Rabu, 13 April 2016

Don't Touch My Wife (chapter 3)

Cast : lee jieun(iu)/park chanyeol/oh sehun/xi luhan/byun baekhyun.
Other cast : find yourself!
Rated : 17
Genre : married life, sad, romance, hurt.
Length : chapter.
Author : Lea.
 Maaf ya kalau banyak typo. Just read and appreciate guys! you can do it by like or comment! Commentnya yang membangun ya...karena apresiasi kalian sangat berarti bagi author.
>
>
>
>
"park jieun, maafkan aku...aku mencintaimu". Chanyeol memeluk kertas yang digenggamnya erat, tubuhnya terduduk lemas. Air mata penyesalan mengalir seiring nama jieun ia panggil, sebanyak apapun kau memanggil istrimu untuk kembali ia tidak akan mendengarnya park chanyeol.


>mendudukan diri dikursi meja makan, perutnya terasa lapar setelah menangisi kepergian istrinya. Matanya sembab, rambutnya lusuh karena selalu ia acak dengan gusar.
.
.
.
"Jieun, apa itu kau? Sejak kapan kau berada disana?" Manik chanyeol menangkap sosok jieun yang sedang bergulat dengan sayuran dihadapannya, berjalan menghampiri istrinya yang membelakanginya, tangan kekar itu berniat memeluk erat sosok yang baru saja ditangisinya, tapi kemudian menghilang setelah ia mencoba merengkuhnya.
"Park jieun, kau dimana?" Chanyeol tersadar dari halusinasinya, lalu dengan segera bergegas pergi. Ia tidak bisa berdiam diri seperti orang bodoh disini, ia harus mendapatkan istrinya kembali. Ia terlalu bodoh untuk menuruti ego yang telah menguasai dirinya,bayang-bayang masa lalu menutup semua fakta bahwa ia mencintai jieun. Perasaan menyesal melanda hatinya, bagaimana ia selalu mengacuhkan jieun yang jelas-jelas merupakan masa depannya. pikirannya melayang mengingat apa yang jieun ucapkan, tidak, bukan istrinya lah yang memiliki banyak kekurangan tapi ia yang seharusnya memperbaiki segala kekurangan nya. Jieun, bidadari yang tuhan kirimkan untuknya yang telah ia sakiti.
Ia tidak tahu harus mencari jieun kemana, ia baru sadar bahwa selama ini istrinya itu tidak memiliki siapapun selain dirinya, suaminya. Penyesalan dan penyesalan lagi yang ia rasakan sekarang. Mengapa rasa sadar itu datang setiap ia mengingat tentang jieun sekarang, dan mengapa bukan dari dulu saja sehingga tidak akan terjadi seperti ini, jieun lepas dari genggamannya. Ya, ia pantas mendapatkan semua itu atas apa yang ia lakukan padanya.


