Kamis, 21 Juli 2016

HEARTS (Chapter 1)

Tittle: Hearts
Cast: Iu as lee jieun / kim jisoo (actor) as himself / lee won geun (actor) as himself / cha hak yun (VIXX) as himself / kim taeyon as herself
Genre: School life / fluff
Length: Chapter
Rating: T
author: Leamega

Jika ada kesamaan jalan cerita atau apapun itu saya mohon maaf, karena ini murni imajinasi saya. 

^at 5.30 a.m.

"jungie... berikan itu padaku" rengek seorang gadis kecil berkaos merah muda bergambarkan teddy bear pada anak lelaki kecil yang sibuk dengan layar tablet digenggamannya.
"tidak mau, sekarang kan giliranku" anak lelaki itu tetap tidak mau memberikan tablet yang sedang menampilkan permainan ular tangga.
 "aaahh ayo berikan", "tidak mau, sekarang giliranku. kau sudah memainkannya dua kali tadi" anak lelaki kecil itu terlihat tak mau kalah walau seorang gadis kecil disampingnya sudah mulai berkaca-kaca.
"hey jungie, kapan giliran kita memainkannya" ucap anak lelaki lain disampingnya. "kalau aku kalah" jawab jung bae percaya diri. "itu tidak adil, kami dari tadi belum kebagian tau" cetus seorang gadis berkuncir dua dengan wajah cemberut. 
" sudahlah, kemarikan!" nari si pemilik tablet merebutnya dengan cepat sembari mengusap air matanya yang sedikit keluar.
"ya ya ya tidak bisa seperti itu, itu curang namanya, kembalikan aku belum game over" jung bae mencoba merebut tablet dari tangan nari. begitu pula sung jae dan ah rae yang mulai bergabung memperebutkan tablet berwarna putih itu.
"kemarikan", "tidak sekarang giliranku", "hey kalian curang, aku belum kalah tau", "tidak, tidak boleh ada yang bermain game lagi".

~~~

"hoaammm.... kenapa berisik sekali eoh? Hah bahkan jam weker ku juga belum bangun. anak-anak ini sungguh mengerikan" racau jieun setelah terbangun karena mendengar kebisingan yang terjadi di pagi buta menurutnya, membuatnya tidak susah-susah bangun menunggu jam weker nya berbunyi. apa anak-anak itu tidak punya rasa lelah, padahal baru kemarin mereka bermain kejar-kejaran hingga pukul 6 sore, batinnya.

Jieun membuka pintu kamar dan langsung mendapati keempat ekor tikus kecil yang mengganggu tidurnya. jieun hanya menampakkan raut datar, merasa telah menjadi kebiasaan medapati mereka bermain didepan kamarnya. sepertinya ia harus memindahkan karpet empuk itu ke halaman rumahnya, karpet itu menjadi alasan mereka suka berkumpul didepan kamarnya, empuk, dan juga nyaman, pikirnya. ia memilih berjalan ke arah dapur untuk membasahi tenggorokannya dan mendapati ibunya sedang membuat sarapan seperti biasa lalu ia bersuara membuat sang eomma menengokkan kepalanya sebentar dan kembali memasukkan tumbuhan hijau yang baru selesai ia cuci kedalam panci berisi air mendidih dihadapannya.
"eomma, jika nanti sore kau mendapati karpet biru didepan kamarku berada di halaman rumah, biarkan saja. jangan dipindahkan kembali ketempatnya" jieun berucap dengan nada malas dan mulai beranjak kembali kekamarnya. "memangnya kenapa kau ingin memindahkannya eun ah, eoh?".
"tidak ada apa-apa eomma aku hanya bosan melihatnya" jawab jieun sekenanya sambil masih berlalu tanpa menengok sedikitpun. Mrs. lee mengernyit bingung dengan sikap anak gadisnya itu, tapi ia tak mau ambil pusing dan melanjutkan kembali acara kegiatan memasaknya.


"kenapa kau mematikannya"teriak sung jae tidak terima, "memangnya kenapa, ini kan tablet ku" jawab nari seenaknya, "yak tapi kami kan belum main" ah rae menimpali, "gara-gara kalian aku kalah, yaahhh" celetuk  jung bae kemudian.

" yak kalian" teriak jieun frustasi ketika ia melewati keempat anak itu yang masih saja ribut membuat keempatnya terdiam seketika menatap jieun dengan wajah poloh tak berdosa, namun tak berselang lama mereka kembali berisik. jieun hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah kemudian memasuki kamarnya untuk pergi mandi.
-
-
-
