertas berwarna putih diatas tempat tidurnya.

"Park jieun, maafkan aku...aku mencintaimu"


Tbc.


Give your appreciate after read this! ^^
Mohon maaf bila ada kesamaan nama, tempat, ataupun jalan cerita. Karena ini murni imajinasi author.





Sabtu, 09 April 2016

Don't Touch My wife (chapter 1)

Don't Touch My Wife

Cast : lee jieun (iu)/park chanyeol/oh sehun/xi luhan/baekhyun.
Other cast : find yourself!
Rated : 17.
Genre : married life, sad, romance, hurt.
Author : Lea.

Maaf ya kalo banyak typo, just read and appreciate guys! you can like or comment. Comment nya yg membangun ya ^^itu berarti loh buat author.



>
Apa aku bisa mendapatkan sedikit kasih sayangmu?, maafkan aku yang tanpa sadar terlalu egois menginginkan kau disisiku hingga janji yang sakral itu kita ucapkan bersama namun hanya aku yang merasakan bahagia tidak denganmu. Tapi itu bukan sepenuhnya salahku, aku justru ingin melepaskanmu dari rantai besi yang mengikatmu hingga kau tidak bisa dengan mudah lepas darinya yang kau tidak ketahui bahwa wanita itu justru mengkhianatimu, mengkhianati cinta mu yang sebaliknya aku dambakan. Maafkan aku yeol....

"Kau bisa tidur disini, pasti badanmu pegal jika setiap hari harus tidur di sofa itu"
"Kau lupa dengan kesepakatan kita?"ucapnya dingin sementara matanya tertutup dengan tangan yang terlipat diatas dadanya.
"kau bisa tidur disana, tenang aku masih ingat itu"
Chanyeol membuka mata ketika jieun sudah berada dihadapannya, telah siap dengan selimut cadangan dan bantal yang ia bawa. Lelaki berkaos putih itu hanya menatap tidak yakin dan setelah itu mengangguk tak peduli dan berjalan kearah ranjang, kantuknya tidak bisa ditahan.


>
Jieun, ia merasa sakit dan sesak didadanya, hanya isakan kecil yang ia dapat lakukan. Apa yang ia punya sekarang? Ketika orang tuanya telah pergi jauh yang siapapun tidak bisa mendatanginya kecuali dengan takdir yang mengantarmu. Kecelakaan itu telah merenggut dua orang yang ia paling sayang didunia ini, yang selalu ada dalam senang atau susahnya. setelah pernikahan itu, pernikahan yang berlangsung karena keinginan kedua orang tua mereka. Keinginan terakhir yang jieun dapat kabulkan pada kedua orang tuanya, hanya itu.
Menangis di kesunyian malam, hanya udara dingin yang menemaninya. Jieun, ia memilih tidur di ruang tamu agar ia dapat menenangkan hatinya yang sangat lelah dengan sikap dingin suaminya.

>chanyeol menemukan jieun tertidur di sofa ruang tv saat ia terbangun di malam hari untuk mengambil segelas air putih, menghampirinya dan memperbaiki posisi selimut yang jieun kenakan hingga menutup setengah badan jieun. Chanyeol, ia terlalu naif pada dirinya sendiri, terlanjur mempertahankan ego nya karena masa lalu yang terjadi. Sudah hampir menginjak satu tahun usia pernikahan mereka, ia belum bisa menerima kenyataan ini.

'Oppa, sarapan diatas meja. Mian aku hanya bisa membuatkan nasi goreng dengan telur dadar untukmu karena hari ini persediaan makanan sudah habis, aku pergi ke pasar untuk membeli persediaan dirumah. Jangan lupa habiskan juga susumu, (jieun)'.

Chanyeol hanya membaca sekilas surat itu, dan mulai memakan sarapannya, ia sangat menyukai setiap masakan yang jieun buat, namun ia tidak pernah menunjukan apresiasinya itu.