>"ji, tolong ambilkan berkas itu kemari!" Ucap luhan, mulutnya menunjuk map hitam berisi lembaran kertas diatas meja seraya sibuk memasukkan beberapa potong baju kedalam koper, sementara jieun, ia juga sedang sibuk membenahi kasur yang ia pakai semalam,membuat lelaki itu harus rela tidur di atas sofa yang keras.
"Ne oppa, sebentar" jawab jieun, tangannya sangat lihai membenahi seprei putih itu. Ia sudah terbiasa, pekerjaan seorang istri dirumah.
"Ji" panggil luhan kembali tidak sabaran.
"Ige" jieun menyodorkan map hitam itu dan mendelik kesal pada luhan, oppa yang tidak sabaran, pikirnya.
.
.
.
"Oppa?" Panggil jieun.
"Hm?"
"Oppa?"
"Hm.... wae?" Tanya luhan sedikit memanjangkan dehemannya, mata dan tangannya masih sibuk dengan koper besar dihadapannya.
"Oppa apa kau serius akan pulang hari ini? Seminggu kau disinipun belum terhitung oppa" raut kecewa tergambar jelas di wajah putih jieun.
Luhan menghentikan kegiatannya dan menatap jieun dengan wajah bersalah, bersalah karena urusan bisnisnya berada di negara yang berbeda dengan negara tempat tinggal adiknya itu. Ia merasa telah menjadi kakak yang gagal karena akan meninggalkan jieun sendiri disini. bukan tidak ingin mengajaknya, sudah bekali-kali luhan membujuk jieun agar ia ikut bersamanya ke beijing, disana ada bibi njaw adik dari ibu luhan yang bisa menemani jieun jika luhan sibuk dikantornya. 'tidak oppa,aku harus tetap disini hingga urusanku dengan chanyeol selesai, aku tidak ingin lari dari masalah oppa' itu kalimat yang jieun ucapkan setiap ia membujuknya untuk ikut bersamanya.
"Apa kau masih merindukanku ji?" Tanya luhan, tangan besarnya menangkup wajah jieun.
"Ne" jawab jieun pelan seraya menundukkan wajahnya, ia tidak ingin luhan melihat wajah sedihnya sekarang.
"Kalau begitu ikut oppa ke beijing" ucap luhan membuat yang ditatap mengangkat wajahnya kembali.
"Aku tidak bisa oppa" ucap jieun.
"Ne, aku juga mengerti perasaanmu, kau benar. Selesaikan masalah mu dengannya karena bagaimanapun oppa tidak bisa ikut campur dalam masalah rumah tanggamu" jelas luhan kembali merapikan isi kopernya.
"Jika kau pergi, aku dengan siapa disini oppa?" Tanya jieun berharap luhan dapat berempati padanya dan membatalkan niatnya untuk pulang.
"Kau bisa pulang kerumahmu bersama chanyeol dan selesaikan masalah kalian dengan cara baik-baik" jelas luhan. ucapannya memang benar tapi jieun sudah membulatkan tekadnya untuk memberi kebebasan pada chanyeol agar ia dapat menemukan pujaan hatinya sediri.
"Tenang ji, jika kau membutuhkan bantuan telepon saja aku begitu juga saat kau merindukanku ne" ucap luhan seraya mengelus puncak kepala jieun menyalurkan kekuatan dan kasih sayang yang mungkin dapat mengalir melalui sentuhan dipuncak kepalanya.


>pesawat yang luhan tumpangi telah lepas landas membelah awan putih diatas kota seoul.
Ia harus kemana sekarang, tidak mungkin ia kembali ke rumahnya. Uang yang ia miliki hasil pekerjaannya di rumah sehun selama sehari tidak mungkin cukup untuk menyewa apartemen di kota seoul yang biaya hidupnya sangat tinggi. Mengapa ia harus berbohong saat luhan menawarkan sejumlah uang untuk nya, luhan cukup pengertian dengan keadaan jieun saat ini namun jieun tidak bisa membaca situasi yang sedang dihadapinya.


>jieun menyeret koper hitam disepanjang jalan, kakinya melangkah tak tentu arah tujuan. Ia seperti seorang anak kecil yang kabur dari rumah, memakai dress selutut berwarna ungu tosca dengan jaket tebal membalut tubuh mungilnya, sandal selop berwarna cream dan rambut sepunggung yang terjuntai bebas tertiup semilir angin sore yang membekukan. Hidung mungilnya memerah akibat angin yang menusuk sampai kedalam tulang-tulang rusuknya.

>sehun baru saja pulang dari kantornya, target bisnisnya membuahkan hasil yang fantastis. Para investor yang semula akan menanamkan modalnya di perusahaan chanyeol adalah sebuah keberuntungan.
'ckiiitttt' suara ban mobil bergesekan dengan aspal hitam memilukan membuat segerombolan makhluk putih bersayap terbang berhamburan dari setiap trotoar jalan dan pohon tak bermahkota. ia menghentikan mobilnya setelah seorang wanita menyeberang jalan tanpa memperhatikan kendaraan yang melintas, hampir saja ia menabraknya. Sehun dengan segera turun dari mobil, menghampiri si wanita untuk melihat keadaannya.
"Apa kau baik-baik saja agashi?" Tanya sehun dengan nada khawatir.
"Ne saya baik-baik saja, maafkan saya yang tidak memperhatikan jalan. Sekali lagi maafkan saya tuan" ucap jieun merasa bersalah, membungkukkan badannya berkali-kali dan kedua pasang mata itu membulat setelah keduanya saling bertatapan.
"Oppa?" Pekik jieun.



