Minggu, 22 Mei 2016

Sequel of "Don't Touch My Wife"

Tittle: Give Us Dumpling (sequel of "Don't Touch My Wife")

Cast: lee jieun(iu)/park chanyeol/park daehan, park minguk, park manse (song triplets).

Genre: family, little bit romance.

Length: oneshoot.

Author: Lea Mega.

Om ill gook saya pinjam song triplets nya sebentar ya,,,,,kalo gak lupa saya kembaliin lagi, kekeke...

Maaf jika ada typo.

~

~

~

'06.00 a.m.'

Ketiga saudara kembar itu masih terbaring tak beraturan bersama sang ayah. Sekarang park chanyeol sudah sewajarnya disebut ayah karena ia telah dikaruniai tiga malaikat kecil yang lucu dan pintar yang diturunkan dari ibunya, lee jieun wanita pintar yang sekarang telah menjadi ibu super sibuk karena kehidupannya yang sekarang sudah berubah total. Ia sangat bersyukur chanyeol tetap memegang tanggung jawabnya sebagai seorang ayah dan suami, tak lupa dengan tiga sosok malaikatnya. Ia sangat menyayangi meraka, bahkan ia tak rela jika malaikatnya terluka seujung jaripun ia rela menggantinya dengan mengiris dagingnya atau bahkan dengan nyawanya sekalipun. Tapi ia tenang, karena chanyeol telah menjadi appa yang benar-benar appa.

Tubuh kecil itu menggeliat pelan dan terduduk bangun, tak lama kemudian ia berdiri dan berjalan keluar setelah mendapati bahwa ibunya tidak berada disampingnya.

"Eomma, eodiyo?"

Suara serak minguk terus memanggil jieun yang tak kunjung ditemukan, kaki kecilnya membawanya ke arah ruang tengah dan dapur namun masih nihil, lantas ia mengambil boneka tyranosaurus kesayangannya yang berada didalam box mainan.

Manse yang merupakan anak terakhir yang lahir setelah minguk menggeliat pelan lalu menindih tubuh sang ayah, 

"appa ironna!" ,,,, "appa ironna" Ia membuka mata sang ayah yang tak kunjung bangun.

"Ah kau sudah bangun manse'a?" "Apa tidurmu nyenyak?", , , , , , "appa aku ingin poop"

"Mwo, ah kajja" matanya berhasil terbuka dengan sempurna setelah mendengar penuturan manse chanyeol langsung menggendong dan membawanya ke toilet.

~
"Apa sudah lega perutnya?"

"Hm, appa eomma eodiyo? Minguk'a eodiyo?" manse menyadari bahwa ibu dan saudara kembarnya minguk sudah tidak ada di kamarnya.

"Eomma sudah kepasar membeli keperluan di restoran"

"Apa ia akan kembali lagi?" Tanyanya lagi.

"Ia akan langsung membuka restoran bersama para pelayan disana jadi tidak akan kembali. Tapi tenang, setelah sarapan dan bersih-bersih kita akan menyusul eomma disana ne!" ucap chanyeol sembari memakaikan kembali celana hijau milik manse.

"Ne..."

"Kajja, appa akan buatkan kalian kue beras kuah dan kimbap untuk sarapan" ajaknya seraya menggendong manse kecil ke dapur, setelah sampai didapur manse melihat kakaknya yang sedang bermain sendiri lalu datang menghampiri.

"Eoh Minguk'a pinjam" pintanya seraya mengambil boneka yang minguk pegang, namun minguk masih memegang erat boneka tetsebut, tak mau kalah manse lebih menarik kuat boneka tersebut, terjadilah aksi saling tarik-menarik.

"Minguk'a, manse'a jangan bertengkar selagi appa mebuat sarapan" ucap chanyeol sedikit berteriak dari arah dapur, sesekali ia memperhatikan mereka untuk memastikan tidak terjadi sesuatu yang berbahaya.
Akhirnya manse memenangkan tarik menarik tersebut dengan minguk yang terduduk jatuh kelantai, wajahnya sudah siap untuk menangis namun manse yang melihatnya langsung memeluk minguk dan dibalas olehnya. akhirnya keduanya bermain bersama setelah manse memberikan gonglyong (gonglyong=dinosaurus) milik minguk kembali. Chanyeol hanya tersenyum melihatnya dan menghampiri mereka.