"makan yang banyak ya jagoan eomma..." mrs. lee menyodorkan semangkuk sup rumput laut pada jung bae setelah itu pada teman-temanya yang lain. "kau juga harus makan yang banyak, eomma tidak tega melihat tubuhmu yang kurus itu. eomma tidak mau melihat kalian sakit, arrasso!" ucap mrs. lee. "neee..." jawab keempatnya serentak tak terkecuali jieun. "ah kalian juga teman-teman jung bae, makanlah yang banyak ne", "neee,,,, " jawab mereka kembali dengan nada yang lebih kencang juga ceria. 
Mrs. lee tersenyum senang melihatnya, berbeda dengan jieun yang hanya memutar bola matanya malas. bukannya ia membenci anak-anak tak berdosa itu, tapi ia hanya tidak suka jika mereka sudah membuat keributan di pagi hari.  walau hal ini sudah biasa untuk jieun dan keluarganya tetap saja ia kesal jika waktu tidurnya berkurang karena terganggu walau hanya sedikit. mereka sangat dekat dengan mrs. lee mengingat mereka adalah anak-anak dari tetangganya yang juga satu komplek, ibu mereka juga mengenal baik mrs. lee bahkan ibu-ibu di komplek ini tergabung dalam anggota ibu-ibu arisan yang mereka bentuk . rumah mereka bersebelahan, tak heran jika anak-anak berumur 5 tahun seperti mereka belum bisa diatur, jiwa kanak-kanaknya masih dalam masa gila bermain.  jadi akan sulit bagi jieun untuk menjauh dari mereka. 


"aku berangkat eomma" jieun beranjak dari kursinya dan meneguk sedikt air mineralnya setelah itu ia mencium sekilas pipi ibunya dan mengusap sekilas kepala adiknya jung bae sebelum benar-benar pergi. "hati-hati dijalan sayang", "ne eomma" teriak jieun dari ambang pintu dan melesat pergi setelahnya. 
-
-
-
"kenapa bisnya belum datang juga, ah kalau begini aku bisa terlambat. sia-sia saja aku bangun pagi karena jung bae dan teman-temannya, huftt" jieun mengembungkan pipinya sedikit kesal karena bis yang biasa ia tumpangi untuk sampai kesekolah belum juga menampakkan rodanya.
jieun menengok jam tangan dibalik lengan seragamnya yang berwarna coklat muda, jarum jam sudah menungjukkan pikul 6.45 a.m. artinya 15 menit lagi bel sekolah akan berbunyi dan gerbang pun akan ditutup.
 "ah eottohke" jieun menengok jam dan arah datangnya bis secara bergantian dengan gelisah,namun yang ditunggu-tunggu belum juga muncul. Tak lama kemudian sebuah sepeda berhenti di hadapannya. 
"yun ah" pekik jieun girang, akhirnya ia bisa datang kesekolah tanpa terlambat pikirnya. dengan tidak tahu malu jieun langsung menaiki bagian belakang sepeda milik hak yun tanpa permisi. hak yun adalah sahabatnya sejak kecil jadi ia sudah tau watak sahabatnya itu, baik hati. Tidak perlu repot-repot meminta izin sudah pasti ia akan mengizinkannya. 
"apa yang kau lalukan?" tanya hak yun membuat jieun sedikit bingung. 
apa maksud sahabatnya itu, apa ia tidak memperbolehkannya ikut bersamanya hingga sekolah pikirnya. 
"mwo? yak apa kau mencoba pelit tumpangan padaku?" pekik jieun tidak percaya dengan apa yang diucapkan sahabatnya itu. "ah ahehehe tidak,aku hanya bercanda. cepat naik atau aku pergi duluan" jawab hak yun tanpa menghiraukan tatapan murka jieun. 
"kalau kau ingin marah, ya sudah aku pergi duluan ok!" ucapnya kembali setelah melihat wajah murka sahabatnya itu dan bersiap mengayuh sepedahnya namun ditahan oleh jieun dengan cepat. "yak dan setelah membuatku marah kau ingin meninggalkanku juga, aish dasar."  jieun mengembungkan pipinya, merasa jengkel dengan kelakuan hak yun yang berhasil mengubah-ubah moodnya dari merasa gembira mejadi merasa jengkel.
 "ayo cepat kita berangkat atau kita tidak bisa masuk dan mendapat hukuman karena terlambat" ucap jieun sembari mendorong-dorong pundak hak yun yang menjadi pegangannya karena posisi jieun yang menaiki pedal belakang sepeda sambil berdiri.
 "ne ne pegangan yang erat".
"arraso, aku juga tidak mau terjatuh dari sini" jawab jieun sembari mempererat pegangannya pada pundak hak yun dan ia tersenyum tipis mendengarnya.
-
-
-
