Rabu, 03 Agustus 2016

Hearts (chapter 2)

Tittle: Hearts

Cast: iu as lee jieun / kim jisoo (actor) as himself / lee won geun (actor) as himself / cha hak yun (VIXX) as himself / kim taeyon as herself.


Mungkin di chap ini belum banyak moment jisU ataupun geunU. Tapi saya berharap gk ada yg kecewa. Di chap selanjutnya akan banyak moment jisU ataupun geunU

Tolong apresiasinya readers. Karena itu sangat berarti bagi saya agar semangat lagi bikinnya. 

"Kenapa lama sekali" hak yun berdiri sembari bersandar pada meja kasir,menungu jieun yang tak kunjung kembali. Ia paling malas jika sudah melihat banyak buku tebal yang berisi rentetan kalimat panjang seperti sekarang ini. Menunggu sahabatnya walau sedikit lama menjadi pilihannya.

"Pak, bisakah anda--" belum sempat jieun merampungkan ucapannya penjaga toko tersebut telah berlalu melewati lorong buku tempatnya berada. 
"Kenapa ia berjalan begitu cepat? Apa sebegitu sibuknya?" gumamnya lalu ia mencoba mencari cara untuk dapat menggapai buku yang ia incar. Sebuah balok setinggi -+25 cm berhasil ia gusur untuk menjadikannya pijakan, rupanya balok kayu itu disediakan khusus untuk pengunjung yang bernasib sama seperti jieun. Menginjakkan kaki diatasnya dan mulai menggapai buku tersebut hingga akhirnya seseorang tak sengaja menyenggolnya dan.....  

"Omo aaaaa" buk, tubuhnya oleng dan akhirnya terjatuh, namun ia tak merasakan sakit yang berarti. Tapi rasanya ada benda empuk menempel pada bibirnya. Jieun mengangkat wajahnya dan yang pertama kali ia lihat adalah wajah seorang pria mungkin seumurannya yang juga tengah menatapnya dengan senyuman manis yang membuat siapa saja meleleh seketika ditempatnya. 
"Aaa apa yang kau lakukan padaku? pekik jieun sembari mengelap bibirnya kasar. 
"Apa yang kau bilang aggashi? Bukankan kau yang menciumku duluan?" Jawabnya santai dengan senyuman yang masih melekat diwajahnya.
"Itu tidak akan pernah terjadi jika kau tidak menyenggolku" sanggah jieun tak terima. Mengapa ia yang disalahkan, disini ia yang berada di posisi yang tak menguntungkan.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Seorang penjaga pria menghampiri mereka. 
"Begini pak, dia ini pria cab--" belum sempat jieun merampungkan ucapannya lelaki tadi dengan cepat.membekap mulut jieun dan berakting seolah mereka adalah pasangan. Memeluk jieun dari samping tak peduli dengan jieun yang sedang mencoba memberontak "Ah maaf pak, dia pacarku. Biasa masalah antar sepasang kekasih"  
"Em, em" jieun berusaha membuka tangan milik lelaki itu namun dekapannya terlalu kuat, tak kehabisan akal jieun menginjak kakinya dan akhirnya ia bisa bernafas lega. 
"Aw"
"Apa kau bilang, aku bukan kekasihnya pak itu tidak benar. Dia itu--"
"Ah sekali lagi saya minta maaf pak, kami merasa bersalah  karena saya dan pacar saya keadaan jadi tidak tenang, ayo chagi" lelaki tadi menggiring jieun menuju pintu dekat kasir. 

Hak yun berniat mencari jieun yang tak kunjung kembali namun langkahnya terhenti saat maniknya menangkap seseorang yang ia tuju sedang bersama seorang lelaki menuju kearahnya yang tak jauh dari pintu masuk.

"Lepaskan! Kau gila? Kita bahkan tidak saling mengenal. Kau harus bertanggung jawab"
"Aku harus bertanggung jawab apa agashi. Apa kau mau aku bertanggung jawab atas ciuman tadi?"
"Mwo? Ciuman? Jieun, apa dia mencabulimu?" Tanya hak yun yang sudah ada diantara mereka.
"Aku tidak sepenuhnya salah. Dengan bukti fisik sudah jelas kau yang salah agashi. Kau yang mencium ku duluan" ucap lelaki itu santai. 
Hak yun menatap jieun tak percaya. "Jangan menatapku seperti itu? Itu semua tidak benar" ucapnya pada hak yun yang sekarang menampakkan raut bingung, jadi yang mana yang benar pikirnya.
"Aishh, karena aku sedang tak ingin berdebat. Aku akan melupakannya,dan ingat jangan pernah sekalipun kau menampakkan wajahmu di hadapanku lagi!" Ucap jieun dan berlalu pergi dengan hak yun yang ia seret digenggamannya. Membayar novel yang hanya ia dapat menuju kasir setelah itu berlalu pergi melewati lelaki tadi yang masih menatapnya disertai senyuman penuh arti pada jieun.


 "Rumah" ucapnya lebih tepatnya sebuah perintah.
"Ji, apa benar kau menciumnya tadi?" Celetuk hakyun membuat jieun mendelik kesal. 
"Tidak"
"Jangan membohongiku! Aku tadi mendengarnya kan"
"Ne, tapi itu tidak sengaja. Dia menyenggolku saat hendak mengambil buku dan akupun terjatuh dan tak sengaja aku menciumnya karena peristiwa jatuhku sangat tiba-tiba, jadi dia yang salah kan?" Bantah jieun membela diri. "Benar kan?" Tanya nya lagi.
"Ne, tapi--" hak yun menghentikan ucapannya.
"Tapi apa?"
"Tapi kau juga harus berhati-hati, karena sekarang banyak modus kejahatan pada wanita, arasso?" hak yun mengubah penyataan yang akan ia ucap. Terlihat jelas raut kecewa diwajahnya.
"Ne, untung saja hanya dipipi, kalau tidak hilang lah first kiss ku olehnya" 
Hak yun mendongakkan wajahnya yang semula ia tekuk, menatap jieun yang kini sedang mengelap bibirnya. Sebuah senyuman lega tergores di wajah tampan hak yun.

Mereka menyusuri jalan setapak dengan pohon-pohon rindang di kiri kanan bahu jalan. Cuaca yang cerah di hari minggu dan udara yang sejuk membuat siapa saja ingin menghabiskan weekend di luar rumah. Terbukti dengan adanya beberapa orang yang berlalu lalang untuk sekedar berjalan-jalan di jalan yang sekarang mereka susuri karena biasanya jalan tersebut sangat jarang digunakan. tidak sedikit penduduk yang lebih memilih menggunakan jalan utama yang langsung menghubungkan ke pusat kota.
"Berhenti!"
"Ada apa?
"Aku bilang berhenti!" Akhirnya hak yun menuruti perintah jieun.
"Sekarang naik!" Perintah jieun kembali setelah ia mengambil alih posisi hak yun. "Apa kau serius?" Tanya hak yun ragu "kapan aku tak serius hak yun ah, cepat naik atau kau ku tinggalkan disini" ancam jieun sembari ancang-ancang akan pergi. "Yak biasanya juga kau yang seperti ini, tapi kenapa sekarang malah aku?" Ocehnya ketika ia sudah menaiki padal belakang sepeda.
"Paling sebentar lagi kau akan minta gantian ji"
"Sekarang aku sudah kuat kau tahu, cukup diam saja atau kau kuturunkan!"
"Aish geu yeoja--"
"Kau tahu sekarang suasana hatiku sedang tidak baik jadi kau jangan membuatnya bertambah buruk"
"Baiklah baiklah aku akan diam" ucapnya yang memandang jieun dari belakang.


~~~

"Kenapa kau berhenti? Bukankah kau ingin pulang ji?" Tanya hak yun bingung karena jieun menghentikan sepedanya di depan sebuah kedai ice cream dekat pertigaan jalan. "Aku tidak ingin melanggar janjiku padamu".
"Paman 2 cup ice cream peanutnya tolong" ucap jieun pada salah satu penjual ice cream berbaju putih dengan seutas tali tradisional terikat dikepalanya. Hak yun tersenyum tipis setelah mendengar penuturan jieun.

"Ige" jieun menyodorkan satu cup ice cream pada hak yun setelah keduanya mendaratkan pantatnya di bawah pohon rindang beralaskan rumput hijau.
"Gomawo, aku kira kita akan benar-benar pulang padalah saat kau bilang pulang rasanya harapan ice cream ku sudah putus tadi" celoteh hak yun yang hanya ditanggapi hembusan angin sejuk dengan beberapa daun kering yang ikut terbang. Merasa tak ditanggapi ia melirik jieun yang ternyata sedang sibuk memakan ice creamnya sembari memperhatikan sebuah keluarga lengkap ayah, ibu beserta seorang anak perempuan yang terlihat bahagia.
"Kau tahu aku ingin seperti anak itu yang tertawa lepas bersama kedua orang tuanya" ucap jieun dengan senyuman getir tergores di wajah cantiknya. "Kau-- merindukan ayahmu?" tanya hak yun dengan hati-hati, ia mengetahui jelas perasaan jieun sekarang. "Tapi-- aku juga membencinya, lebih baik jika aku tidak mengingat bagaimana rupa lelaki itu" terselip kesedihan diucapannya. Hak yun memilih menjadi pendengar yang baik untuk sahabatnya, membiarkan ia menuangkan segala keluh kesah yang mungkin telah menumpuk didalam hatinya. Ia memandang sedih jieun yang harus tumbuh tanpa seorang ayah disampingnya. Walau mereka saat itu masih duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar, mereka tahu apa itu arti dari perceraian.


~~~
At 5.00 p.m.

"Ne eomma tidak apa-apa, aku bisa menjaga diriku disini, apa eomma mengambil cuti bekerja?"
"................."
"Ne... eomma tidak usah khawatir, salamkan aku pada halmeoni, eoh dan satu lagi"
".........."
"Bawakan aku manisan rumput laut saat pulang nanti"
"............"
"Gomawo eomma"
Tut tutt~~


"Ah sementara teman-teman jung bae tidak kemari lebih baik aku pindah kan karpet itu" jieun beranjak dari kasurnya setelah ia selesai mengeringkan rambut. Membawa karpet di depan kamarnya dengan tergopoh-gopoh.
"Ternyata lumayan berat juga, lebih baik aku taruh disini yang tidak akan kehujanan" jieun mengubah rencana awalnya yang akan menaruh karpet tersebut dihalaman, memilih teras pinggir rumahnya menjadi pilihan terbaiknya. Ia juga memikirkan bagaimana jadinya jika karpet yang eommanya belikan itu kehujanan dan kepanasan. Ia akan kena omel jika sampai hal itu terjadi.