"Manse'a ini gonglyong milikmu. Bermain dengan baiklah dengan hyungmu" ucap chanyeol sembari memberikan boneka dinosaurus milik manse yang dibalas cengiran tak berdosa anaknya itu.

.

.

.

"Daehan'a,minguk'a,manse'a kajja sarapan sudah siap" teriak chanyeol memanggil ketiganya. Manse dan minguk berlari dan menaiki kursi makan mereka masing-masing.
Chanyeol hanya mendapati dua putranya saja, ia lalu bergegas ke kamar dan membangunkan putra sulungnya. Kecupan ringan ia berikan berkali-kali untuk membuatnya bangun, namun anaknya yang satu ini sedikit sulit dibangunkan dibanding kedua saudaranya. 

"Daehan'a ironna"

"Hh appa ya" daehan hanya menggeliat kecil lalu membuka matanya setelah mendengar suara appanya.

"Ayo kita sarapan" ucap chnayeol pelan seperti sebuah bisikan lalu dengan sigap langsung menggendongnya dan membawanya ke dapur.

"Cha,sekarang sudah lengkap semuanya. Ini untuk daehan'a, minguk'a dan ini untuk manse'a" ucapnya sembari meletakkan sarapan untuk ketiganya.

"Appa, apa eomma sudah pergi ke restoran?" Tanya daehan anak pertamanya dengan suara serak dan pelan, suaranya terdengar sangat menggemaskan. Wajar saja mengingat umur mereka masih menginjak 4 tahun.

"Ne, setelah sarapan dan mandi kita akan mengunjunginya" ucap chanyeol. Minguk yang mendengarnya menganggukan kepala tanda mengerti seperti orang dewasa, pertanyaannya sudah terjawab sekarang.
Ketiga saudara kembar itu memakan kimbap dengan lahap kecuali chanyeol yang hanya melihat saja, karena ia sudah lebih dulu memakan makanannya.

Minguk juga terlihat lahap memakan mie nya, berbeda dengan daehan dan manse yang justru terlihat kesusahan. Mie yang bentuknya panjang dan licin membuat mereka kesusahan mengambilnya menggunakan garpu yang mereka pegang. Chanyeol yang sedari tadi memperhatikan mereka makan tersenyum melihat tingkah keduanya saat berusaha mengambil mie dalam mangkuk putih kecil yang ia hidangkan.

"Kau harus melakukannya seperti ini" chanyeol menggulung mie tersebut dengan garpu dan memberikannya pada daehan, "buka mulutmu" dan setelahnya daehan mampu melakukannya sendiri. 

"Appa beri aku juga", manse yang melihat hal tersebut juga ingin ayahnya yang menyuapinya karena sama halnya dengan daehan ia juga tidak mampu melakukannya. 

"Cha seperti ini, diputar-putar lalu setelah menggulung masukkan kedalam mulutmu, aaa, coba ulangi sendiri". Hanya minguk yang terlihat asik dengan makanannya sendiri, ia terlihat tenang-tenang saja.


"Daehan'a bukankah ini mie?" Tanya manse polos yang juga dijawab polos oleh kakanya, "ne manse'a".

"Ah hahaha, nde mian lain kali appa akan buatkan kalian kue beras kuah" chanyeol tertawa malu sekaligus gemas melihat anak-anaknya yang masih polos.

"Appa akan menyiapkan baju kalian untuk menemui eomma, jadi selesaikan makanannya dan jangan bertengkar arasso?", "ne" jawab mereka serempak.

"Ah dan ini minum untuk kalian"

"Ne, gamsahamnida appa" ucap minguk dan diikuti yang lainnya, "appa saranghaeyo" ucap minguk lagi dengan senyumannya yang membuat matanya tertutup sempurna menjadi sebuah garis tipis disertai gerakan love dengan tangannya diatas kepala.

"saranghaeyo minguk'a, daehan'a, manse'a" balas chanyeol persis seperti yang minguk lakukan.


"saranghaeyo appa ya" balas daehan dan manse serempak tak lupa dengan gerakan lovenya.
.
.
.
Tiga pasang kaki kecil melangkah dengan excitednya, tangan yang saling bergandengan saling menjaga satu sama lain. Setelan baju kodok berwarna biru langit menambah kesan imut untuk ketiganya. Dilengkapai tas berbentuk gon
glyong coklat, sepatu merah beserta topi merah tersampir dikepala kecil mereka.