jieun dan hak yun telah sampai di depan gerbang sekolah dan untunglah penjaga sekolah belum menutup gerbangnya. keduanya mulai memasuki halaman sekolah lalu tiba-tiba sebuah mobil sport hitam memasuki gerbang dan hampir menabrak jieun jika saja hak yun tidak menariknya tadi. jieun dibuat kesal ketika mengetahui siapa pemilik mobil itu.
 pantas saja gerbang sekolah belum ditutup walau jarum panjang jam sudah hampir melewati angka 12, ternyata ini alasannya. jieun sudah siap mengambil ancang-ancang untuk menghampiri namja itu, jangan kira karena ia anak dari penyalur donasi terbesar disekolah ia bisa seenaknya mengemudi mobil dengan tidak hati-hati di area sekolah. 
"apa yang akan kau lakukan ji?" sergah hak yun menahan lengan jieun yang hendak melakukan sesuatu yang bisa membuat keduanya berada dalam posisi tidak menguntungkan. 
"membuat masalah dengan orang itu tidak akan membuatmu menang ji" lanjut hak yun mengingatkan.
 "yak jelas-jelas dia yang membuat gara-gara. ia hampir mencelakaiku yun ah, jika saja tadi kau tidak menarikku" jieun menghempaskan genggaman hak yun dan berseru kesal kemudian berbalik hendak melakukan niat awalnya namun hak yun kembali menahan jieun dengan menghalangi langkahnya sembari merentangkan tangannya lebar.
"yak minggir", "ani", "aish minggir" jieun menggeram dan mendorong sedikit keras tubuh hak yun hingga membuatnya sedikit oleng. ia tidak menyangka kekuatan jieun bisa sebesar ini jika sudah marah.
 "kalau aku mem-biarkanmu, k-kau akan dalam baha-ya ji" ucap hak yun kewalahan menahan tubuh jieun yang sekarang ia peluk untuk menghentikan aksinya.
"aku tidak ingin itu terjadi ji" lanjutnya lagi. Jieun menghentikan gerakannya dan menatap hak yun dalam setelah hak yun melepas pelukannya, tersirat kekecewaan dari sorot mata milik jieun. Hak yun memegang pundak jieun tegar. "Orang sepertinya akan sulit untuk dikalahkan, kau ingat siapa dia?" Tanya hak yun sedikit menengok mobil sport hitam yang baru saja ditinggalkan pemiliknya. "Anak penyalur donasi terbesar disekolah. Itu kan jawabannya. Cih apa hebatnya membanggakan uang orang tua" jieun mencibir tak suka.

 hak yun tak habis pikir bisa memiliki sahabat seorang gadis manis namun juga mengerikan jika sudah emosi.
"hak yun ah..." rengek jieun kemudian dengan wajah sedih namun masih terlihat menggemaskan.
"Gwaenchana, sekarang kita kekelas karena kita sudah telat 10 menit kau tahu?"
"mwo?" mata jieun membulat sempurna kemudian berlari terbirit-birit meninggalkan hak yun yang masih setia ditempatnya.
"Palli hak yun ah..." teriak jieun sembari melambaikan tanganya kebelakang tanpa menengokkan kepalanya.
"yak tunggu aku!" Balas teriak hak yun, dan setelahnya senyuman lebar menghiasi wajah tampannya.
-
-
-
"ahh untunglah lee songsaenim belum masuk" ucap jieun dengan wajah cerahnya, namun berubah gelap seketika setelah melihat namja menyebalkan yang hampir membuatnya celaka sedang bersenda gurau beberapa meter dihadapannya. 
merasa ada yang memperhatikan jisoo berbalik dan mendapati jieun sedang menatapnya dengan wajah yang sulit diartikan. lelaki itu balik menatapnya datar dan kembali bersenda gurau dengan teman-teman nya, mengacuhkan jieun yang sudah mengepalkan tangannya bersiap meninju wajah tampannya yang digilai banyak wanita di sekolahnya. 


"apa kau masih ingin membalasnya?" tanya hak yun yang duduk disebelahnya setelah menyadari jieun masih saja memperhatikan jisoo dengan aura murka yang terasa jelas terpancar didekatnya. bukannya menjawab jieun malah meninju udara di depannya atau lebih tepatnya ia mencoba mengarahkannya pada jisoo yang duduk beberapa meja didepannya. hak yun hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah jieun. 
"kita ambil saja hal positifnya ji, kalau bukan karena ia, kita pasti akan sulit masuk walau hanya terlambat beberapa menit".
 jieun mendelik kesal pada sahabatnya sambil mengernyit tidak percaya, yang di tatap malah menatap balik dengan wajah polos, bagaimana sahabatnya itu bisa mengucapkan hal yang tidak bisa ia toleransi. 