>jieun sedang sibuk memilih bahan-bahan keperluannya memasak dan terhenyak setelah suara seorang lelaki menyapa indera pendengarannya.
"Apa kabarmu ji?"
"Oppa?, kapan kau datang?"
"Ternyata kau masih sama seperti dulu ya.Jawab dulu pertanyaanku baru aku akan menjawab pertanyaanmu"
"Ah haha mian, aku baik-baik saja. Apa kau tidak lihat aku sangat baik-baik saja" ucap jieun sembari memutarkan tubuhnya, ia baru ingat bahwa masih ada satu orang yang dekat dengannya. luhan sama seperti jieun, kedua orang tuanya telah meninggal dunia saat ia masih duduk dibangku sekolah menengah atas. Ia tinggal dengan bibinya di china setelah lulus dan meneruskan bisnis orang tuanya disana.
"Kau tumbuh dengan sangat cantik ji"
"Aku memang sudah sangat cantik sejak dulu oppa, oh iya kapan kau datang? Kenapa tidak mengabariku dulu?"
"Aku datang kemarin sore. Bagaimana aku bisa mengabarimu, kontak mu yang dulu saja tidak aktif, mengirim surat juga aku tidak tahu alamatmu yang sekarang, beruntung aku menemukanmu disini"
"Oh ne, aku sudah tidak memakai kontakku yang dulu"
"Ya, sejak kau sudah resmi menjadi istri orang"
"Tidak oppa, tapi aku menghilangkan kontak card itu. Apa kau marah?"
"Ne, aku marah karena kau bukan milikku" ucap luhan semakin mengecilkan suaranya dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Ne? Apa yang oppa katakan?"
"Hmm ani, oppa tidak marah padamu, yang penting sekarang aku sudah menemukanmu".
Luhan memang tidak sengaja bertemu jieun di market saat ia juga sedang belanja makanan. Beruntung ia menemukannya setelah dua tahun ia kehilangan kontak dengan jieun, jujur ia mencintai gadis itu namun ia pendam perasaannya karena ia tahu jieun sudah menjadi milik orang lain. Sekarang ia hanya bisa menjaga jieun seperti adiknya sendiri agar ia dapat selalu disampingnya.
"Oh iya ngomong-ngomong apa yang oppa lakukan disini?"
"oppa sedang menjalankan bisnis disini"
"Kapan oppa akan pulang ke china?"
"Yak, apa kau tidak merindukanku, baru bertemu sudah menanyakan kapan aku akan pulang?" Ucap luhan dengan wajah yamg pura-pura marah.
"Ah bukan begitu oppa, aku,,, aku,,," seketika wajah jieun muram, ia hanya tidak ingin lelaki yang sudah ia anggap kakaknya pergi meninggalkannya, ia tidak punya siapa-siapa lagi sebagai tempatnya mengadu disini.
"Wae jieun? Apa aku membuatmu sedih?"
"Tidak oppa aku tidak apa-apa.tetaplah disini. Jangan tinggalkan aku sendiri"
Jieun memegang lengan luhan erat seraya menundukkan kepalanya seakan tidak ingin kehilangan orang yang disayanginya.
"Kau tidak akan sendiri ji, ada suamimu yang menjagamu." Ucap luhan memegang kedua pundak jieun. Jieun tiba-tiba memeluknya erat dan yang dipeluk balas memeluknya tak kalah erat, dibalik tangisan jieun, berbagai pertanyaan muncul diotak luhan. Apa yang membuat wanita yang ia cintai seperti ini.

>chanyeol pergi menemui seseorang menggunakan mobil hitam hadiah pernikahan pemberian ayahnya. Perusahaannya sedang dilanda musibah, para investor yang menanamkan modalnya tiba-tiba membatalkan kontrak. Ia tahu ini ulah siapa, siapa lagi kalau bukan oh sehun, pengusaha muda sukses sama sepertinya.
Mobil hitam itu terparkir didepan perusahaan milik oh sehun.