"Jung bae~...." suara teriakan ketiga teman jungbae menghentikan langkah jieun yang hendak memasuki rumahnya. Jieun membalikkan tubuhnya dan menemukan wajah mereka dibalik pintu gerbang yang membentang menghalangi jalan masuk untuk mereka. Jieun berjalan menghampiri mereka "apa jung be sudah pulang noona? Tanya sung jae anak bergigi kelinci dihadapannya. "Ia tidak akan pulang hari ini, jung be menginap di rumah halmeoninya hingga hari rabu, kamis baru kembali",
"Eoh kalau begitu kita tidak akan main bersama jung bae hingga hari rabu dong... yaaah" ucap nari gadis manis berbaju merah muda "tidak asik" sambung ah rae gadis berkuncir kuda disampingnya.
"Kalian bersabarlah hingga hari rabu, sekarang pulanglah lagi pula ini sudah sore arrachi?"
"Ne.... sampai jumpa noona, eonni" ucap mereka serempak.


~~~

At 6.00 a.m

"Aku tidak akan terlambat hari ini, ah apa eomma tidak meninggalkan ku makanan instan?" Ucapnya setelah membuka kulkas dan tidak mendapati secup mie ramyun pun. Jieun terpaksa memakan roti selai Stroberi yang ia buat sendiri, sebenarnya ia kurang terbiasa sarapan selain mie dan nasi yang ibunya selalu siapkan. Karena ini mendesak jadi tak apalah pikirnya.

"Jieun ah" panggil seseorang ketika jieun sedang mengunci pintu rumahnya yang ternyata adalah hak yun, ia telah siap dengan sepeda yang terparkir di depan gerbang rumahnya.
"Kenapa kau kemari?" Tanya jieun setelah keluar dan merapatkan gerbang rumahnya.
"Kau tidak ingin mendapat tumpangan gratis?
"Tentu saja aku mau, kalau begitu aku anggap kau akan memberiku tumpangan gratis setiap hari. Jadi besok dan seterusnya kau harus menjemputku", "kalau aku tidak mau bagaimana?" Hak yun menatap jail jieun yang menyilangkan tangannya di depan dada. "aku tidak menerima penolakan" jawabnya dan langsung menaiki sepeda milik hak yun.
"Dan kau akan selalu mentraktirku ice cream saat ku mau sebagai balasannya, tidak ada penolakan haha" balas hak yun.
"Baiklah tuan perhitungan hahaha" kedua orang sahabatan itu tertawa besama disepanjang jalan tak peduli banyak orang yang berlalu lalang memperhatikan mereka.


~~~

"Kau duluan kekelas aku ada urusan alam" ucap jieun ketika mereka sedang dilorong berjalan menuju kelas yang tinggal beberapa meter lagi.
"Kemana?"
"Toilet" teriak jieun yang sudah lumayan jauh karena lari terbirit-birit menahan perutnya yang sedari tadi kerubukan.


"Ah leganya"
"Hey kau jieun, aku peringatkan padamu jangan sekali-kali lagi Kau mendekati jisoo ku atau kau akan celaka" ancam taeyeon sembari mendorong bahu jieun hingga menghantam dinding toilet menimbulkan suara buk yang cukup keras. Rupanya ia dan temannya tiffany juga ada ditoilet sedang memoles make up, mengetahui jieun juga ada disana ia mulai melancarkan aksinya.
"Apa yang kau lakukan?" Geram jieun pada dua gadis didepannya dengan sorot mata tajam.
 "Aku hanya melakukan yang aku mau" jawabnya dengan nada sinis.
"Kau kira aku takut padamu? Cih lagipula aku tidak peduli jisoo itu pacarmu atau bukan aku tidak tertarik padanya"
"Sepertinya gadis ini harus diberi pelajaran taeyon ah" ucap tiffany yang menatap jieun sinis.
"Kau benar, enaknya kita apakan dia?"
"Bagaimana kalau kita kurung di sini?" Ucap tiffany memandang remeh pada jieun.
"Hah kalian sungguh menjijikan, sebelum kau memberi ku pelajaran aku yang akan melakukannya duluan karena kau sudah membuat bahuku sedikit sakit" ucap jieun dan menubruk tubuh mereka bersamaan lalu dengan segera ia menguncinya dari luar.
"Hahaha aku duluan daahhh" jieun tertawa senang, berani-beraninya mereka berbuat seperti itu padaku. Mereka belum tahu saja berhadapan dengan siapa, batinnya.

"Kau mengunci mereka?"
"Omona... kau mengagetkanku, apa yang sedang kau bicarakan?"
"Aku melihatnya"
"Wae? Apa urusannya denganmu? Kau tidak tau apa-apa" Ucap jieun dan berlalu dari hadapan jisoo. "Aku bisa saja melaporkanmu pada kepala sekolah", jieun menghentikan langkahnya tanpa berbalik sedikitpun. "Lakukan saja jika kau bisa" ucapnya dan melanjutkan kembali langkahnya "tentu saja aku bisa, dan kau akan dikeluarkan dari sekolah jika hal itu sampai terjadi. Jieun kali ini membalikkan badannya dan berjalan kembali menghampiri jisoo dengan tatapan tak suka. "Apa maumu sebenarnya?, kenapa kau suka sekali membuatku marah?" Jieun menggeram kesal pada lelaki dihadapannya itu sedang yang di tatap hanya menampakkan wajah datar. "Aku ingin kau menuruti semua perintahku dan aku tidak akan melaporkannya pada kepala sekolah"
"Tidak mau, aku harus menuruti perintahmu. Apa-apaan kau ini"
"Jadi kau memilih dikeluarkan, bagitu? Baiklah jika itu yang kau mau" jisoo memutar tubuhnya dan berjalan kearah ruang kepala sekola yang berada tak jauh dari lorong toilet.
"Apa dia serius? Aish apa yang harus ku lakukan?" Racaunya sendiri setelah itu jieun berlari mengejar jisoo yang hendak memutar knop pintu ruang bertuliskan kepsek.
"Aku menerima tawaranmu" ucap jieun terengah-engah pada akhirnya dengan berat hati sembari menarik tangan jisoo menghadapnya agar ia tak jadi memutar knop pintu tersebut. Ia tidak mau jika ibunya harus dipanggil ke sekolah dan mengetahui perbuatan anaknya ini. Jisoo tersenyum menang sedang jieun masih mengumpulkan udara pada paru-parunya karena sedikit lelah berlari.

~~~

Jieun berjalan mengekori jisoo menuju kelas mereka. "Jika aku dihukum oleh park songsaenim karena terlambat itu salahmu arraso?" Jieun mencoba mensejajarkan langkahnya dengan kaki panjang milik jisoo.
"hari ini jam pelajarannya kosong" ucapnya santai dengan tatapan lurus kedepan dan kedua tangan yang ia simpan pada saku celana.
"jinjayo? Kenapa kau bisa tahu?" Tanya jieun sedikit menyerongkan tubuhnya kehadapan jisoo, menatapnya ingin tahu. Sedangkan lelaki itu bukannya menjawab malah tersenyum sombong dengan apa yang ia tahu.
"Ya ya ya.... tidak penting" celoteh jieun sembari mendelik kesal menanggapi tingkah jisoo yang menurutnya menyebalkan dan berlari menuju ruang kelas meninggalkannya yang sekarang sedang merutuki jieun. Bagaimana bisa ia meninggalkan majikannya(?) duluan pikirnya.


"Kenapa kau lama sekali? Untunglah park songsaenim tidak masuk sekarang, kau tahu aku mengkhawatirkanmu. Aku kira kau kelewat sakit perut atau terkunci didalam sana"
hak yun membalikkan tubuhnya menghadap jieun yang baru saja mendaratkan pantat nya.
"Hahaha aku tidak apa-apa. Gomawo sudah mengkhawatirkanku yun ah?"
"Kenapa kau malah tertawa?" Tanyanya bingung.
"Kau tahu tadi aku dihadang oleh taeyeon dan tiffany, mereka mau mengunciku di dalam toilet tapi malah mereka yang terkunci haha" jieun tertawa terbahak-bahak sembari memegangi perutnya. "Kau yang melakukannya ji?" Tanya hak yun curiga, ia tahu watak sahabatnya yang tidak pernah mau kalah. "Tentu saja, orang seperti mereka pantas mendapatkannya. Itu namanya karma" jawab jieun membuat hak yun menggelengkan kepalanya. "Bagaimana jika ada yang melihat dan melaporkanmu?"
"Tenang saja itu tidak akan pernah terjadi" jieun menatap jisoo yang baru saja memasuki kelas dan mengalihkan tatapannya ketika jisoo balas menatapnya dengan senyuman tipis terukir diwajahnya.
"Apa kau yakin?" Hak yun memegang kedua pundak jieun dengan tampang khawatir.
"Aw" jieun memegang pundak kirinya yang sedikit sakit.
"Gwaenchana apa ini sakit?" Hak yun mencoba memegang pundak jieun hati-hati.
"Sedikit"
"Kenapa bisa sakit bukankah kau dari kemarin tidak apa-apa?"
"Ini ulah taeyeon di toilet tadi. Dia mendorongku hingga membentur tembok" ucap jieun pelan.
"Aish dasar, kalau begitu mereka memang pantas mendapatkannya hahaha"
"Hahaha kau sama saja"
Jisoo menatap jieun dari balik kumpulan siswa siswi yang sedang berkumpul di barisan kursi ketiga sehingga menghalangi jarak pandangnya.

Jieun dan hak yun menghentikan tawanya ketika taeyeon dan tiffany terlihat memasuki kelas dengan tampang lusuh. Mereka memandang kesal pada jieun sedangkan jieun memandangnya balik dengan tampang tak sedikitpun takut.
"Bagaimana mereka bisa keluar?"
"Molla, mungkin ada siswi lain yang membukakannya"
"Oh hmmm hahahaha" mereka kembali tertawa melihatnya. Jisoo masih memandang jieun dengan senyuman penuh arti.


