Selasa, 28 Juni 2016

I Miss

I Miss

Cast: Lee jieun (iu)
Author: Leamega


Senyap dan sunyi yang ia rasakan. Berbaring dengan manik kelamnya menatap langit-langit kamar berukuran sedang dengan sebuah meja belajar dan lemari putih terpatri di pojok dekat pintu tak lupa gitar accoustik berwarna cream kesayangannya terpajang didinding kamar. Kaki ranjang keropos yang ditinggalkan rayap-rayap kecil tak berdosa.

Berharap menjadi bintang paling terang. Hei seorang jieun berharap terlampau tinggi, bahkan untuk jadi burung pun kau tidak bisa, dimana sayapmu? 

Bukan,bukan itu yang ia harap sekarang setelah mendapat kenyataan bahwa ia harus gagal dalam tes masuk perguruan tinggi. Manusia debu sepertinya bisa apa? Menempel pada setiap benda dan tak memberi keuntungan apapun. Terhempas angin dan terbang tak tentu arah lalu hanya pasrah akan nasib yang akan membawanya kesuatu tempat pada akhirnya.

Hidup dalam kesunyian, mengurung diri dalam tebalnya tembok rumah. Bahkan ia seperti tak bernyawa.

Bukan bintang paling terang, tapi hanya asteroid paling kecil yang melayang diruang hampa seperti yang ia rasakan saat ini. 

Apa yang ia pikirkan sekarang? Dengan tubuh seperti mati rasa. Tak melakukan apapun,hanya hembusan nafas berat yang terdengar berulang kali. Bahkan posisi nya masih sama hanya hembusan nafas yang terasa. Matanya yang ia kerjapkan sesekali kala bola matanya mulai terasa kering dan perih.

Baju beserta celana panjang berwarna biru langit senada terlihat lusuh ia kenakan, rambut hitam sebahunya ia biarkan tergerai acak-acakan. 

Hanya beberapa potong pakaian tidur yang ia punya. Ia akan menggantinya jika pemakaian sudah melewati tiga hari. Jorok? Tidak,itu menurut jieun. Toh ia memakainya hanya saat tidur saja, tidak melakukan apapun yang akan membuat bajunya kotor.


Apa yang kalian pikirkan tentangnya? Kalian tidak bisa menghakimi keadaanya. Seorang anak yatim dengan segenggam harapan dan cita.


Lalu,,, dimana ibunya? Jangan tanyakan. Kalian bisa menghakimi namun tak dapat memahami dengan hanya melihat keadaannya sekarang. Ia bahkan hanya memasukkan beberapa sendok nasi dalam  dua kali makan seharinya kedalam perut kecilnya. 
Tungkainya kurus bak tulang kering berlapis kulit.
Ibunya pergi meninggalkannya seorang diri di rumah kecil peninggalan ayahnya.

Apa ia menangis? Tidak, ia bahkan hanya menampakkan wajah datarnya saat ibunya berpamitan untuk yang terakhir kali, ia juga bahkan tak sudi melihat rupa lelaki biadab yang dengan tak memiliki hati merebut seseorang yang ia punya kala itu.


Mengapa ia tak memilih ajakan ibunya tuk tinggal bersama mereka. Gadis itu bukannya tak ingin, tapi ia mengurung rasa inginnya saat ia melihat raut tak bersahabat dari calon ayah tirinya kala pertama kali ibunya memperkenalkannya padanya.


Ia merasa seperti cinderella dengan ayah tiri yang hanya mencintai ibunya jika itu semua benar-benar terjadi. Kebalikkah? Ya, namun gadis itu tidak ingin bernasib sama seperti tokoh cinderella dalam dongeng walau berakhir bahagia. karena kalian harus ingat, itu hanya dongeng. Dongeng sebelum tidur yang ayahnya selalu ceritakan setiap hendak tidur. 
Gadis itu memilih membiarkan wanita tersayangnya pergi dengan sosok berbadan jangkung itu.

Lalu semua berakhir dengan langkah hangat yang mulai menjauh. Tidak, bukan , itu tidak lagi terasa hangat semenjak tungkai seseorang yang ia sayang pergi menjauh mengikuti tungkai lelaki asing disampingnya. 
Tubuh itu mulai menghilang bersama tenggelamnya sang mentari. 
Hembusan angin menerpa kulit wajahnya yang mulai memerah kedinginan dan itu membuatnya menambah erat kepalan di tangannya.

Ia tidak harus menangis meraung seperti anak lainnya saat harus ditinggalkan ibunya. Ia sudah cukup dewasa sekarang, diumurnya yang mulai memasuki 18 ia sudah semestinya hidup mandiri. perih jika harus mengingatnya lagi.


Lengan kecilnya berusaha menggapai kotak kecil berwarna coklat di laci meja belajarnya. Dengan tubuh yang masih terbaring, jemari kurusnya mulai memutar gagang kecil di samping kotak yang ia genggam,menyimpannya tepat diatas dada tanpa melepasnya sedikitpun kala melodi indah mulai berputar pelan bersamaan dengan kelopak matanya yang mulai menutup secara perlahan. Hembusan nafasnya mulai menenang pertanda ia sudah masuk dalam alam bawah sadarnya. 

Sebuah hadiah ulang tahun dari ayahnya. 


"Bawa aku bersamamu ayah..." gumamnya.


Fin.

Like+commentnya boleh kok ^^