>"Bisa saya bertemu dengan oh sehun?" Tanya chanyeol pada resepsionis berbaju putih.
"Maaf tapi bisa anda sebutkan nama dan keperluan apa anda ingin menemuinya?"
"Park chanyeol, sesuatu yang tidak perlu anda tahu nona" nada tegas dan dingin chanyeol membuat si resepsionis bungkam dan segera menelpon sang direktur.
"Anda bisa menemuinya di kantornya tuan" ucap si respsionis setelah menutup telpon.

>"apa yang kau inginkan oh sehun?" Tanya dingin chanyeol setelah duduk tepat didepan sehun, mata tajam mereka seakan bertemu untuk saling membunuh dengan hanya menatapnya.
"Kau tahu apa yang ku inginkan tuan park" Ucap sehun diselingi seringaiannya.
Rahang chanyeol mengeras, ia tahu bahwa oh sehun menginginkan istrinya. Ia memang dingin pada jieun tapi ia tidak akan pernah melepaskan apa yang sudah menjadi miliknya.
"Maaf tuan oh sehun, kau bisa merebut para investor itu tapi kau tidak bisa merebutnya dariku.
"Cih, bukankah kau tidak menginginkan pernikahan itu park chanyeol?"
"Ya, tapi aku tidak akan memberikan apa yang sudah menjadi milikku padamu, kau memang cukup pintar menghasut para investor itu tapi kau kalah pintar dengan ku yang dapat mengambil hati wanita yang kau cintai".
"Santai bro, aku tidak menghasut mereka, tapi mereka yang lebih tertarik menanamkan modalnya di perusahaanku. Dan Jieun, aku akan mendapatkannya".
"Coba saja tuan oh" ucap chanyeol dengan senyum meremehkan, dan pergi dengan tangan yang mengepal keras.
Chanyeol dan sehun berteman sejak sekolah menengah atas tapi hubungan mereka menjadi seperti ini sejak chanyeol dinikahkan dengan jieun yang merupakan wanita yang ia cintai.
Lelaki berbibir tipis itu menyeringai setelah sosok chanyeol menghilang dari pandangannya.
"Kita lihat saja park chanyeol, jieun, aku akan merebutnya darimu".

>"oppa mian aku harus pulang sekarang" ucap jieun setelah melepaskan pelukannya.
"Ayo aku antar"
"Terima kasih oppa tapi aku bisa pulang sendiri, lagian kau pasti masih memiliki urusan lain".
"Tidak jieun, jadwalku luang sekarang, aku kesini pun bukan hanya untuk bisnis, tapi untuk menenagkan pikiran"
"Ne ne, kau kan sekarang sudah menjadi pengusaha muda sukses oppa, pasti kau sangat sibuk hingga ingin menenangkan pikiran seperti ini. Aku bangga padamu"
"Sudah seharusnya"
"Wah kau terlalu percaya diri oppa, baru aku bilang bangga padamu, hidungmu sudah mekar seperti itu, bagaimana jika banyak orang yang memujimu, hidung mu pasti sudah menutupi wajahmu oppa, hihi" jieun terkikik geli membayangkannya.
"Yak kau berlebihan ji, jangan bayangkan wajahku seperti itu"
"Haha habisnya hidungmu selalu mekar saat kupuji oppa"
"Ah kau ini, kajja kuantar pulang".