~~~

"Disebelah mana? Mengapa kantin hari ini penuh sekali?" Keempat pasang manik itu sibuk mencari kursi kosong yang tersisa namun nihil. Ditangannya masing-masing memegang semangkuk jajangmyeon dan banana milk.
"Lapang basket!, ayo kita kesana yun ah!"
"Mwo? Kau ingin kita makan disana. Lapang basket itu panas ji" hak yun membulatkan mulutnya tak percaya.
"Bukan di lapangnya yun ah -_-, apa kau lupa disana ada kursi panjang dibawah pohon. Kita bisa memakannya disana kajja!"



Jisoo yang melihat hal itu ikut mengekori mereka secara diam-diam.
"Kau ingat, dulu saat masih kecil kita sering main di danau sokchon dan meneduh dibawah pohon selepas pulang sekolah" ucap hak yun sembari mengunyah mie hitam yang ada dimulutnya. Jieun menghentikan suapan mie yang menggantung dimulutnya sejenak,"tentu aku ingat, pulang hingga larut sore, orang tuaku dan orang tuamu yang khawatir mencari kita hingga akhirnya mereka menemukan kita, lalu kita habis dimarahi, bahkan bibi cha menjewer kupingmu hingga merah haha"
"Kau juga, bahkan kau menagis saat bibi lee Juga menjewermu, haha. Dulu kau itu sangat cengeng" ucap hak yun mencubit pipi jieun.
"Ternyata kau disini" jisoo melirik hak yun sebentar dengan wajah dinginnya. Hakyun yang sudah melepas cubitannya memandang balik jisoo dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ada apa?" Tanya jieun acuh, mulutnya masih sibuk memasukkan jajangmyeon yang masih tersisa banyak.
"Yak!"
 Jisoo merebut jajangmyeon yang jieun pegang dan memakannya hingga habis hanya dalam dua kali suapan besar, terlihat seperti orang kelaparan.
Jieun memandangnya sarkastis begitu juga dengan hak yun yang berada disampingnya. Tak hanya jajangmyeon yang ia habiskan jisoo juga meminum habis banana milk milik jieun yang hanya tinggal setengah.
"Yak, banana milk ku" jieun berucap dengan wajah merengut dan tangannya yang terjulur hendak meraih banana milk nya, sayang jisoo telah menelan habis semuanya.
"Kenapa kau juga menghabiskan banana milk ku, tenggorokanku masih serat, aish...?" Jieun berucap kesal sembari mengepalkan tangannya gemas.
"Sudahlah ji, ini habiskan punyaku saja"
"Gomawo" jieun yang hendak meminum banana milk yang diberikan hak yun tak pelak membuat jisoo dengan cepat meraihnya.
"Ini untukku saja"
Jieun menatapnya tajam.
"Yak sebenarnya apa yang kau mau?"
"Kau ingin tahu?" Tanya jisoo, alisnya terangkat sebelah tak lupa senyuman miringnya.
 "Ikut aku!"
"Hey kau mau membawanya kemana?" Hak yun menghadang langkahnya.
"Aku tidak ada urusan denganmu" jawabnya dingin sedangkan jieun menggelengkan kepala pada hak yun yang menatapnya, pertanda ia akan baik-baik saja. Jisoo melanjutkan langkahnya dengan jieun yang mengekori. Ia memegang pergelangan tangan jieun seperti tak ingin melepaskannya barang sedikitpun.


"Kenapa kau membawaku kemari?"
Bukannya menjawab jisoo malah menyodorkan sebuah buku yang diyakini miliknya. "Mwo?", "kerjakan semua" perintahnya dan berlalu menuju kursi panjang yang tersedia di atap sekolah dimana mereka berada saat ini.
"Jika aku tidak mau bagaimana?" Jieun berucap dengan nada menantang, sebenarnya ia menyesal telah menyetujui perjanjian itu tapi bagaimana pun juga ia masih memikirkan perasaan eomma nya.
"Aku akan tidur sebentar, jika sudah selesai bangunkan aku"
"Aish kau ini menyebalkan sekali"
Jisoo tersenyum menang mendengar jieun yang sedang mengumpat kesal.


At 4.00 p.m
"Hey bangun"
"Emmm"
"Gadis ini!aish bangun" jisoo menendang-nendang kaki jieun yang bebas menggantung di kursi.
"Hoaamm" jieun menggeliat kecil dan mendapati jisoo yang berdiri disampingnya. "Bagaimana tugasku?" Tanya jisoo sembari menyilangkan tangannya didada. "Tugas?" Tanya jieun sembari mengelap sudut bibirnya yang basah. "Buku ku" pekik jisoo menyadari bukunya yang sedikit basah.
"Apa bel sudah berbunyi?" Tanya jieun tak menanggapi jisoo sembari melihat jam tangannya.
"Mwo?" Jieun membelalakan matanya yang membulat sempurna.
"Kenapa kau tidak membangunkanku dari tadi?" Pekik jieun pada jisoo yang sekarang tengah menatapnya kesal. "Geu yeoja... aish sudah kubilang kerjakan tugasku bukannya tidur. Lihat kau belum meyelesaikannya, dan lihat apa yang kau lakukan pada buku ku" tunjuknya pada bukunya.
"Kau pikir menyelesaikan tugas sebanyak ini gampang? Aku juga manusia yang bisa mengantuk kau tahu?"
"Ani. Kau harus bertanggung jawab. Aku akan menambah hakku untuk memerintahmu"
"Hak? Lalu hak ku bagaimana?"
Bukannya menjawab jisoo menarik jieun dan menyudutkannya pada tembok atap sekolah. "K--Ka--kau mau apa?" Jisoo menunduk lalu mendekatkan wajahnya hingga jieun dapat merasakan nafas maskulinnya yang menerpa wajahnya.
"Seperti yang kau fikirkan" bisiknya dengan senyuman penuh arti dan semakin mendekatkan wajahnya sementara jieun, jantungnya berdegup cepat, kakinya serasa kaku namun sekuat tenaga ia mencoba mendorong tubuh jisoo hingga akhirnya ia dapat bernafas lega.
"Neo... jangan macam-macam. Aku tidak peduli pada bukumu ataupun tugasmu. Gara-gara kau aku harus membolos pelajaran terakhir" ucap jieun yang hendak melangkahkan kakinya berniat kembali kekelas tak peduli pada lelaki dihadapannya yang sedang menatapnya dengan rahang yang mulai mengeras. Jisoo dengan cepat meraih kembali tangan jieun dan memojokkannya kedinding.
"Kau ingin tahu dimana hak mu? Hak mu sudah menjadi milikku. Jadi kau wajib menuruti semua perintahku" jisoo berucap dengan sedikit mencengkram lengan atas jieun membuat sang pemilik meringis kesakitan.


Tbc


Mohon maaf untuk para readers karena saya terlalu lama ngepost chap 2 ini dikarenakan masalah mood (?) Curhat dikit gk apa2 ya? Kurang bersemangat buat bikin kelanjutannya melihat kurangnya apresiasi (like/comment) para readers. Harapan saya sih ada yang ngasih kritik atau masukan yang bisa jadi referensi buat saya (apa ini?
 -_ -). Kritikan juga boleh kok karena saya merasa tulisan saya ini belum sebagus seperti para author lain. Ya udah itu aja yang mau saya sampaikan, tapi terimakasih juga bagi yang sudah bersedia
membaca ^^
































Kamis, 21 Juli 2016

HEARTS (Chapter 1)

Tittle: Hearts
Cast: Iu as lee jieun / kim jisoo (actor) as himself / lee won geun (actor) as himself / cha hak yun (VIXX) as himself / kim taeyon as herself
Genre: School life / fluff
Length: Chapter
Rating: T
author: Leamega

Jika ada kesamaan jalan cerita atau apapun itu saya mohon maaf, karena ini murni imajinasi saya. 

^at 5.30 a.m.