>"sebenarnya kau mau kemana ji?" Tanya sehun setelah keduanya berada dalam mobil.
"Emmm...aku tidak tahu oppa" jawab jieun menatap kosong jalan didepannya.
"Kau bertengkar dengan chanyeol?" Tanya sehun membuat lawan bicaranya seketika terlihat murung.
"Aku turun disini oppa" pinta jieun.
"Apa kau meminta turun disini sudah mempunyai tujuan?" Tanya sehun ketika menghentikan mobilnya ditepi jalan.
Jieun memikirkan apa yang sehun ucapkan, memang benar ia tidak memiliki tujuan untuk memulai melangkahkan kakinya.
Jieun menggelang lemas.
"Tinggal dirumahku untuk sementara waktu ji" perintah sehun.
"Tidak oppa, kau sudah terlalu baik padaku, aku tidak ingin merepotkanmu" ucap jieun.
"Itu tidak benar ji, apa kau sudah lupa kau bekerja dimana? Kau bisa tinggal dirumahku dan bekerja disana" jelas sehun membuat jieun bimbang.
"Baiklah, kau bisa memotong gajiku selama aku tinggal dirumahmu oppa".
"Aku akan menggajimu tanpa kurang sepeserpun, itu hak mu ji".



>"kau bisa tidur disini ji, anggap saja rumah sendiri ok" ucap sehun seraya meletakkan koper milik jieun disamping tempat tidur berukuran besar.
"Tapi ini kamarmu oppa" ucap jieun setelah melihat sebuah bingkai berisi foto sehun terpampang disana.
"lalu kau tidur dimana? apa kau akan...." lanjut jieun tidak meneruskan ucapannya.
"Ne, kita akan tidur berdua disini, karena rumah ini dibangun hanya dengan satu kamar" ucap sehun yang mengerti arah pembicaraan wanita dihadapannya itu.
"Mwo!" Pekik jieun tidak menyangka bahwa sehun akan mengatakan hal itu. Sehun berjalan mendekat dan jieun yang juga melangkahkan kakinya mundur. 'Apa yang akan ia lakukan' batin jieun bertanya.
"Ahahaha kau lucu sekali ji" ucap sehun seraya mengacak gemas rambut jieun.
"Aku tidak serius mengatakannya, tapi jika kau mau aku dengan senang hati menerimanya" lanjut sehun kembali mengerjai jieun, melihat wajah tegang wanita didepannya membuat dirinya tertantang untuk terus menjahilinya.
"Yak, oppa kalau begitu aku akan pergi saja. Lalu kau bisa tidur sendiri disini" ucap jieun dengan wajah takutnya dan berniat melangkahkan kakinya keluar namun sehun dengan cepat menahannya membuat yang ditarik menghentikan langkahnya.
"Yak yak, kau mau kemana aku hanya bercanda jieun"
"Tapi bercandamu itu tidak lucu oppa" jelas jieun, terlihat wajahnya tidak suka dengan hal tersebut.
"Baiklah maafkan atas bercandaanku tadi, sekarang tata pakaianmu di lemari itu, dan setelah itu buatkan aku makanan yang enak. Aku tunggu dibawah" ucap sehun dan meninggalkan jieun ke bawah.


>terus berputar-putar mengelilingi kota seoul berharap menemukan sosok yang dirindukannya, namun nihil usahanya sia-sia saja sementara Jarum jam ditangannya telah menunjukan bahwa hari telah malam, ia putuskan untuk pulang kerumahnya.

mencoba memejamkan mata berkali-kali juga tak ada gunanya, ia tidak bisa tidur dengan tenang, hatinya gelisah.

Deru mobil menggerung saat chanyeol telah menstarter gasnya, memilih menemui baekhyun yang pasti sekarang sedang berada di bar.