>chanyeol mendengar suara mobil di depan rumahnya, dan melihat seseorang turun,itu jieun istrinya.
"Kenapa kau sangat lama sekali eoh?" Tanya chanyeol dingin yang membuat jieun yang baru saja membuka pintu tersentak kaget.
"Ah mian oppa tadi aku bertemu teman lamaku"
"Terserah, nanti malam kau bisa tidur di kamar, aku pergi" chanyeol langsung pergi .
"Tapi oppa kau kan belum makan siang" jieun mencoba menahan lengan suaminya.
"Kau tidak usah repot-repot mengkhawatirkan ku, aku bisa mengurus diriku sendiri" pandangan chanyeol mengarah pada lengannya seolah meminta dilepaskan.
"Ah mian opp-" baru jieun melepaskan genggamannya chanyeol langsung pergi meninggakkannya. Jieun sudah biasa dengan itu, chanyeol hanya akan tidur dirumahnya tiga hari dalam seminggu. Entah apa yang ia lakukan diluar sana karena chanyeol akan sangat marah jika jieun mencampuri urusannya.
Jieun hanya dapat menghela nafas dalam.

>dentuman musik berdentum memekakan telinga, lampu di atas lantai dansa itu gemerlapan di digelapnya malam
"Ada apa denganmu bro? Mengapa wajahmu ditekuk seperti itu?" Baekhyun datang memukul pundak temannya chanyeol.
"Ah,,, aku tahu, kau ada masalah dengan istrimu? Kalau begitu ia untukku saja"lanjutnya.
Pletak "yak kenapa kau memukulku eoh?, itu benarkan? Jika kau bosan dengannya aku siap jadi penggantimu." Ucap baekhyun kembali menenggak wine dihadapannya.
"Kau, jangan membuatku tambah pusing baekhyun ah" Chanyeol menunjuk baekhyun yang bengong tidak percaya, temannya ini ternyata sedang sangat frustasi.
"Ne aku tidak akan merebutnya darimu, hehe tenang-tenang" ucap baekhyun sembari menepuk-nepuk pundak chanyeol yang masih menunduk memegang kepalanya frustasi.
"Tapi aku akan beri saran untukmu yeol. Kau harus bisa move on dari minhye, dia itu hanya masa lalumu, masa depanmu itu jieun kau harus ingat. setelah move on kau harus move up.lihatlah jieun, ia sangat baik padamu, dan dia bisa bertahan denganmu yang selalu acuh padanya.cobalah buka hatimu lagipula jieun ia wanita yang manis, baik, dan cantik. Tapi aku tidak bisa menjadi penentu hidupmu yeol. Kau yang harus menentukannya sendiri, mempertahankan milikmu, jangan sampai menyesal jika ia hilang dari genggamanmu". Chanyeol masih tetap dengan posisinya, mencerna apa yang temannya ucapkan, ia baru mendengar baekhyun seserius itu.
"Ahkkk" chanyeol malah menjenggut rambutnya frustasi. perasaan bersalah, marah, kecewa, dan bingung menjadi satu. Dan yang paling mendominasi adalah egonya. Ia tidak bisa mengendalikan egonya itu.
"Sudahlah ayo minum kembali"
"Aku tidak ingin minum" chanyeol langsung menyambar jaket kulit dan kunci mobil miliknya. Tujuannya sekarang adalah rumah, tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Kenapa perasaannya menjadi gelisah. Ucapan sehun terus terngiang di kepalanya.

Baekhyun terlihat khawatir dengan keadaan temannya itu, ia tahu apa yang jieun juga tahu tentang wanita masa lalu chanyeol. Namun baekhyun lebih memilih merahasiakannya seperti yang diminta jieun. Ia tidak ingin chanyeol semakin sedih dan kecewa. Tapi baekhyun tak habis pikir, jieun lebih memilih menjaga perasaan orang lain dibanding perasaannya sendiri. Jieun wanita yang baik hati pikirnya. Beruntung chanyeol mendapatkannya. Jika jieun miliknya pasti baekhyun tidak akan menyia-nyiakannya mengingat kisah cintanya juga kandas ditengah jalan, bukan karena kesalahannya, tapi wanitanya yang mengkhianatinya sama seperti yang chanyeol alami.