"jungie... berikan itu padaku" rengek seorang gadis kecil berkaos merah muda bergambarkan teddy bear pada anak lelaki kecil yang sibuk dengan layar tablet digenggamannya.
"tidak mau, sekarang kan giliranku" anak lelaki itu tetap tidak mau memberikan tablet yang sedang menampilkan permainan ular tangga.
 "aaahh ayo berikan", "tidak mau, sekarang giliranku. kau sudah memainkannya dua kali tadi" anak lelaki kecil itu terlihat tak mau kalah walau seorang gadis kecil disampingnya sudah mulai berkaca-kaca.
"hey jungie, kapan giliran kita memainkannya" ucap anak lelaki lain disampingnya. "kalau aku kalah" jawab jung bae percaya diri. "itu tidak adil, kami dari tadi belum kebagian tau" cetus seorang gadis berkuncir dua dengan wajah cemberut. 
" sudahlah, kemarikan!" nari si pemilik tablet merebutnya dengan cepat sembari mengusap air matanya yang sedikit keluar.
"ya ya ya tidak bisa seperti itu, itu curang namanya, kembalikan aku belum game over" jung bae mencoba merebut tablet dari tangan nari. begitu pula sung jae dan ah rae yang mulai bergabung memperebutkan tablet berwarna putih itu.
"kemarikan", "tidak sekarang giliranku", "hey kalian curang, aku belum kalah tau", "tidak, tidak boleh ada yang bermain game lagi".

~~~

"hoaammm.... kenapa berisik sekali eoh? Hah bahkan jam weker ku juga belum bangun. anak-anak ini sungguh mengerikan" racau jieun setelah terbangun karena mendengar kebisingan yang terjadi di pagi buta menurutnya, membuatnya tidak susah-susah bangun menunggu jam weker nya berbunyi. apa anak-anak itu tidak punya rasa lelah, padahal baru kemarin mereka bermain kejar-kejaran hingga pukul 6 sore, batinnya.

Jieun membuka pintu kamar dan langsung mendapati keempat ekor tikus kecil yang mengganggu tidurnya. jieun hanya menampakkan raut datar, merasa telah menjadi kebiasaan medapati mereka bermain didepan kamarnya. sepertinya ia harus memindahkan karpet empuk itu ke halaman rumahnya, karpet itu menjadi alasan mereka suka berkumpul didepan kamarnya, empuk, dan juga nyaman, pikirnya. ia memilih berjalan ke arah dapur untuk membasahi tenggorokannya dan mendapati ibunya sedang membuat sarapan seperti biasa lalu ia bersuara membuat sang eomma menengokkan kepalanya sebentar dan kembali memasukkan tumbuhan hijau yang baru selesai ia cuci kedalam panci berisi air mendidih dihadapannya.
"eomma, jika nanti sore kau mendapati karpet biru didepan kamarku berada di halaman rumah, biarkan saja. jangan dipindahkan kembali ketempatnya" jieun berucap dengan nada malas dan mulai beranjak kembali kekamarnya. "memangnya kenapa kau ingin memindahkannya eun ah, eoh?".
"tidak ada apa-apa eomma aku hanya bosan melihatnya" jawab jieun sekenanya sambil masih berlalu tanpa menengok sedikitpun. Mrs. lee mengernyit bingung dengan sikap anak gadisnya itu, tapi ia tak mau ambil pusing dan melanjutkan kembali acara kegiatan memasaknya.


"kenapa kau mematikannya"teriak sung jae tidak terima, "memangnya kenapa, ini kan tablet ku" jawab nari seenaknya, "yak tapi kami kan belum main" ah rae menimpali, "gara-gara kalian aku kalah, yaahhh" celetuk  jung bae kemudian.

" yak kalian" teriak jieun frustasi ketika ia melewati keempat anak itu yang masih saja ribut membuat keempatnya terdiam seketika menatap jieun dengan wajah poloh tak berdosa, namun tak berselang lama mereka kembali berisik. jieun hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah kemudian memasuki kamarnya untuk pergi mandi.
-
-
-
"makan yang banyak ya jagoan eomma..." mrs. lee menyodorkan semangkuk sup rumput laut pada jung bae setelah itu pada teman-temanya yang lain. "kau juga harus makan yang banyak, eomma tidak tega melihat tubuhmu yang kurus itu. eomma tidak mau melihat kalian sakit, arrasso!" ucap mrs. lee. "neee..." jawab keempatnya serentak tak terkecuali jieun. "ah kalian juga teman-teman jung bae, makanlah yang banyak ne", "neee,,,, " jawab mereka kembali dengan nada yang lebih kencang juga ceria. 
Mrs. lee tersenyum senang melihatnya, berbeda dengan jieun yang hanya memutar bola matanya malas. bukannya ia membenci anak-anak tak berdosa itu, tapi ia hanya tidak suka jika mereka sudah membuat keributan di pagi hari.  walau hal ini sudah biasa untuk jieun dan keluarganya tetap saja ia kesal jika waktu tidurnya berkurang karena terganggu walau hanya sedikit. mereka sangat dekat dengan mrs. lee mengingat mereka adalah anak-anak dari tetangganya yang juga satu komplek, ibu mereka juga mengenal baik mrs. lee bahkan ibu-ibu di komplek ini tergabung dalam anggota ibu-ibu arisan yang mereka bentuk . rumah mereka bersebelahan, tak heran jika anak-anak berumur 5 tahun seperti mereka belum bisa diatur, jiwa kanak-kanaknya masih dalam masa gila bermain.  jadi akan sulit bagi jieun untuk menjauh dari mereka. 


"aku berangkat eomma" jieun beranjak dari kursinya dan meneguk sedikt air mineralnya setelah itu ia mencium sekilas pipi ibunya dan mengusap sekilas kepala adiknya jung bae sebelum benar-benar pergi. "hati-hati dijalan sayang", "ne eomma" teriak jieun dari ambang pintu dan melesat pergi setelahnya. 
-
-
-
"kenapa bisnya belum datang juga, ah kalau begini aku bisa terlambat. sia-sia saja aku bangun pagi karena jung bae dan teman-temannya, huftt" jieun mengembungkan pipinya sedikit kesal karena bis yang biasa ia tumpangi untuk sampai kesekolah belum juga menampakkan rodanya.
jieun menengok jam tangan dibalik lengan seragamnya yang berwarna coklat muda, jarum jam sudah menungjukkan pikul 6.45 a.m. artinya 15 menit lagi bel sekolah akan berbunyi dan gerbang pun akan ditutup.
 "ah eottohke" jieun menengok jam dan arah datangnya bis secara bergantian dengan gelisah,namun yang ditunggu-tunggu belum juga muncul. Tak lama kemudian sebuah sepeda berhenti di hadapannya. 
"yun ah" pekik jieun girang, akhirnya ia bisa datang kesekolah tanpa terlambat pikirnya. dengan tidak tahu malu jieun langsung menaiki bagian belakang sepeda milik hak yun tanpa permisi. hak yun adalah sahabatnya sejak kecil jadi ia sudah tau watak sahabatnya itu, baik hati. Tidak perlu repot-repot meminta izin sudah pasti ia akan mengizinkannya. 
"apa yang kau lalukan?" tanya hak yun membuat jieun sedikit bingung. 
apa maksud sahabatnya itu, apa ia tidak memperbolehkannya ikut bersamanya hingga sekolah pikirnya. 
"mwo? yak apa kau mencoba pelit tumpangan padaku?" pekik jieun tidak percaya dengan apa yang diucapkan sahabatnya itu. "ah ahehehe tidak,aku hanya bercanda. cepat naik atau aku pergi duluan" jawab hak yun tanpa menghiraukan tatapan murka jieun. 
"kalau kau ingin marah, ya sudah aku pergi duluan ok!" ucapnya kembali setelah melihat wajah murka sahabatnya itu dan bersiap mengayuh sepedahnya namun ditahan oleh jieun dengan cepat. "yak dan setelah membuatku marah kau ingin meninggalkanku juga, aish dasar."  jieun mengembungkan pipinya, merasa jengkel dengan kelakuan hak yun yang berhasil mengubah-ubah moodnya dari merasa gembira mejadi merasa jengkel.
 "ayo cepat kita berangkat atau kita tidak bisa masuk dan mendapat hukuman karena terlambat" ucap jieun sembari mendorong-dorong pundak hak yun yang menjadi pegangannya karena posisi jieun yang menaiki pedal belakang sepeda sambil berdiri.
 "ne ne pegangan yang erat".
"arraso, aku juga tidak mau terjatuh dari sini" jawab jieun sembari mempererat pegangannya pada pundak hak yun dan ia tersenyum tipis mendengarnya.
-
-
-
jieun dan hak yun telah sampai di depan gerbang sekolah dan untunglah penjaga sekolah belum menutup gerbangnya. keduanya mulai memasuki halaman sekolah lalu tiba-tiba sebuah mobil sport hitam memasuki gerbang dan hampir menabrak jieun jika saja hak yun tidak menariknya tadi. jieun dibuat kesal ketika mengetahui siapa pemilik mobil itu.
 pantas saja gerbang sekolah belum ditutup walau jarum panjang jam sudah hampir melewati angka 12, ternyata ini alasannya. jieun sudah siap mengambil ancang-ancang untuk menghampiri namja itu, jangan kira karena ia anak dari penyalur donasi terbesar disekolah ia bisa seenaknya mengemudi mobil dengan tidak hati-hati di area sekolah. 
"apa yang akan kau lakukan ji?" sergah hak yun menahan lengan jieun yang hendak melakukan sesuatu yang bisa membuat keduanya berada dalam posisi tidak menguntungkan. 
"membuat masalah dengan orang itu tidak akan membuatmu menang ji" lanjut hak yun mengingatkan.
 "yak jelas-jelas dia yang membuat gara-gara. ia hampir mencelakaiku yun ah, jika saja tadi kau tidak menarikku" jieun menghempaskan genggaman hak yun dan berseru kesal kemudian berbalik hendak melakukan niat awalnya namun hak yun kembali menahan jieun dengan menghalangi langkahnya sembari merentangkan tangannya lebar.
"yak minggir", "ani", "aish minggir" jieun menggeram dan mendorong sedikit keras tubuh hak yun hingga membuatnya sedikit oleng. ia tidak menyangka kekuatan jieun bisa sebesar ini jika sudah marah.
 "kalau aku mem-biarkanmu, k-kau akan dalam baha-ya ji" ucap hak yun kewalahan menahan tubuh jieun yang sekarang ia peluk untuk menghentikan aksinya.
"aku tidak ingin itu terjadi ji" lanjutnya lagi. Jieun menghentikan gerakannya dan menatap hak yun dalam setelah hak yun melepas pelukannya, tersirat kekecewaan dari sorot mata milik jieun. Hak yun memegang pundak jieun tegar. "Orang sepertinya akan sulit untuk dikalahkan, kau ingat siapa dia?" Tanya hak yun sedikit menengok mobil sport hitam yang baru saja ditinggalkan pemiliknya. "Anak penyalur donasi terbesar disekolah. Itu kan jawabannya. Cih apa hebatnya membanggakan uang orang tua" jieun mencibir tak suka.

 hak yun tak habis pikir bisa memiliki sahabat seorang gadis manis namun juga mengerikan jika sudah emosi.
"hak yun ah..." rengek jieun kemudian dengan wajah sedih namun masih terlihat menggemaskan.
"Gwaenchana, sekarang kita kekelas karena kita sudah telat 10 menit kau tahu?"
"mwo?" mata jieun membulat sempurna kemudian berlari terbirit-birit meninggalkan hak yun yang masih setia ditempatnya.
"Palli hak yun ah..." teriak jieun sembari melambaikan tanganya kebelakang tanpa menengokkan kepalanya.
"yak tunggu aku!" Balas teriak hak yun, dan setelahnya senyuman lebar menghiasi wajah tampannya.
-
-
-
"ahh untunglah lee songsaenim belum masuk" ucap jieun dengan wajah cerahnya, namun berubah gelap seketika setelah melihat namja menyebalkan yang hampir membuatnya celaka sedang bersenda gurau beberapa meter dihadapannya. 
merasa ada yang memperhatikan jisoo berbalik dan mendapati jieun sedang menatapnya dengan wajah yang sulit diartikan. lelaki itu balik menatapnya datar dan kembali bersenda gurau dengan teman-teman nya, mengacuhkan jieun yang sudah mengepalkan tangannya bersiap meninju wajah tampannya yang digilai banyak wanita di sekolahnya. 


"apa kau masih ingin membalasnya?" tanya hak yun yang duduk disebelahnya setelah menyadari jieun masih saja memperhatikan jisoo dengan aura murka yang terasa jelas terpancar didekatnya. bukannya menjawab jieun malah meninju udara di depannya atau lebih tepatnya ia mencoba mengarahkannya pada jisoo yang duduk beberapa meja didepannya. hak yun hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah jieun. 
"kita ambil saja hal positifnya ji, kalau bukan karena ia, kita pasti akan sulit masuk walau hanya terlambat beberapa menit".
 jieun mendelik kesal pada sahabatnya sambil mengernyit tidak percaya, yang di tatap malah menatap balik dengan wajah polos, bagaimana sahabatnya itu bisa mengucapkan hal yang tidak bisa ia toleransi. 
"yak bagaimanapun juga kau tidak bisa hanya mengambil hal positifnya saja. lagipula apanya yang positif? apa masih bisa dibilang hal positif kalau aku celaka beneran? sahabat macam apa kau ini? aishhhh" jieun menjambak rambutnya dengan frustasi sedangkan hak yun hanya tersenyum geli melihatnya.


"lee songsaenim datang!" teriak seorang siswa bertubuh gempal dari arah pintu, semua siswa dan siswi berhamburan dari kumpulannya untuk kembali kekursinya masing-masing. tak berselang lama lee songsaenim pun masuk.

"selamat pagi anak-anak" sapa lee songsaenim dengan kumis tebal yang mulai memutih menghiasi wajahnya yang juga sudah mulai keriput. 
"pagi..."
"Sebelumnya bapak meminta maaf sudah terlambat datang dikarenakan suatu urusan mendadak. Hari ini bapak akan menjelaskan tentang sosialisasi, jadi sekarang buka buku paket kalian bab sosialisasi hal 107" perintahnya, ia juga turut membuka buku miliknya dan menurunkan sedikit kaca matanya untuk memastikan bab yang akan ia jelaskan hari ini.

"Aku kira ia tidak akan datang" bisik seorang siswi dengan baju kekecilannya pada temannya yang tak jauh beda sepertinya, tak lupa bibir merahnya yang mencolok mata siapa saja yang melihatnya. Taeyon, seorang siswi dengan gelar queen of beauty yang ditakuti para siswi lain. Riasan wajah yang melekat tebal mampu membuatnya mendapatkan gelar tersebut.
"Kalau saja ia tidak masuk kita bisa membolos pergi kesalon" timpal tiffany pada taeyon sembari mengeluarkan kaca dari dalam laci dan mengoleskan lip balm merahnya.
-
-
-
bel istirahat sudah berbunyi dan lee songsaenim juga sudah tidak terlihat batang hidungnya. sebagian siswa yang saat pelajaran terlihat tidur di kelas mulai berhamburan keluar. wajar saja mereka melakukan hal itu. bagi mereka yang memiliki uang banyak, nilai mereka akan baik-baik saja walaupun mereka sebenarnya anak-anak yang pemalas. tak terkecuali jisoo anak penyandang dana terbesar seantero sekolah.

"ayo ke kantin" jieun berjalan mendahului hak yun setelah membenahi buku-bukunya yang ia taruh didalam laci meja, namun lagi-lagi ia harus menabrak tubuh seseorang yang tiba-tiba berdiri menghalanginya dan  membuat tubuhnya terdorong kebelakang lalu pantatnya harus merasakan sakit jika saja hak yun tidak sigap menyanggapnya dari belakang. selalu saja seperti ini, ia akan mendapat kesialan jika berurusan dengan lelaki itu dan hak yun lah yang akan menolongnya. 
"gwaenchana?" tanya hak yun setelah membantunya menegakkan kembali tubuhnya.
 "ne nan gwaenchana, gomawoyo yun ah" jawab jieun dengan senyuman tipisnya. jieun berbalik dan masih mendapati jisoo dihadapannya.
"aish mengapa kau selalu membuatku celaka hah?" tanya jieun dengan wajah kesalnya. 
"cih, apa maksudmu? jangan salahkan aku kalau tubuhmu itu terlalu kecil dan pendek" jawab jisoo asal dengan wajah tak peduli lalu berlalu begitu saja menuju keluar kelas dengan kedua tangan dimasukan kedalam saku celana hitamnya.
 "yak apa kau bilang?" teriak jieun tak terima. 
"sudahlah ji ayo aku lapar" ajak hak yun menarik lengan sahabatnya itu menuju kantin. seorang yeoja menatap tidak suka pada jieun dari jajaran bangku pinggir. bibir merahnya terangkat kesal melihat jieun melakukan interaksi dengan lelaki yang disukainya.
-
-
-
"Hak yun ah, besok antar aku ke toko buku ne?" Tawar jieun setelah keduanya berada di parkiran. "Untuk apa kau kesana?" Tanya hak yun sembari menaiki sepedanya disusul oleh jieun. "Untuk membakar toko" jawab jieun sekenanya. "Mwo?" Pekik hak yun membuat jieun kembali mendelik kesal. "Aku ingin mencari novel edisi terbaru" ucap jieun datar. "Ku kira kau serius ji" hak yun menengok jieun yang berada di belakangnya. "Ku kira kau juga serius yun, serius pabbo nya" ucap jieun sembari menyentil dahi hak yun yang terpampang lebar dihadapannya. Tak pelak hak yun meringis sakit dan mengembungkan pipinya menyadari bahwa dia memang bodoh.

"Apa kita akan disini saja?" ucap jieun kemudian membuat hak yun langsung mengayuh sepedahnya.