"Apa kau sudah menemukan istrimu yeol? Tanya baekhyun saat mendengar suara chanyeol yang memesan sebotol wine disampingnya. Chanyeol hanya dapat menggelengkan kepalanya lemas.
"Bukankah jieun bekerja dirumah sehun?"
"Ne...- hah kau benar jieun bekerja dirumahnya, besok aku akan mencarinya disana baek". Mengapa tidak terpikirkan dari tadi, jieun kau membuatku tidak bisa berpikir jernih, pikirnya.
.
.
.
"Aku tidak menyangka jika omonganku waktu itu terjadi padamu sekarang yeol" ucap baekhyun penuh prihatin pada sahabatnya itu.
"Ya aku menyesal baek telah menyia-nyiakannya. Tapi aku akan mendaptakannya kembali, kau lihat saja" ucap chanyeol meyakinkan, terpancar kesungguhan dalam sorot matanya. Baekhyun mengangguk menyetujuinya.


>pagi itu sehun mengajak jieun kesebuah wahana permainan, ia bermaksud ingin membuat wanita disampingnya itu bisa melupakan masalahnya dengan chanyeol, sekalian ia ingin berduaan dengan jieun.
"Gomawo sudah mau menghiburku oppa, tapi ini terlalu berlebihan. Aku disini hanya seorang pelayan mu oppa" ucap jieun ketika keduanya berada disebuah taman. Sehun terdiam beberapa saat hingga ia mengeluarkan suaranya.
"Jieun... sebenarnya sudah sejak lama aku menyukaimu" ucap sehun terang-terangan membuat lawan bicaranya menatap antara terkejut dan tidak percaya.
"Bukan hanya menyayangimu, aku juga mencintaimu ji" lanjut sehun, lama jieun terdiam untuk mengumpulkan nyawanya. Ia tidak salah dengar kan?.
.
.
.
"Ba-bagaimana bisa? Se-sejak kapan oppa?" Ucap jieun memundurkan posisi duduknya sedikit kebelakang.
"Sejak sebelum kau dijodohkan dengan chanyeol  dan - - - -" sehun menceritakan semua dari awal hingga akhirnya seperti ini.

"Oppa... maafkan aku... aku tidak bisa menerima cintamu oppa. Ak-aku masih memiliki ikatan dengan chanyeol" ucap jieun tergagap setelah mendengar penuturan sehun.
"Aku mengerti ji, tapi sampai kapan? Sampai kapan kau mau memepertahankan chanyeol yang sudah mencampakkanmu seperti ini, bahkan hingga saat ini ia tidak mencarimu..." ucapan sehun membuat jieun mengingat soal perceraian yang ia akan ajukan, bukankah ia juga sudah bertekad untuk melepaskan chanyeol.
"Kumohon, bukalah hatimu untukku ji" mohon sehun, tangan besarnya menggenggam erta tangan kecil jieun yang terlihat mempertimbangkan ucapannya.
.
.
.
"kalau begitu bantu aku untuk bisa mencintaimu dan menghilangkan perasaan ini padanya".
Sehun mendapatkan lampu hijau,ya ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Tentu sehun dengan senang hati melakukannya jieun.