>pagi hari yang cerah dan jieun yang terbangun dari keterkejutannya ketika ia membalikkan tubuh. Jantungnya yang berdetak cepat saat ia menemukan chanyeol yang sedang tertidur disampingnya. Bagaimana bisa, kenapa ia tidak membangunkannya untuk pindah tempat, dan bersedia tidur satu ranjang, memperhatikan wajah pria yang ia cintai,meneliti setiap lekuk wajahnya sesaat membuat hatinya pilu menerima kenyataan bahwa chanyeol tidak mencintainya, ia urungkan niat saat hendak mnyentuh wajah pria itu. Jieun memilih bangun dari tidurnya, menggelung rambutnya asal saat kakinya menginjak lantai. Bergegas pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.ia memasak sup ayam gingseng, kimbap dengan telor gulung yang cocok dengan cuaca pagi ini. Musim dingin pertama.

>chanyeol terbangun dari tidurnya, tidak menemukan istrinya disana. Tercium aroma masakan lezat dari arah dapur, ia pasti sedang memasak. Dilihatnya jam masih menunjukkan pukul 6.00.

'Kriiitt'
Suara kursi berdecit saat jieun tengah memotong telur gulung menjadi beberapa rollan. Ditengoknya asal suara, dan menemukan sosok lelaki tinggi yang ia cintai telah duduk dengan kedua sendok ditangannya.
"Eoh kau sudah bangun rupanya".
"Hemmm".
Denting sendok menghiasi sarapan mereka, sebenarnya ada yang jieun ingin tanyakan padanya perihal tadi, tapi ia tak memiliki cukup keberanian. Ia menyukai suasana seperti ini, tidak ada pertengkaran dan tidak ada chanyeol yang selalu memulai dingin padanya.pagi ini tidak ada chanyeol yang mengomel soal menu yang jieun buat. Karena jauh dilubuk hati chanyeol yang tidak jieun ketahui, sebenarnya chanyeol sangat menyukai masakan hasil tangan istrinya itu.


>hari ini chanyeol memilih berdiam di rumah karena urusan perusahaan sudah ada baekhyun sekretarisnya yang menghandle semuanya. Ia sangat bersyukur memiliki teman yang setia padanya.

Jieun sedang bersiap-siap, dandan serapih mungkin. Hari ini ia akan melamar pekerjaan di restoran mana saja yang siap memperkerjakannya. Ia tidak ingin terus-terusan memakai uang chanyeol dan berdiam diri dirumah, walaupun uang chanyeol yang tidak akan habis sampai tujuh turunan. ia hanya ingin menggunakan kemampuannya memasak. Sayang sekali jika kemampuannya tidak ia gunakan, itu sama saja seperti menyia-nyiakan kerja keras orang tuanya yang berjuang mencari uang untuk menyekolahkan jieun di sekolah kejuruan memasak. Alasan kenapa ia tidak memilih bekerja diperusahaan suaminya karena ia bukan ahli dibidang nya, ia adalah sarjana lulusan sekolah tinggi memasak.

Jieun berjalan menuruni tangga melewati ruang tv dimana chanyeol sedang menonton acara bola. Lelaki itu menangkap sosok jieun yang sudah rapi dengan kemeja putih dilapisi sweater cream dan rok coklat selutut dengan tas selempang cream tak lupa rambut yang ia gelung dibawah. Terlihat dewasa dan imut secara bersamaan. Chanyeol menatap jieun dengan tatapan seakan bertanya 'mau kemana'. Jieun yang seakan mengerti arti tatapan itu dengan segenap keberanian menjawab "aku akan mencari pekerjaan oppa".
Chanyeol yang bukannya mencegah jieun agar istrinya itu tetap berada dirumah untuk mengurus nya dan pekerjaan rumah memilih acuh, membiarkan egonya menguasai dirinya.
"Terserah" hanya kata itu yang terucap, ia begitu bodoh karena tidak bisa mengontrol egonya.
"Aku akan pulang secepatnya setelah lamaranku diterima" jieun berbicara dengan chanyeol yang tidak menanggapinya, yang lebih memilih memperhatikan acara tv didepannya.
"Aku pergi oppa"
Setelah pintu itu tertutup chanyeol baru membalikkan tubuhnya menatap pintu yang baru saja tertutup.