Letak restourant milik mereka memang tidak jauh dari rumah, hanya perlu berjalan beberapa menit untuk sampai ketempat tujuan, hal ini dikarenakan agar jieun dapat selalu dekat dengan anak-anaknya. Pagi menjelang siang yang cerah diawali dengan dendangan triplets kecil yang terlepas dari mulut kecil mereka.

~Hanado duldo anin urin sesiraneHanado duldo anin urin sesiraneHanado duldo anin hanado duldo aninHanado anin duldo anin sessigina wo wo wo~Eoceomyeon igeon jeongmal nollaun ilHanado duldo anin sessiginaAmuri amuri saenggaghaebwadoYeogsina igeon jeongmal gijeogigun~Eommado appado ama kkamcang nollasseul geoyaIreon gijeok gateun iri hanbeone sessiginaGeuraeseo eoceomyeon daehan minguk manse raguyoNeomuna gippeoseo geireotge wechyeogetji ye ye ye~

"Aigo" kaki kecil minguk tersandung kerikil yang menancap kuat di tanah, beruntung ia tidak jatuh tersungkur, 

"minguk'a gwaenchanayo?" Tanya daehan diiringi manse disebelahnya. 

"minguk'a gwaenchanayo?"Tanya daehan kembali sembari memegang kedua bahunya,kakaknya ini memang sangat perhatian dan dewasa. Chanyeol yang tadinya khawatir dan hendak membantunya seketika menghentikan langkahnya setelah mendapati daehan sudah bisa mewakilinya, ia merasa bangga sekali pada anak-anaknya yang care satu sama lain dan ia hanya tersenyum setelahnya. .

.
.
'At TRIPLETS RESTAURANT'

"Anyeonghaseyo" ucap triplets kecil dan juga chanyeol disertai bungkukan 90 derajat kepada para pelayan yang ada disana begitu mereka sampai. Suasana didalamnya cukup ramai mengingat sekarang adalah waktu yang digunakan para karyawan kantor untuk mengisi perut mereka dijam pertama istirahat, terlihat juga para pengunjung dari berbagai latar.


"Aigo kalian sangat manis sekali" ucap salah seorang pelayan direstoran tersebut.

"Gamsahamnida, ayo ucapkan terimakasih padanya" perintah chanyeol pada anak-anaknya.

"Gamsahamnida" ucap triplets kecil pelan disertai bungkukannya.

"Chagi,,,," panggil jieun yang muncul dari balik dapur dengan celemek bergambar gonglyong khas restorant tersebut membuat keempatnya menoleh kemudian tersenyum lebar.

"Eomma" teriak manse yang langsung berlari menghampiri ibunya, anaknya yang satu ini memang hyper free, dibelakangnya minguk dan daehan menyusul.

"Eomma saranghaeyo, johaeyo" ucap ketiganya dibalik pelukan besar jieun.

"Saranghaeyo uri daehanie, mingukie, manse. Johaeyo" balas jieun lalu mencium ketiganya bergantian.

"Chagi saranghaeyo" ucap chanyeol dengan gerakan lovenya yang sudah berada dihadapan mereka. Ia juga tidak mau kalah oleh anak-anaknya, 

"saranghaeyo" ...'19.30 p.m'

"Beri kami makan,,,," teriak triplets kecil bergantian, mereka terlihat tidak sabaran menunggu makanan, wataknya yang satu ini diturunkan dari ayahnya. Jieun yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala lalu tersenyum hangat setelahnya.Kegiatan akhir pekan kali ini mereka lakukan dengan mengunjungi restourant dumpling yang terkenal lezat di wilayahnya. Meskipun mereka memiliki restourant sendiri jangan kira mereka hanya makan disana saja, mereka selalu ingin mencoba sesuatu yang baru, maksudnya menu makanan yang baru...."Ige mwoyeyo?" Tanya manse setelah melihat hidangan berbentuk pastel dihadapannya, "ige dumpling manse'a" jawab chanyeol yang direspon biasa oleh anak ketiganya itu, berbeda dengan dua kakaknya yang asik makan terlihat tidak bisa diganggu. Setelah mendengar apa yang chanyeol ucapkan manse akhirnya memakan dumpling tersebut dengan ogah-ogahan, tak lama setelah ia menelannya terlihat jelas ia melanjutkannya dengan lahap setelahnya, jieun hanya bisa tersenyum hangat melihat ketiga anaknya makan dengan lahap.