>chanyeol memarkirkan mobilnya ditepi jalan yang menghadap kesebuah rumah besar bercat putih abu. Dibalik kaca mobil hitamnya, maniknya menatap detail sekitar rumah tersebut, tidak ada tanda-tanda istrinya berada disana. Namun tak lama kemudian sebuah mobil memasuki pekarangan rumah tersebut saat pintu gerbang lebar itu terbuka secara otomatis.
Maniknya lagi menangkap sehun turun dari mobil dan seorang wanita berperawakan mungil turun setelahnya.pundak dan tengkuk itu ia hapal betul ketika ia melihat wanita itu menggelung rambutnya.
"JIEUN!" Pekik chanyeol, namun tidak menimbulkan suara yang berarti dari tempat jieun berada.
Chanyeol menghampiri jieun dan sehun dengan langkah yang tidak santai, nafasnya menggebu-gebu, tangannya terkepal kuat dan....
'Buk' sehun tersungkur kebelakang, tinjuan chanyeol sangat pas mendarat di pipi kanan milik lelaki itu.
"Apa yang kau inginkan dari isteri ku hah?" Tanya chanyeol ketika ia hendak kembali memukul sehun.
"Hentikan chanyeol si" pinta jieun menengahi keduanya lalu ia menghampiri sehun dan membantunya berdiri, chanyeol seketika menghentikan gerakan tangannya yang sudah berada diudara siap meninju kembali lelaki dihadapannya. Bukan karena ia menuruti apa yang jieun perintahkan, tapi yang membuatnya berhenti karena bagaimana cara wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu memanggilnya. Sehun hanya tersenyum miring dan mengelap ujung bibirnya yang sedikit mengeluarkan cairan merah.
"Wae jieun?" Tanya chanyeol dengan wajah sedihnya.
"Karena jieun sudah tidak mencintaimu tuan park" ucap sehun berbohong. Jieun menatap sehun sedikit terkejut dengan apa yang diucapkannya.
"Kau berbohong kan jieun...park jieun kau masih istriku saat ini" ucap chanyeol memegang erat kedua pundak istrinya, jieun dibuat bimbang. Disatu sisi ia sudah bertekad akan melepaskan chanyeol dan di sisi yang lain, perkataan chanyeol menunjukkan bahwa ia masih menginginkan jieun menjadi istrinya.
Chanyeol menggenggam erat kedua tangan jieun.
"Kembalilah padaku park jieun, kita mulai dari awal lagi semuanya" pinta chanyeol penuh harap. Menarik tubuh itu kedalam dekapannya dan mendaratkan bibirnya yang hanya berlangsung selama beberapa detik karena lelaki berbibir tipis itu segera memisahkan keduanya, menarik lengan jieun agar melepaskan tautan mereka.
"Jieun, apa kau lupa dengan ucapanmu padaku?" Tanya sehun dengan wajah mengintimidasi.
Jieun menundukkan kepalanya, merogoh tas selempang yang ia kenakan, sebuah map coklat berisi sutar cerai yang ia buat tadi bersama sehun.
Jieun berjalan mendekat kearah chanyeol.

"Mohon kau tandatangani surat ini!" Pinta jieun seraya menyodorkan map tersebut pada chanyeol.
"Apa ini ji?"Tanya chanyeol tak mengerti.
"Sebuah jalan agar kau bisa terbebas dariku" jawab jieun, chanyeol sekarang tahu apa maksudnya.
"Tidak ji, aku tidak akan menandatanganinya" chanyeol pun merobek surat cerai mereka.
Jieun mencoba menahan air mata yang sudah menggenang dipelupuk matanya. Ia yang naif sekarang, meminta chanyeol menandatangani surat cerai dan masih menginginkan chanyeol berada disampingnya.

"Ayo ji kita masuk!" Perintah sehun menarik tangan kiri jieun.
"Tidak tuan oh, park jieun akan pulang bersamaku, jadi lepaskan tangan mu dari tangannya sekarang!" Perintah chanyeol pada sehun, sorot mata keduanya mengisyaratkan kebencian yang seakan-akan bisa membunuh siapa saja yang ditatapnya. Jieun melihat kedua lelaki itu secara bergantian, kemudian ia melepas salah satu tangan yang menggenggamnya.
.
.
.



Tbc.


Hah, sebelumnya saya mau mengucapkan terimakasih untuk para readers yang sudah mau membaca ff saya walau ceritanya sedikit membosankan, haha (emang ngebosenin yah?). Dan untuk satu bulan kedepan author mau hiatus dulu. Tapi tenang aja nanti saya juga bakalan bikin ff yg cast nya iu lg tentunya.
Dan untuk ff ini saya akan menyelesaikannya dalam waktu yang berdekatan jadi pantau terus ya guys! Terimakasih ^^









5 komentar:

  1. Kira kira tangan sp ya.....yg di lps sm ji eun,next partnya di tunggu ya thor

    BalasHapus
  2. Iya sip, dtunggu aja ya, mksih udah mau trus mantengin ^^

    BalasHapus
  3. Iya sip, dtunggu aja ya, mksih udah mau trus mantengin ^^

    BalasHapus
  4. Ahh siapa yg dilepass .. Penasarann banget thor

    BalasHapus
  5. Siapa tangan yg dilepas? Semoga jieun pilih sehun aja.

    BalasHapus