"yak bagaimanapun juga kau tidak bisa hanya mengambil hal positifnya saja. lagipula apanya yang positif? apa masih bisa dibilang hal positif kalau aku celaka beneran? sahabat macam apa kau ini? aishhhh" jieun menjambak rambutnya dengan frustasi sedangkan hak yun hanya tersenyum geli melihatnya.


"lee songsaenim datang!" teriak seorang siswa bertubuh gempal dari arah pintu, semua siswa dan siswi berhamburan dari kumpulannya untuk kembali kekursinya masing-masing. tak berselang lama lee songsaenim pun masuk.

"selamat pagi anak-anak" sapa lee songsaenim dengan kumis tebal yang mulai memutih menghiasi wajahnya yang juga sudah mulai keriput. 
"pagi..."
"Sebelumnya bapak meminta maaf sudah terlambat datang dikarenakan suatu urusan mendadak. Hari ini bapak akan menjelaskan tentang sosialisasi, jadi sekarang buka buku paket kalian bab sosialisasi hal 107" perintahnya, ia juga turut membuka buku miliknya dan menurunkan sedikit kaca matanya untuk memastikan bab yang akan ia jelaskan hari ini.

"Aku kira ia tidak akan datang" bisik seorang siswi dengan baju kekecilannya pada temannya yang tak jauh beda sepertinya, tak lupa bibir merahnya yang mencolok mata siapa saja yang melihatnya. Taeyon, seorang siswi dengan gelar queen of beauty yang ditakuti para siswi lain. Riasan wajah yang melekat tebal mampu membuatnya mendapatkan gelar tersebut.
"Kalau saja ia tidak masuk kita bisa membolos pergi kesalon" timpal tiffany pada taeyon sembari mengeluarkan kaca dari dalam laci dan mengoleskan lip balm merahnya.
-
-
-
bel istirahat sudah berbunyi dan lee songsaenim juga sudah tidak terlihat batang hidungnya. sebagian siswa yang saat pelajaran terlihat tidur di kelas mulai berhamburan keluar. wajar saja mereka melakukan hal itu. bagi mereka yang memiliki uang banyak, nilai mereka akan baik-baik saja walaupun mereka sebenarnya anak-anak yang pemalas. tak terkecuali jisoo anak penyandang dana terbesar seantero sekolah.

"ayo ke kantin" jieun berjalan mendahului hak yun setelah membenahi buku-bukunya yang ia taruh didalam laci meja, namun lagi-lagi ia harus menabrak tubuh seseorang yang tiba-tiba berdiri menghalanginya dan  membuat tubuhnya terdorong kebelakang lalu pantatnya harus merasakan sakit jika saja hak yun tidak sigap menyanggapnya dari belakang. selalu saja seperti ini, ia akan mendapat kesialan jika berurusan dengan lelaki itu dan hak yun lah yang akan menolongnya. 
"gwaenchana?" tanya hak yun setelah membantunya menegakkan kembali tubuhnya.
 "ne nan gwaenchana, gomawoyo yun ah" jawab jieun dengan senyuman tipisnya. jieun berbalik dan masih mendapati jisoo dihadapannya.
"aish mengapa kau selalu membuatku celaka hah?" tanya jieun dengan wajah kesalnya. 
"cih, apa maksudmu? jangan salahkan aku kalau tubuhmu itu terlalu kecil dan pendek" jawab jisoo asal dengan wajah tak peduli lalu berlalu begitu saja menuju keluar kelas dengan kedua tangan dimasukan kedalam saku celana hitamnya.
 "yak apa kau bilang?" teriak jieun tak terima. 
"sudahlah ji ayo aku lapar" ajak hak yun menarik lengan sahabatnya itu menuju kantin. seorang yeoja menatap tidak suka pada jieun dari jajaran bangku pinggir. bibir merahnya terangkat kesal melihat jieun melakukan interaksi dengan lelaki yang disukainya.
-
-
-
"Hak yun ah, besok antar aku ke toko buku ne?" Tawar jieun setelah keduanya berada di parkiran. "Untuk apa kau kesana?" Tanya hak yun sembari menaiki sepedanya disusul oleh jieun. "Untuk membakar toko" jawab jieun sekenanya. "Mwo?" Pekik hak yun membuat jieun kembali mendelik kesal. "Aku ingin mencari novel edisi terbaru" ucap jieun datar. "Ku kira kau serius ji" hak yun menengok jieun yang berada di belakangnya. "Ku kira kau juga serius yun, serius pabbo nya" ucap jieun sembari menyentil dahi hak yun yang terpampang lebar dihadapannya. Tak pelak hak yun meringis sakit dan mengembungkan pipinya menyadari bahwa dia memang bodoh.

"Apa kita akan disini saja?" ucap jieun kemudian membuat hak yun langsung mengayuh sepedahnya.