~~~

"Kau sangat enteng ji, aku seperti tidak sedang membonceng seseorang" celetuk hak yun di sela-sela mengayuh sepedahnya. Jieun hanya diam tak menanggapi, pasti ujung-ujungnya dia akan mengatainya kurus, kurang gizi lah, dan berakhir dengan ceramah panjang.

"Kau seharusnya makan ya-"
"Ah jadi besok kita berangkat pukul 9 ok. Kau harus menjemputku, tidak boleh terlambat" perintah jieun langsung memotong perkataan sahabatnya itu. Hak yun mengernyitkan dahinya, "apa aku harus melewatkan acara bola lagi besok?" Tanya hak yun yang lebih tepatnya seperti sebuah protesan tidak langsung.
 "aku tidak menerima penolakan yun ah" sergah jieun sedikit mencekik leher belakang hak yun membuat sang pemilik memekik pelan. "Yak ji kau mau kita terjatuh?" Pekik hak yun setelah ia menyeimbangkan kembali pedal sepedahnya yang semula sedikit berguncang karena ulah jieun yang membuatnya sedikit terperanjat karena cekikannya.
"Makanya lakukan dengan benar" jawab jieun dengan nada tak bersalah tak pelak membuat hak yun mengerucutkan bibirnya kesal.
 "Geu yeoja...."
"Mwo?"
"Aish..." geram hak yun frustasi menghadapi gadis yang satu ini.
"Mwo?" Jieun menatap jengkel hak yun dari belakang.
-
-
-
"Anyeong noona", "anyeong eonni" sapa keempatnya bersamaan. "Anyeong" jawab jieun dengan senyuman manisnya pada empat bocah yang juga tak kalah manis sembari melepas sepatu hitamnya. "Kalian mainlah yang akur, jangan berisik arrachi" perintah jieun dengan mencubiti pipi tembam putih mereka satu Persatu. "Ne..." jawab mereka serempak.
"Aku pulang eomma" sapa jieun ketika melewati ibunya yang sedang menonton acara tv membelakanginya. "Eoh kau sudah pulang, cepat ganti bajumu setelah itu pergi makan siang. Eomma sudah menyiapkan nasi goreng kimchi dan bulgogi kesukaanmu" perintah mrs. Lee. "Ne eomma, gomawo" ucap jieun sebelum memasuki kamarnya.

"Hah hari ini sangat melelahkan juga menyebalkan" jieun melemparkan tas nya asal lalu menjatuhkan tubuhnya di kasur kesayangannya dan teringat kejadian menyebalkan tadi pagi. Namja yang sudah membuat kepalanya mengeluarkan asap tebal di pagi hari.  Ia memejamkan matanya sebentar lalu...

Kruuuukkkk~
"Ah aku lapar" gumamnya sembari memegangi perutnya yang baru saja berbunyi. Jieun beranjak dari kasurnya dan mulai melepaskan jas serta kemeja yang melekat di tubuh kecilnya. Menggantinya dengan kaos bermotif bunga cherry tanpa melepas rok sekolahnya. Setelah itu ia melesat pergi ke meja makan.
-
-
-
Drrrtt ~ddrrrttt~
Tiba-tiba handphonenya bergetar. Sebuah pesan masuk, jieun mengambilnya yang ia letakkan di samping piring. Tertera nama sahabatnya di layar. Ia membuka pesannya dalam sekali klik.

From: hak yun
Traktir aku besok setelah mengantarmu dari toko buku.

Jieun mencibir ketika membaca isi pesan yang hak yun kirim. Lalu jarinya mulai bermain cepat dan klik, terkirim.

To: hak yun
Kenapa begitu?

Drrrtt~drrttt~
From: hak yun
pokoknya belikan aku ice cream peanut besok arrasso!

"Dasar tukang perhitungan" rutuknya pada handphonenya setelah ia mengklik tombol send.

To: hak yun
Dasar perhitungan- -#

From: hak yun
^,^v

Jieun melirik sekilas isi pesannya tanpa ada niat untuk membalasnya. "Apa-apaan dia mengirim emoticon seperti itu" gumamnya sendiri lalu mulai melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.