>"maaf agashi tapi restoran kami sudah penuh pegawai"

"Maaf agashi kami tidak sedang membutuhkan pegawai"

"Maaf agashi posisinya sudah ada yang mengisi".
Sudah banyak restoran yang menolaknya, tapi jieun tidak pantang menyerah. Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 15.00, ia tidak akan menyia-nyiakan waktu yang tersisa,ia harus pulang jam 17.00, ia tidak ingin membuat chanyeol marah padanya.

"Maaf agashi, untuk posisi juru masak disini sudah penuh, kami sedang tidak membutuhkannya lagi".
"Saya mohon tuan, tolong terima saya. Saya bisa memasak masakan apa saja" ucap jieun meyakinkan.
"Tidak bisa agashi tapi posisi ini sudah penuh kami hanya membutukan pelayan, kebetulan seorang pelayan kami akan mengundurkan diri". seketika mata jieun berbinar.
"Ah tidak apa-apa saya bersedia menjadi pelayan disini tuan"ucap jieun, tidak apa-apa jika posisi juru masak tidak ia dapatkan yang penting sekarang ia masih bisa menjadi pelayan. Lumayan gaji pelayan direstoran ini bisa terbilang cukup tinggi karena restoran yang ia lamar sekarang adalah restoran ternama di korsel.
"Tuan, pelayan jung haerim membatalkan pengunduran dirinya, ia berubah pikiran dan sekarang ia sedang melayani para pengunjung kembali" ucap seorang pria bername taq daehyun, seorang pelayan juga disana.
"Ah, bagaimana ini agashi, maafkan saya ternyata posisi sebagai pelayan juga sudah terisi kembali, maafkan saya saya tidak bisa berbuat apa-apa karena semua pelayan disini direkrut oleh bos saya langsung dan saya tidak bisa dengan mudah mencabut posisi mereka" ucap lelaki berkumis tebal itu menyesal.
"Tapi tuan, tidak bisakah anda memperkerjakan satu orang lagi dini? tolong tuan pertimbangkan" mohon jieun, harapannya bisa menjadi juru masak dan pelayan hilang sudah setelah lelaki berkumis itu menggeleng tidak bisa berbuat apa-apa karena segala keputusan ada di tangan bosnya.

>jieun berjalan gontai menuju pintu keluar restoran dan tanpa sengaja menubruk seseorang yang lewat didepannya.
"Maaf tuan saya tidak sengaja" segera jieun membungkuk berkali-kali. Suasana hatinya saat ini sedang tidak menyenangkan membuat ia tidak fokus dengan jalan didepannya.
"Jieun"
Lelaki yang ditubruk itu menyebut nama jieun dan si pemilik nama mendongak terkejut.


>sementara dikediaman chanyeol dan jieun, lelaki itu gelisah menunggu kedatangan istrinya, raut wajahnya terlihat khawatir berbeda sekali saat ia berhadapan dengan jieun. Pikirannya teringat kata-kata yang baekhyun ucapkan. Tapi ia menepis semua pikirannya dan mencoba bersikap tidak peduli pada jieun. Ia sudah besar kan? Nanti juga istrinya itu pulang, toh buat apa ia peduli padanya.

>lelaki itu menyeringai, seakan mangsanya sudah ada dihadapannya.
"Jieun, Apa yang sedang kau lakukan disini?" Ucap lelaki itu.

Tbc


Setelah lama gk buka-buka blog dan internet karena sibuk menghadapi ujian akhirnya bisa nulis lagi. Dadah UN (ujian nembak) wkwk (lambai lambai tangan).

Gimana readers, lanjut atau stop? (Nanya sendiri :p bodo amat)
Gimana? Gimana?