"Apa kalian menikmatinya?" Tanya chanyeol, namun hanya keheningan yang ia dapat, dengan diamnya mereka yang sibuk makan chanyeol tersenyum mengerti bahwa ketiga anaknya sangat menyukai makanannya.

"Apa kau masih ingin minguk'a?" Tanya jieun yang sadar wadah bundar yang terbuat dari kayu milik minguk telah habis sedari tadi. "Heem" jawab minguk diserta anggukan antusiasnya. 

"Apa kalian juga ingin lagi?" Tanya jieun kali ini pada dua anak nya yang lain. 

"Ne eomma" jawab daehan, "ne, ne" manse tak kalah antusiasnya dengan minguk. Jieun dibuat tersenyum gemas melihat tingkah mereka, sungguh menggemaskan.~

"Aww"

"Aigo, bibirmu berdarah chagi" , chanyeol yang khawatir langsung mengambil tissue yang telah disediakan diatas meja untuk membersihkan sedikit darah di bibir istrinya.

"Bagaimana kau bisa ceroboh, makanlah pelan-pelan"

"ne aku hanya kurang fokus, aku tidak apa-apa. Sudah ayo kita lanjutkan makannya" ajak jieun kemudian.

"Eomma gwaenchanayo?" Tanya daehan dengan raut wajah khawatir. 

"Ne eomma gwaenchana, gowamo telah mengkhawatirkan eomma" usapan lembut jieun berikan kepada anak sulungya.Ia tidak bisa fokus ketika ketiga anaknya terlihat sangat menikmati hidangan yang disajikan, ia hanya terlalu senang melihat bagaimana cara ketiganya makan dengan begitu lahap, ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika mereka sudah tumbuh dewasa dengan cepat, melihat cara mereka makan seperti sekarang.

"Mereka sangat mirip denganmu oppa".

"tentu karena mereka anakku, mereka juga anak yang cerdas sama sepertiku" ucap chanyeol dengan percaya dirinya. Jieun hanya berdesis mengejek.

"pintar mereka itu diturunkan dariku, kau hanya menurunkan pintar makannya saja"

"ne, ne aku mengalah, tapi mereka tampan seperti ku. Itu yang membuatmu jatuh cinta padaku kan" ucap chanyeol bangga, kelewat percaya diri dari yang sebelumnya. Jieun hanya menyikut pelan dengan pipi yang mulai memerah malu tanda membenarkan hal tersebut.

..."Jaljayo uri daehanie, mingukie, manse" kecupan selamat tidur mereka berikan pada tiga malaikat kecilnya.

Sepasang suami istri itu tak lantas tidur, mereka memilih menghabiskan waktu bersama dengan menonton drama favorit mereka. Tak bisa dipungkiri waktu mereka untuk berduaan tersita dengan kehadiran tiga malaikat kecil dikehidupan mereka, namun mereka tidak menyesalinya sedikitpun. Mereka malah bersyukur telah dikaruniai tiga malaikat kecil yang pintar,manis dan baik seperti mereka. Suasana rumah menjadi lebih berwarna dibuatnya. Tangisan manse yang tak jarang memenuhi seisi rumah, tingkahnya yang tak mau diam, daehan yang selalu mempunyai banyak pertanyaan untuk ayahnya dan sikapnya yang selalu berubah-ubah juga tak kalah menambah warna suasana dirumah besar mereka, lalu minguk yang juga tak mau kalah dari kedua saudaranya dengan sikapnya yang selalu ceria juga gemar bernyanyi semakin menambah semaraknya suasana rumah.

Duduk berdua disebuah sofa besar kemudian menyalakan layar lebar hitam dihadapannya yang selanjutnya menampilkan sebuah drama romance korea di temani teh hangat dicuaca yang lumayan dingin membuat suasana semakin romantis. Chanyeol mengeratkan kain tipis yang membalut tubuh mereka 

"Jieun'a" chanyeol menatap istrinya yang masih asik menonton drama yang sedang ditayangkan.