"Eomma besok aku akan pergi ke toko buku bersama hak yun" ucap jieun dengan mulut penuh nasi lalu memasukkan beberapa potong bulgogi kedalamnya.
"Pergilah, ajak hak yun kemana pun kau pergi karena besok eomma akan mengunjungi nenekmu" balas mrs. Lee tanpa melepaskan pandangannya dari layar tv 21 inch itu.
"Jung bae juga?" Tanya jieun disela-sela mengunyah makanannya. "Tentu saja nenek ingin bertemu dengannya karena ia merindukannya". Jieun menghentikan aktivitasnya, berbalik menghadap ibunya yang membelakanginya. "Apa nenek tidak merindukan cucu satunya lagi?" Tanya jieun dengan wajah sedikit sedih, "kau ini bicara apa? tentu saja ia merindukanmu. Kau tidak bisa ikut bukannya senin kau tidak libur?" Tanya mrs. Lee sembari beranjak dari sofanya setelah mematikan tv dan berjalan menuju tempat cuci. "Jadi kalian akan menginap?" Tanya jieun kembali, "jarak rumah nenek dengan rumah kita sangat jauh eun ah, itu tidak akan bisa memakan waktu hanya sehari saja untuk pulang pergi dari sini kesana" ucap mrs. Lee yang mulai memasukkan beberapa potong pakain kedalam mesin cuci. Jieun hanya bisa mengembungkan pipinya kecewa. "Biklah tidak apa-apa. Lagian aku tidak ingin kehabisan novel edisi terbaru itu" jieun kembali menghabiskan nasi yang tinggal beberapa sendok lagi setelahnya ia meneguk habis segelas besar air putih.
"Terserah kau saja, yang terpenting kau harus selalu berhati-hati. Ajaklah hak yun kemana pun kau pergi. Eomma mempercayaimu padanya" perintah mrs. Lee. Jieun memutar tubuhnya yang masih duduk di kursi makan menghadap sang eomma yang masih terlihat sibuk mengganti air cucian. "Kalau begitu aku bisa mengajaknya menginap disini kan eomma?" Tanya jieun membuat mrs. Lee melotot tak percaya pada anak gadisnya itu. Jieun tertawa terbahak-bahak melihat reaksi berlebihan yang ditunjukkan eommanya. Bukannya ia dan hak yun sering tidur bersama sewaktu sekolah dasar dulu. Mengapa ibunya berlebihan seperti itu. "Hahaha aku hanya bercanda eomma" ucapnya, sedangkan mrs. Lee masih setia menampakkan wajah menyeramkannya pada jieun membuat jieun menghentikan tawanya kala ia menyadari eomma nya masih menatapnya tajam. "Haha...ah.. mian eomma" ucapnya dengan suara mengecil sembari menunduk namun senyuman geli masih tergores di wajah jieun. Ia sangat suka melihat ekspresi ibunya yang seperti tadi.
-
-
-
At 8.30 a.m.

Kriingg~kriingg~

"Kau memang yang paling nyaring kalau sudah berteriak" jieun menggapainya yang berada dinakas meja, mematikannya lalu berbicara pada jam wekernya seolah itu adalah makhluk hidup. Setelah itu ia beranjak dari kasurnya, menyambar handuknya yang tersampir pada gantungan baju kemudian memasuki kamar mandi dan melakukan ritualnya.
~~~

"Yang mana yang harus kupakai?" Gumam jieun pada dirinya sendiri, jarinya ia ketuk-ketukkan pada dagunya. "Yang ini, atau yang ini?....ah molla yang mana saja. Mengapa aku seperti ini , aku kan hanya akan pergi dengan hak yun".
 Akhirnya sepasang pakaian casual melekat pas ditubuhnya. Kaos berwarna peach kebesaran dengan celana jeans abu berhasil menjadi pilihannya.

~~~

Ting tong~
Ting tong~
"Ah kenapa ia lama sekali" gerutu hak yun tak sabaran. Ketika ia akan memencet bel kembali jieun tiba-tiba membuka pintunya. "Ayo kita berangkat" ajak jieun menarik lengan hak yun menuju jalanan rumahnya. "Mwo, jadi kita pakai sepeda ini?" Tanya jieun tak percaya ketika mendapati sepeda hak yun terparkir menghalangi gerbang rumahnya. "Memangnya kenapa? Kau malu?" Tebak hak yun membuat jieun mengernyitkan dahinya. "Ani, bukannya begitu yun ah... kakimu akan pegal-pegal kalau kau membawaku hingga toko buku". "Gwaenchana. Aku sudah biasa, cepat naik!" Perintahnya yang sudah menaiki sepeda gunung miliknya. "Lebih baik kita naik bis saja ya..." tawar jieun berharap hak yun menyetujuinya, "Yun ah...." rengek jieun sembari menarik-narik lengan baju hak yun. "Berhentilah merengek atau aku pulang saja" ancamnya yang berhasil membuat jieun langsung menaiki belakang sepedanya membuat hak yun tersenyum menang.

"Aku tidak bertanggung jawab atas kaki mu nanti" ucap jieun masih memikirkan apa yang akan terjadi pada kaki sahabatnya.
"Apa kau begitu mencemaskanku ji?" Godanya sembari memelankan kayuhan sepedanya.
"Kakiku akan baik-baik saja, tidak seperti kau baru mengayuh sepeda seperempat jalan kaki mu sudah pegal-pegal" ejeknya membuat jieun mengerucutkan bibirnya dan menjitak kepala hak yun membuat sang pemilik kepala meringis kesakitan. "Jangan lebay" balasnya kemudian.


tbc


ahaha saya kembali dengan ff chapter, korban drama cheer up ada 3 pangeran tampan jadi buat ff ini. walau suka 3 pangeran itu lewat drama cheer up tapi saya gk bermaksud memplagiat isi dari dramanya ya. saya hanya meminjam jisoo, won geun sama hak yun nya saja kok keke. dan ff ini murni imajinasi saya.
don't copas and don't be silent reader ok! ^^



Selasa, 28 Juni 2016

I Miss

I Miss

Cast: Lee jieun (iu)
Author: Leamega


Senyap dan sunyi yang ia rasakan. Berbaring dengan manik kelamnya menatap langit-langit kamar berukuran sedang dengan sebuah meja belajar dan lemari putih terpatri di pojok dekat pintu tak lupa gitar accoustik berwarna cream kesayangannya terpajang didinding kamar. Kaki ranjang keropos yang ditinggalkan rayap-rayap kecil tak berdosa.

Berharap menjadi bintang paling terang. Hei seorang jieun berharap terlampau tinggi, bahkan untuk jadi burung pun kau tidak bisa, dimana sayapmu? 

Bukan,bukan itu yang ia harap sekarang setelah mendapat kenyataan bahwa ia harus gagal dalam tes masuk perguruan tinggi. Manusia debu sepertinya bisa apa? Menempel pada setiap benda dan tak memberi keuntungan apapun. Terhempas angin dan terbang tak tentu arah lalu hanya pasrah akan nasib yang akan membawanya kesuatu tempat pada akhirnya.

Hidup dalam kesunyian, mengurung diri dalam tebalnya tembok rumah. Bahkan ia seperti tak bernyawa.

Bukan bintang paling terang, tapi hanya asteroid paling kecil yang melayang diruang hampa seperti yang ia rasakan saat ini. 

Apa yang ia pikirkan sekarang? Dengan tubuh seperti mati rasa. Tak melakukan apapun,hanya hembusan nafas berat yang terdengar berulang kali. Bahkan posisi nya masih sama hanya hembusan nafas yang terasa. Matanya yang ia kerjapkan sesekali kala bola matanya mulai terasa kering dan perih.

Baju beserta celana panjang berwarna biru langit senada terlihat lusuh ia kenakan, rambut hitam sebahunya ia biarkan tergerai acak-acakan. 

Hanya beberapa potong pakaian tidur yang ia punya. Ia akan menggantinya jika pemakaian sudah melewati tiga hari. Jorok? Tidak,itu menurut jieun. Toh ia memakainya hanya saat tidur saja, tidak melakukan apapun yang akan membuat bajunya kotor.


Apa yang kalian pikirkan tentangnya? Kalian tidak bisa menghakimi keadaanya. Seorang anak yatim dengan segenggam harapan dan cita.


Lalu,,, dimana ibunya? Jangan tanyakan. Kalian bisa menghakimi namun tak dapat memahami dengan hanya melihat keadaannya sekarang. Ia bahkan hanya memasukkan beberapa sendok nasi dalam  dua kali makan seharinya kedalam perut kecilnya. 
Tungkainya kurus bak tulang kering berlapis kulit.
Ibunya pergi meninggalkannya seorang diri di rumah kecil peninggalan ayahnya.

Apa ia menangis? Tidak, ia bahkan hanya menampakkan wajah datarnya saat ibunya berpamitan untuk yang terakhir kali, ia juga bahkan tak sudi melihat rupa lelaki biadab yang dengan tak memiliki hati merebut seseorang yang ia punya kala itu.


Mengapa ia tak memilih ajakan ibunya tuk tinggal bersama mereka. Gadis itu bukannya tak ingin, tapi ia mengurung rasa inginnya saat ia melihat raut tak bersahabat dari calon ayah tirinya kala pertama kali ibunya memperkenalkannya padanya.


Ia merasa seperti cinderella dengan ayah tiri yang hanya mencintai ibunya jika itu semua benar-benar terjadi. Kebalikkah? Ya, namun gadis itu tidak ingin bernasib sama seperti tokoh cinderella dalam dongeng walau berakhir bahagia. karena kalian harus ingat, itu hanya dongeng. Dongeng sebelum tidur yang ayahnya selalu ceritakan setiap hendak tidur. 
Gadis itu memilih membiarkan wanita tersayangnya pergi dengan sosok berbadan jangkung itu.

Lalu semua berakhir dengan langkah hangat yang mulai menjauh. Tidak, bukan , itu tidak lagi terasa hangat semenjak tungkai seseorang yang ia sayang pergi menjauh mengikuti tungkai lelaki asing disampingnya. 
Tubuh itu mulai menghilang bersama tenggelamnya sang mentari. 
Hembusan angin menerpa kulit wajahnya yang mulai memerah kedinginan dan itu membuatnya menambah erat kepalan di tangannya.

Ia tidak harus menangis meraung seperti anak lainnya saat harus ditinggalkan ibunya. Ia sudah cukup dewasa sekarang, diumurnya yang mulai memasuki 18 ia sudah semestinya hidup mandiri. perih jika harus mengingatnya lagi.


Lengan kecilnya berusaha menggapai kotak kecil berwarna coklat di laci meja belajarnya. Dengan tubuh yang masih terbaring, jemari kurusnya mulai memutar gagang kecil di samping kotak yang ia genggam,menyimpannya tepat diatas dada tanpa melepasnya sedikitpun kala melodi indah mulai berputar pelan bersamaan dengan kelopak matanya yang mulai menutup secara perlahan. Hembusan nafasnya mulai menenang pertanda ia sudah masuk dalam alam bawah sadarnya. 

Sebuah hadiah ulang tahun dari ayahnya. 


"Bawa aku bersamamu ayah..." gumamnya.


Fin.