~~~

"Kau sangat enteng ji, aku seperti tidak sedang membonceng seseorang" celetuk hak yun di sela-sela mengayuh sepedahnya. Jieun hanya diam tak menanggapi, pasti ujung-ujungnya dia akan mengatainya kurus, kurang gizi lah, dan berakhir dengan ceramah panjang.

"Kau seharusnya makan ya-"
"Ah jadi besok kita berangkat pukul 9 ok. Kau harus menjemputku, tidak boleh terlambat" perintah jieun langsung memotong perkataan sahabatnya itu. Hak yun mengernyitkan dahinya, "apa aku harus melewatkan acara bola lagi besok?" Tanya hak yun yang lebih tepatnya seperti sebuah protesan tidak langsung.
 "aku tidak menerima penolakan yun ah" sergah jieun sedikit mencekik leher belakang hak yun membuat sang pemilik memekik pelan. "Yak ji kau mau kita terjatuh?" Pekik hak yun setelah ia menyeimbangkan kembali pedal sepedahnya yang semula sedikit berguncang karena ulah jieun yang membuatnya sedikit terperanjat karena cekikannya.
"Makanya lakukan dengan benar" jawab jieun dengan nada tak bersalah tak pelak membuat hak yun mengerucutkan bibirnya kesal.
 "Geu yeoja...."
"Mwo?"
"Aish..." geram hak yun frustasi menghadapi gadis yang satu ini.
"Mwo?" Jieun menatap jengkel hak yun dari belakang.
-
-
-
"Anyeong noona", "anyeong eonni" sapa keempatnya bersamaan. "Anyeong" jawab jieun dengan senyuman manisnya pada empat bocah yang juga tak kalah manis sembari melepas sepatu hitamnya. "Kalian mainlah yang akur, jangan berisik arrachi" perintah jieun dengan mencubiti pipi tembam putih mereka satu Persatu. "Ne..." jawab mereka serempak.
"Aku pulang eomma" sapa jieun ketika melewati ibunya yang sedang menonton acara tv membelakanginya. "Eoh kau sudah pulang, cepat ganti bajumu setelah itu pergi makan siang. Eomma sudah menyiapkan nasi goreng kimchi dan bulgogi kesukaanmu" perintah mrs. Lee. "Ne eomma, gomawo" ucap jieun sebelum memasuki kamarnya.