"Hm" dehem jieun tanpa mengalihkan pandangannya dari layar didepannya.

"Apa kau senang?"

"Apa yang kau bicarakan oppa?" Tanya jieun dengan lembut.

"Apa kau memiliki beban kepadaku?" Tanya chanyeol takut-takut jika jieun memang merasa lelah menjadi seorang ibu dan istri yang super sibuk untuknya.

"Apa yang kau sedang bicarakan oppa? Tanya jieun dengan langsung memandang suaminya itu. 

"Tentu tidak oppa, aku justru merasakan sebaliknya. Bersyukur tuhan memberikanku suami yang bertanggung jawab dan tiga malaikat manis padaku" penuturan jieun membuat chanyeol menatapnya begitu lekat. Ia beruntung memiliki jieun sepenuhnya, wanita yang telah melahirkan anak darinya.

"Saranghaeyo chagi" ucap chanyeol diakhiri kecupan di pipi jieun."Ne saranghaeyo oppa"
"Jieun'a, chagi"

"mengapa kau memanggilku double-double seperti itu, mencurigakan" ucap jieun penuh selidik.

"Hehe, jieun'a"

"Hm wae?"

"Aku ingin punya anak perempuan agar kau tidak merasa kesepian. Dirumah ini hanya kau saja yang perempuan kan?"

"Aniyo, Aku tidak merasa demikian. Mereka membuatku menjadi ibu paling bahagia di dunia". Jieun mengucapkannya dengan wajah bahagia. Bisa dilihat dari matanya yang berbinar dan bibirnya yang tersungging lebar. Tak masalah jika ia harus bekerja keras setiap hari karena memang itu keinginannya. Sebuah jalan untuk memanfaatkan kemampuan memasaknya, lagipula ketiga anaknya memang sangat suka makan.

Chanyeol sebagai suami, ayah, sekaligus pengusaha sukses juga tak perlu khawatir. Apa kalian lupa? Chanyeol memiliki seorang sahabat baik yang dapat dipercaya untuk menghandle urusannya, Baekhyun. Chanyeol dan Jieun akan saling bergantian menjaga triplets kecil. sungguh keluarga bahagia.

"Tapi jika kita membuatnya mungkin saja kita akan dapat anak kembar berjenis kelamin perempuan. Benarkan?" Chanyeol terlihat sangat antusias berbeda dengan jieun yang biasa-biasa saja.

"Wae, kenapa wajahmu datar seperti itu?" Tanya chanyeol setelah tidak mendapat respon jieun. "

"Bukannya aku tidak mau oppa, untuk sekarang ini aku hanya ingin mengabdikan hidupku untuk kalin. Lagipula mereka masih cukup kecil untuk memiliki adik", wajah jieun penuh raut keseriusan dalam ucapannya sembari memandang suaminya yang hanya diam saat ia berbicara. Mungkin chanyeol sedang merenungkan apa yang jieun ucapkan.

"..............."

"Apa kau kecewa padaku oppa?" Tanya jieun menebak isi hati chanyeol.

"Aniyo, aku mengerti perasaanmu chagi. Maafkan aku yang hanya bisa memaksakan kehendak tanpa memikirkan perasaanmu" ucap chanyeol sembari menangkup wajah istrinya. Ia mencoba memahami yang jieun rasakan, sebagai seorang wanita yang melahirkan tiga orang anak sekaligus merupakan perjuangan yang sangat hebat. Ia ingat bagaimana wajah letih jieun kala itu dan tangis bahagia menyebar keseluruh penjuru ruangan setelahnya.

"Terimakasih untuk segala pengertianmu oppa".Mata yang masih saling bertatapan memberikan kepercayan satu sama lain hingga akhirnya chanyeol mulai menghapus jarak diantara mereka. Semakin dekat bahkan nafas mereka saling beradu. Hangat. Hingga akhirnya bibir chanyeol terhenti dua centi lagi untuk mendapatkannya setelah suara-suara menggemaskan menyapa gendang telinganya.

"Eomma, beri kami dumpling" suara menggemaskan triplets kecil seketika memecah keromantisan mereka.

"Eoh, kalian belum tidur?" Tanya jieun ketika sudah membalikkan tubuhnya menghadap mereka yang berdiri dengan wajah polos.