Like+commentnya boleh kok ^^





Minggu, 22 Mei 2016

Sequel of "Don't Touch My Wife"

Tittle: Give Us Dumpling (sequel of "Don't Touch My Wife")

Cast: lee jieun(iu)/park chanyeol/park daehan, park minguk, park manse (song triplets).

Genre: family, little bit romance.

Length: oneshoot.

Author: Lea Mega.

Om ill gook saya pinjam song triplets nya sebentar ya,,,,,kalo gak lupa saya kembaliin lagi, kekeke...

Maaf jika ada typo.

~

~

~

'06.00 a.m.'

Ketiga saudara kembar itu masih terbaring tak beraturan bersama sang ayah. Sekarang park chanyeol sudah sewajarnya disebut ayah karena ia telah dikaruniai tiga malaikat kecil yang lucu dan pintar yang diturunkan dari ibunya, lee jieun wanita pintar yang sekarang telah menjadi ibu super sibuk karena kehidupannya yang sekarang sudah berubah total. Ia sangat bersyukur chanyeol tetap memegang tanggung jawabnya sebagai seorang ayah dan suami, tak lupa dengan tiga sosok malaikatnya. Ia sangat menyayangi meraka, bahkan ia tak rela jika malaikatnya terluka seujung jaripun ia rela menggantinya dengan mengiris dagingnya atau bahkan dengan nyawanya sekalipun. Tapi ia tenang, karena chanyeol telah menjadi appa yang benar-benar appa.

Tubuh kecil itu menggeliat pelan dan terduduk bangun, tak lama kemudian ia berdiri dan berjalan keluar setelah mendapati bahwa ibunya tidak berada disampingnya.

"Eomma, eodiyo?"

Suara serak minguk terus memanggil jieun yang tak kunjung ditemukan, kaki kecilnya membawanya ke arah ruang tengah dan dapur namun masih nihil, lantas ia mengambil boneka tyranosaurus kesayangannya yang berada didalam box mainan.

Manse yang merupakan anak terakhir yang lahir setelah minguk menggeliat pelan lalu menindih tubuh sang ayah, 

"appa ironna!" ,,,, "appa ironna" Ia membuka mata sang ayah yang tak kunjung bangun.

"Ah kau sudah bangun manse'a?" "Apa tidurmu nyenyak?", , , , , , "appa aku ingin poop"

"Mwo, ah kajja" matanya berhasil terbuka dengan sempurna setelah mendengar penuturan manse chanyeol langsung menggendong dan membawanya ke toilet.

~
"Apa sudah lega perutnya?"

"Hm, appa eomma eodiyo? Minguk'a eodiyo?" manse menyadari bahwa ibu dan saudara kembarnya minguk sudah tidak ada di kamarnya.

"Eomma sudah kepasar membeli keperluan di restoran"

"Apa ia akan kembali lagi?" Tanyanya lagi.

"Ia akan langsung membuka restoran bersama para pelayan disana jadi tidak akan kembali. Tapi tenang, setelah sarapan dan bersih-bersih kita akan menyusul eomma disana ne!" ucap chanyeol sembari memakaikan kembali celana hijau milik manse.

"Ne..."

"Kajja, appa akan buatkan kalian kue beras kuah dan kimbap untuk sarapan" ajaknya seraya menggendong manse kecil ke dapur, setelah sampai didapur manse melihat kakaknya yang sedang bermain sendiri lalu datang menghampiri.

"Eoh Minguk'a pinjam" pintanya seraya mengambil boneka yang minguk pegang, namun minguk masih memegang erat boneka tetsebut, tak mau kalah manse lebih menarik kuat boneka tersebut, terjadilah aksi saling tarik-menarik.

"Minguk'a, manse'a jangan bertengkar selagi appa mebuat sarapan" ucap chanyeol sedikit berteriak dari arah dapur, sesekali ia memperhatikan mereka untuk memastikan tidak terjadi sesuatu yang berbahaya.
Akhirnya manse memenangkan tarik menarik tersebut dengan minguk yang terduduk jatuh kelantai, wajahnya sudah siap untuk menangis namun manse yang melihatnya langsung memeluk minguk dan dibalas olehnya. akhirnya keduanya bermain bersama setelah manse memberikan gonglyong (gonglyong=dinosaurus) milik minguk kembali. Chanyeol hanya tersenyum melihatnya dan menghampiri mereka.

"Manse'a ini gonglyong milikmu. Bermain dengan baiklah dengan hyungmu" ucap chanyeol sembari memberikan boneka dinosaurus milik manse yang dibalas cengiran tak berdosa anaknya itu.

.

.

.

"Daehan'a,minguk'a,manse'a kajja sarapan sudah siap" teriak chanyeol memanggil ketiganya. Manse dan minguk berlari dan menaiki kursi makan mereka masing-masing.
Chanyeol hanya mendapati dua putranya saja, ia lalu bergegas ke kamar dan membangunkan putra sulungnya. Kecupan ringan ia berikan berkali-kali untuk membuatnya bangun, namun anaknya yang satu ini sedikit sulit dibangunkan dibanding kedua saudaranya. 

"Daehan'a ironna"

"Hh appa ya" daehan hanya menggeliat kecil lalu membuka matanya setelah mendengar suara appanya.

"Ayo kita sarapan" ucap chnayeol pelan seperti sebuah bisikan lalu dengan sigap langsung menggendongnya dan membawanya ke dapur.

"Cha,sekarang sudah lengkap semuanya. Ini untuk daehan'a, minguk'a dan ini untuk manse'a" ucapnya sembari meletakkan sarapan untuk ketiganya.

"Appa, apa eomma sudah pergi ke restoran?" Tanya daehan anak pertamanya dengan suara serak dan pelan, suaranya terdengar sangat menggemaskan. Wajar saja mengingat umur mereka masih menginjak 4 tahun.

"Ne, setelah sarapan dan mandi kita akan mengunjunginya" ucap chanyeol. Minguk yang mendengarnya menganggukan kepala tanda mengerti seperti orang dewasa, pertanyaannya sudah terjawab sekarang.
Ketiga saudara kembar itu memakan kimbap dengan lahap kecuali chanyeol yang hanya melihat saja, karena ia sudah lebih dulu memakan makanannya.

Minguk juga terlihat lahap memakan mie nya, berbeda dengan daehan dan manse yang justru terlihat kesusahan. Mie yang bentuknya panjang dan licin membuat mereka kesusahan mengambilnya menggunakan garpu yang mereka pegang. Chanyeol yang sedari tadi memperhatikan mereka makan tersenyum melihat tingkah keduanya saat berusaha mengambil mie dalam mangkuk putih kecil yang ia hidangkan.

"Kau harus melakukannya seperti ini" chanyeol menggulung mie tersebut dengan garpu dan memberikannya pada daehan, "buka mulutmu" dan setelahnya daehan mampu melakukannya sendiri. 

"Appa beri aku juga", manse yang melihat hal tersebut juga ingin ayahnya yang menyuapinya karena sama halnya dengan daehan ia juga tidak mampu melakukannya. 

"Cha seperti ini, diputar-putar lalu setelah menggulung masukkan kedalam mulutmu, aaa, coba ulangi sendiri". Hanya minguk yang terlihat asik dengan makanannya sendiri, ia terlihat tenang-tenang saja.


"Daehan'a bukankah ini mie?" Tanya manse polos yang juga dijawab polos oleh kakanya, "ne manse'a".

"Ah hahaha, nde mian lain kali appa akan buatkan kalian kue beras kuah" chanyeol tertawa malu sekaligus gemas melihat anak-anaknya yang masih polos.

"Appa akan menyiapkan baju kalian untuk menemui eomma, jadi selesaikan makanannya dan jangan bertengkar arasso?", "ne" jawab mereka serempak.

"Ah dan ini minum untuk kalian"

"Ne, gamsahamnida appa" ucap minguk dan diikuti yang lainnya, "appa saranghaeyo" ucap minguk lagi dengan senyumannya yang membuat matanya tertutup sempurna menjadi sebuah garis tipis disertai gerakan love dengan tangannya diatas kepala.

"saranghaeyo minguk'a, daehan'a, manse'a" balas chanyeol persis seperti yang minguk lakukan.


"saranghaeyo appa ya" balas daehan dan manse serempak tak lupa dengan gerakan lovenya.
.
.
.
Tiga pasang kaki kecil melangkah dengan excitednya, tangan yang saling bergandengan saling menjaga satu sama lain. Setelan baju kodok berwarna biru langit menambah kesan imut untuk ketiganya. Dilengkapai tas berbentuk gon
glyong coklat, sepatu merah beserta topi merah tersampir dikepala kecil mereka.

Letak restourant milik mereka memang tidak jauh dari rumah, hanya perlu berjalan beberapa menit untuk sampai ketempat tujuan, hal ini dikarenakan agar jieun dapat selalu dekat dengan anak-anaknya. Pagi menjelang siang yang cerah diawali dengan dendangan triplets kecil yang terlepas dari mulut kecil mereka.

~Hanado duldo anin urin sesiraneHanado duldo anin urin sesiraneHanado duldo anin hanado duldo aninHanado anin duldo anin sessigina wo wo wo~Eoceomyeon igeon jeongmal nollaun ilHanado duldo anin sessiginaAmuri amuri saenggaghaebwadoYeogsina igeon jeongmal gijeogigun~Eommado appado ama kkamcang nollasseul geoyaIreon gijeok gateun iri hanbeone sessiginaGeuraeseo eoceomyeon daehan minguk manse raguyoNeomuna gippeoseo geireotge wechyeogetji ye ye ye~

"Aigo" kaki kecil minguk tersandung kerikil yang menancap kuat di tanah, beruntung ia tidak jatuh tersungkur, 

"minguk'a gwaenchanayo?" Tanya daehan diiringi manse disebelahnya. 

"minguk'a gwaenchanayo?"Tanya daehan kembali sembari memegang kedua bahunya,kakaknya ini memang sangat perhatian dan dewasa. Chanyeol yang tadinya khawatir dan hendak membantunya seketika menghentikan langkahnya setelah mendapati daehan sudah bisa mewakilinya, ia merasa bangga sekali pada anak-anaknya yang care satu sama lain dan ia hanya tersenyum setelahnya. .

.
.
'At TRIPLETS RESTAURANT'

"Anyeonghaseyo" ucap triplets kecil dan juga chanyeol disertai bungkukan 90 derajat kepada para pelayan yang ada disana begitu mereka sampai. Suasana didalamnya cukup ramai mengingat sekarang adalah waktu yang digunakan para karyawan kantor untuk mengisi perut mereka dijam pertama istirahat, terlihat juga para pengunjung dari berbagai latar.