"Hah hari ini sangat melelahkan juga menyebalkan" jieun melemparkan tas nya asal lalu menjatuhkan tubuhnya di kasur kesayangannya dan teringat kejadian menyebalkan tadi pagi. Namja yang sudah membuat kepalanya mengeluarkan asap tebal di pagi hari.  Ia memejamkan matanya sebentar lalu...

Kruuuukkkk~
"Ah aku lapar" gumamnya sembari memegangi perutnya yang baru saja berbunyi. Jieun beranjak dari kasurnya dan mulai melepaskan jas serta kemeja yang melekat di tubuh kecilnya. Menggantinya dengan kaos bermotif bunga cherry tanpa melepas rok sekolahnya. Setelah itu ia melesat pergi ke meja makan.
-
-
-
Drrrtt ~ddrrrttt~
Tiba-tiba handphonenya bergetar. Sebuah pesan masuk, jieun mengambilnya yang ia letakkan di samping piring. Tertera nama sahabatnya di layar. Ia membuka pesannya dalam sekali klik.

From: hak yun
Traktir aku besok setelah mengantarmu dari toko buku.

Jieun mencibir ketika membaca isi pesan yang hak yun kirim. Lalu jarinya mulai bermain cepat dan klik, terkirim.

To: hak yun
Kenapa begitu?

Drrrtt~drrttt~
From: hak yun
pokoknya belikan aku ice cream peanut besok arrasso!

"Dasar tukang perhitungan" rutuknya pada handphonenya setelah ia mengklik tombol send.

To: hak yun
Dasar perhitungan- -#

From: hak yun
^,^v

Jieun melirik sekilas isi pesannya tanpa ada niat untuk membalasnya. "Apa-apaan dia mengirim emoticon seperti itu" gumamnya sendiri lalu mulai melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.

"Eomma besok aku akan pergi ke toko buku bersama hak yun" ucap jieun dengan mulut penuh nasi lalu memasukkan beberapa potong bulgogi kedalamnya.
"Pergilah, ajak hak yun kemana pun kau pergi karena besok eomma akan mengunjungi nenekmu" balas mrs. Lee tanpa melepaskan pandangannya dari layar tv 21 inch itu.
"Jung bae juga?" Tanya jieun disela-sela mengunyah makanannya. "Tentu saja nenek ingin bertemu dengannya karena ia merindukannya". Jieun menghentikan aktivitasnya, berbalik menghadap ibunya yang membelakanginya. "Apa nenek tidak merindukan cucu satunya lagi?" Tanya jieun dengan wajah sedikit sedih, "kau ini bicara apa? tentu saja ia merindukanmu. Kau tidak bisa ikut bukannya senin kau tidak libur?" Tanya mrs. Lee sembari beranjak dari sofanya setelah mematikan tv dan berjalan menuju tempat cuci. "Jadi kalian akan menginap?" Tanya jieun kembali, "jarak rumah nenek dengan rumah kita sangat jauh eun ah, itu tidak akan bisa memakan waktu hanya sehari saja untuk pulang pergi dari sini kesana" ucap mrs. Lee yang mulai memasukkan beberapa potong pakain kedalam mesin cuci. Jieun hanya bisa mengembungkan pipinya kecewa. "Biklah tidak apa-apa. Lagian aku tidak ingin kehabisan novel edisi terbaru itu" jieun kembali menghabiskan nasi yang tinggal beberapa sendok lagi setelahnya ia meneguk habis segelas besar air putih.
"Terserah kau saja, yang terpenting kau harus selalu berhati-hati. Ajaklah hak yun kemana pun kau pergi. Eomma mempercayaimu padanya" perintah mrs. Lee. Jieun memutar tubuhnya yang masih duduk di kursi makan menghadap sang eomma yang masih terlihat sibuk mengganti air cucian. "Kalau begitu aku bisa mengajaknya menginap disini kan eomma?" Tanya jieun membuat mrs. Lee melotot tak percaya pada anak gadisnya itu. Jieun tertawa terbahak-bahak melihat reaksi berlebihan yang ditunjukkan eommanya. Bukannya ia dan hak yun sering tidur bersama sewaktu sekolah dasar dulu. Mengapa ibunya berlebihan seperti itu. "Hahaha aku hanya bercanda eomma" ucapnya, sedangkan mrs. Lee masih setia menampakkan wajah menyeramkannya pada jieun membuat jieun menghentikan tawanya kala ia menyadari eomma nya masih menatapnya tajam. "Haha...ah.. mian eomma" ucapnya dengan suara mengecil sembari menunduk namun senyuman geli masih tergores di wajah jieun. Ia sangat suka melihat ekspresi ibunya yang seperti tadi.
-
-
-
At 8.30 a.m.