"Kami tidak bisa tidur, dumpling tadi membuat kami kembali lapar" jawab daehan mewakili kedua adiknya.

"Uh anak eomma sedang kelaparan, oke kajja eomma akan buatkan". Jieun berjalan kearah dapur dengan diekori triplets kecil yang berjalan terseok-seok khas anak kecil.

"Kalian mengganggu saja" gumam chanyeol namun ia tersenyum setelahnya.

Fin.


Maaf ya buat para penggemar triplets jika ada kesalahan dalam fanfic.
Sebenarnya saya juga penggemar mereka jadi saya pinjam song triplets dari om ill gook deh. Keke maaf ya om....











Minggu, 08 Mei 2016

Lasting Love (drabble)

Lasting Love

Cast : Lee jieun (iu)/Byun baekhyun (exo).
Genre : sad.
Length : Drabble.
Author : Lea Mega.

Tolong apresiasinya ya readers, bisa dengan like or comment tapi commentnya yang membangun ya ^^
~
~
~

Sepasang cangkir kayu coklat pudar berbalut butiran debu halus yang kian lama kian menebal seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usiaku.
Ketika matahari menyilaukan itu menembus di celah-celah bilik kayu berwarna cream kesukaanmu. Iris kelabu ini bertambah kelabu sayang, semenjak kau tinggalkan aku ke suatu tempat yang sangat jauh, pupil ini pun kian mengecil setiap kali ku buka kedua mata ini untuk selalu melihatmu pada benda tipis didinding kamar, rutinitas setiap hendak tidur dan bangunku. Guratan keriput ini kian bertambah diwajahku, guratan senyum yang sekarang mengarah kebawah.
Decit kursi usang terdengar saat ku duduki, kursi tempat kita menenangkan diri, menikmati berjalannya usia bersama. sebuah anganku untuk menghentikan waktu agar bisa bersamamu sedikit lebih lama, tapi itu tidak mungkin untuk melakukannya.
Posisi menghadap keluar jendela yang langsung menyuguhkan pemandangan bukit hijau dengan hamparan bunga dandelion, bergoyang tertiup angin dan berterbangan bagai salju dimusim semi.
Kedua mata ini melihatmu tersenyum disampingku, dan menghilang saat ku coba sentuh, kulit ini hanya merasakan udara yang berhembus disekitarku.
Ku kenang selalu setiap ucapanmu, walau sang bintang menghilang disiang hari tapi ia tidak pernah pergi meninggalkan langit, ia akan muncul saat sang mentari telah tenggelam untuk menghiasi langit malam. Kau benar, kau tidak pernah pergi meninggalakanku seperti halnya bintang kau memang menghilang tapi kau sebenarnya ada disetiap tidurku.
Andai kita bisa mengisi cangkir itu kembali dengan cairan manis yang setiap pagi kau buat dan aku akan menikmati dentingannya seolah seperti nada rindu yang tidak pernah ingin lepas dari kasih yang menyeruak kedalam saluran pernafasanku, menjalar kesetiap saraf menimbulkan kadar dophamine yang terlalu tinggi bagiku dan kita selalu menyukai exquisite delight bersama.
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja lalu rasanya mampu membuatku nelangsa setengah mati. Hatiku seperti tak ditempatnya dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Dalam setiap langkahku ini meninggalkan jejak rindu yang takkan pernah hilang walau hujan mengguyur dengan derasnya, karena langit yang iri pada kesetiaan cinta kita.
Dengan tubuh yang mulai membungkuk ini terlihat jelas gundukan tanah merah berselimut rumput hijau yang mulai ku taburkan kerinduan dan kasih beserta do'a yang selalu menyertaimu.
pada air mata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada. Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira akulah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari bahwa kaulah yang menjadikanku kekasih yang baik. Mana mungkin aku setia padahal kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan kau dari-Nya dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku.
Selamat jalan calon bidadari surgaku.

Fin.

Ini sebenarnya terinspirasi dari puisinya pak habibie untuk ibu ainun yang aku remake jadi ada sedikit penambahan dan perubahan. Tapi intinya sama kok tentang kerinduannya pak habibie untuk ibu ainun.
Aku seneng banget sama puisinya jadi deh nih drabble.

Buat sequel ff "don't touch my wife" author akan segera rilis, what rilis?:O
-_-, gaya amat bahasanya, keke.