Kriingg~kriingg~

"Kau memang yang paling nyaring kalau sudah berteriak" jieun menggapainya yang berada dinakas meja, mematikannya lalu berbicara pada jam wekernya seolah itu adalah makhluk hidup. Setelah itu ia beranjak dari kasurnya, menyambar handuknya yang tersampir pada gantungan baju kemudian memasuki kamar mandi dan melakukan ritualnya.
~~~

"Yang mana yang harus kupakai?" Gumam jieun pada dirinya sendiri, jarinya ia ketuk-ketukkan pada dagunya. "Yang ini, atau yang ini?....ah molla yang mana saja. Mengapa aku seperti ini , aku kan hanya akan pergi dengan hak yun".
 Akhirnya sepasang pakaian casual melekat pas ditubuhnya. Kaos berwarna peach kebesaran dengan celana jeans abu berhasil menjadi pilihannya.

~~~

Ting tong~
Ting tong~
"Ah kenapa ia lama sekali" gerutu hak yun tak sabaran. Ketika ia akan memencet bel kembali jieun tiba-tiba membuka pintunya. "Ayo kita berangkat" ajak jieun menarik lengan hak yun menuju jalanan rumahnya. "Mwo, jadi kita pakai sepeda ini?" Tanya jieun tak percaya ketika mendapati sepeda hak yun terparkir menghalangi gerbang rumahnya. "Memangnya kenapa? Kau malu?" Tebak hak yun membuat jieun mengernyitkan dahinya. "Ani, bukannya begitu yun ah... kakimu akan pegal-pegal kalau kau membawaku hingga toko buku". "Gwaenchana. Aku sudah biasa, cepat naik!" Perintahnya yang sudah menaiki sepeda gunung miliknya. "Lebih baik kita naik bis saja ya..." tawar jieun berharap hak yun menyetujuinya, "Yun ah...." rengek jieun sembari menarik-narik lengan baju hak yun. "Berhentilah merengek atau aku pulang saja" ancamnya yang berhasil membuat jieun langsung menaiki belakang sepedanya membuat hak yun tersenyum menang.

"Aku tidak bertanggung jawab atas kaki mu nanti" ucap jieun masih memikirkan apa yang akan terjadi pada kaki sahabatnya.
"Apa kau begitu mencemaskanku ji?" Godanya sembari memelankan kayuhan sepedanya.
"Kakiku akan baik-baik saja, tidak seperti kau baru mengayuh sepeda seperempat jalan kaki mu sudah pegal-pegal" ejeknya membuat jieun mengerucutkan bibirnya dan menjitak kepala hak yun membuat sang pemilik kepala meringis kesakitan. "Jangan lebay" balasnya kemudian.


tbc


ahaha saya kembali dengan ff chapter, korban drama cheer up ada 3 pangeran tampan jadi buat ff ini. walau suka 3 pangeran itu lewat drama cheer up tapi saya gk bermaksud memplagiat isi dari dramanya ya. saya hanya meminjam jisoo, won geun sama hak yun nya saja kok keke. dan ff ini murni imajinasi saya.
don't copas and don't be silent reader ok! ^^