"Aigo kalian sangat manis sekali" ucap salah seorang pelayan direstoran tersebut.

"Gamsahamnida, ayo ucapkan terimakasih padanya" perintah chanyeol pada anak-anaknya.

"Gamsahamnida" ucap triplets kecil pelan disertai bungkukannya.

"Chagi,,,," panggil jieun yang muncul dari balik dapur dengan celemek bergambar gonglyong khas restorant tersebut membuat keempatnya menoleh kemudian tersenyum lebar.

"Eomma" teriak manse yang langsung berlari menghampiri ibunya, anaknya yang satu ini memang hyper free, dibelakangnya minguk dan daehan menyusul.

"Eomma saranghaeyo, johaeyo" ucap ketiganya dibalik pelukan besar jieun.

"Saranghaeyo uri daehanie, mingukie, manse. Johaeyo" balas jieun lalu mencium ketiganya bergantian.

"Chagi saranghaeyo" ucap chanyeol dengan gerakan lovenya yang sudah berada dihadapan mereka. Ia juga tidak mau kalah oleh anak-anaknya, 

"saranghaeyo" ...'19.30 p.m'

"Beri kami makan,,,," teriak triplets kecil bergantian, mereka terlihat tidak sabaran menunggu makanan, wataknya yang satu ini diturunkan dari ayahnya. Jieun yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala lalu tersenyum hangat setelahnya.Kegiatan akhir pekan kali ini mereka lakukan dengan mengunjungi restourant dumpling yang terkenal lezat di wilayahnya. Meskipun mereka memiliki restourant sendiri jangan kira mereka hanya makan disana saja, mereka selalu ingin mencoba sesuatu yang baru, maksudnya menu makanan yang baru...."Ige mwoyeyo?" Tanya manse setelah melihat hidangan berbentuk pastel dihadapannya, "ige dumpling manse'a" jawab chanyeol yang direspon biasa oleh anak ketiganya itu, berbeda dengan dua kakaknya yang asik makan terlihat tidak bisa diganggu. Setelah mendengar apa yang chanyeol ucapkan manse akhirnya memakan dumpling tersebut dengan ogah-ogahan, tak lama setelah ia menelannya terlihat jelas ia melanjutkannya dengan lahap setelahnya, jieun hanya bisa tersenyum hangat melihat ketiga anaknya makan dengan lahap.

"Apa kalian menikmatinya?" Tanya chanyeol, namun hanya keheningan yang ia dapat, dengan diamnya mereka yang sibuk makan chanyeol tersenyum mengerti bahwa ketiga anaknya sangat menyukai makanannya.

"Apa kau masih ingin minguk'a?" Tanya jieun yang sadar wadah bundar yang terbuat dari kayu milik minguk telah habis sedari tadi. "Heem" jawab minguk diserta anggukan antusiasnya. 

"Apa kalian juga ingin lagi?" Tanya jieun kali ini pada dua anak nya yang lain. 

"Ne eomma" jawab daehan, "ne, ne" manse tak kalah antusiasnya dengan minguk. Jieun dibuat tersenyum gemas melihat tingkah mereka, sungguh menggemaskan.~

"Aww"

"Aigo, bibirmu berdarah chagi" , chanyeol yang khawatir langsung mengambil tissue yang telah disediakan diatas meja untuk membersihkan sedikit darah di bibir istrinya.

"Bagaimana kau bisa ceroboh, makanlah pelan-pelan"

"ne aku hanya kurang fokus, aku tidak apa-apa. Sudah ayo kita lanjutkan makannya" ajak jieun kemudian.

"Eomma gwaenchanayo?" Tanya daehan dengan raut wajah khawatir. 

"Ne eomma gwaenchana, gowamo telah mengkhawatirkan eomma" usapan lembut jieun berikan kepada anak sulungya.Ia tidak bisa fokus ketika ketiga anaknya terlihat sangat menikmati hidangan yang disajikan, ia hanya terlalu senang melihat bagaimana cara ketiganya makan dengan begitu lahap, ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika mereka sudah tumbuh dewasa dengan cepat, melihat cara mereka makan seperti sekarang.

"Mereka sangat mirip denganmu oppa".

"tentu karena mereka anakku, mereka juga anak yang cerdas sama sepertiku" ucap chanyeol dengan percaya dirinya. Jieun hanya berdesis mengejek.

"pintar mereka itu diturunkan dariku, kau hanya menurunkan pintar makannya saja"

"ne, ne aku mengalah, tapi mereka tampan seperti ku. Itu yang membuatmu jatuh cinta padaku kan" ucap chanyeol bangga, kelewat percaya diri dari yang sebelumnya. Jieun hanya menyikut pelan dengan pipi yang mulai memerah malu tanda membenarkan hal tersebut.

..."Jaljayo uri daehanie, mingukie, manse" kecupan selamat tidur mereka berikan pada tiga malaikat kecilnya.

Sepasang suami istri itu tak lantas tidur, mereka memilih menghabiskan waktu bersama dengan menonton drama favorit mereka. Tak bisa dipungkiri waktu mereka untuk berduaan tersita dengan kehadiran tiga malaikat kecil dikehidupan mereka, namun mereka tidak menyesalinya sedikitpun. Mereka malah bersyukur telah dikaruniai tiga malaikat kecil yang pintar,manis dan baik seperti mereka. Suasana rumah menjadi lebih berwarna dibuatnya. Tangisan manse yang tak jarang memenuhi seisi rumah, tingkahnya yang tak mau diam, daehan yang selalu mempunyai banyak pertanyaan untuk ayahnya dan sikapnya yang selalu berubah-ubah juga tak kalah menambah warna suasana dirumah besar mereka, lalu minguk yang juga tak mau kalah dari kedua saudaranya dengan sikapnya yang selalu ceria juga gemar bernyanyi semakin menambah semaraknya suasana rumah.

Duduk berdua disebuah sofa besar kemudian menyalakan layar lebar hitam dihadapannya yang selanjutnya menampilkan sebuah drama romance korea di temani teh hangat dicuaca yang lumayan dingin membuat suasana semakin romantis. Chanyeol mengeratkan kain tipis yang membalut tubuh mereka 

"Jieun'a" chanyeol menatap istrinya yang masih asik menonton drama yang sedang ditayangkan.

"Hm" dehem jieun tanpa mengalihkan pandangannya dari layar didepannya.

"Apa kau senang?"

"Apa yang kau bicarakan oppa?" Tanya jieun dengan lembut.

"Apa kau memiliki beban kepadaku?" Tanya chanyeol takut-takut jika jieun memang merasa lelah menjadi seorang ibu dan istri yang super sibuk untuknya.

"Apa yang kau sedang bicarakan oppa? Tanya jieun dengan langsung memandang suaminya itu. 

"Tentu tidak oppa, aku justru merasakan sebaliknya. Bersyukur tuhan memberikanku suami yang bertanggung jawab dan tiga malaikat manis padaku" penuturan jieun membuat chanyeol menatapnya begitu lekat. Ia beruntung memiliki jieun sepenuhnya, wanita yang telah melahirkan anak darinya.

"Saranghaeyo chagi" ucap chanyeol diakhiri kecupan di pipi jieun."Ne saranghaeyo oppa"
"Jieun'a, chagi"

"mengapa kau memanggilku double-double seperti itu, mencurigakan" ucap jieun penuh selidik.

"Hehe, jieun'a"

"Hm wae?"

"Aku ingin punya anak perempuan agar kau tidak merasa kesepian. Dirumah ini hanya kau saja yang perempuan kan?"

"Aniyo, Aku tidak merasa demikian. Mereka membuatku menjadi ibu paling bahagia di dunia". Jieun mengucapkannya dengan wajah bahagia. Bisa dilihat dari matanya yang berbinar dan bibirnya yang tersungging lebar. Tak masalah jika ia harus bekerja keras setiap hari karena memang itu keinginannya. Sebuah jalan untuk memanfaatkan kemampuan memasaknya, lagipula ketiga anaknya memang sangat suka makan.

Chanyeol sebagai suami, ayah, sekaligus pengusaha sukses juga tak perlu khawatir. Apa kalian lupa? Chanyeol memiliki seorang sahabat baik yang dapat dipercaya untuk menghandle urusannya, Baekhyun. Chanyeol dan Jieun akan saling bergantian menjaga triplets kecil. sungguh keluarga bahagia.

"Tapi jika kita membuatnya mungkin saja kita akan dapat anak kembar berjenis kelamin perempuan. Benarkan?" Chanyeol terlihat sangat antusias berbeda dengan jieun yang biasa-biasa saja.

"Wae, kenapa wajahmu datar seperti itu?" Tanya chanyeol setelah tidak mendapat respon jieun. "

"Bukannya aku tidak mau oppa, untuk sekarang ini aku hanya ingin mengabdikan hidupku untuk kalin. Lagipula mereka masih cukup kecil untuk memiliki adik", wajah jieun penuh raut keseriusan dalam ucapannya sembari memandang suaminya yang hanya diam saat ia berbicara. Mungkin chanyeol sedang merenungkan apa yang jieun ucapkan.

"..............."

"Apa kau kecewa padaku oppa?" Tanya jieun menebak isi hati chanyeol.

"Aniyo, aku mengerti perasaanmu chagi. Maafkan aku yang hanya bisa memaksakan kehendak tanpa memikirkan perasaanmu" ucap chanyeol sembari menangkup wajah istrinya. Ia mencoba memahami yang jieun rasakan, sebagai seorang wanita yang melahirkan tiga orang anak sekaligus merupakan perjuangan yang sangat hebat. Ia ingat bagaimana wajah letih jieun kala itu dan tangis bahagia menyebar keseluruh penjuru ruangan setelahnya.

"Terimakasih untuk segala pengertianmu oppa".Mata yang masih saling bertatapan memberikan kepercayan satu sama lain hingga akhirnya chanyeol mulai menghapus jarak diantara mereka. Semakin dekat bahkan nafas mereka saling beradu. Hangat. Hingga akhirnya bibir chanyeol terhenti dua centi lagi untuk mendapatkannya setelah suara-suara menggemaskan menyapa gendang telinganya.

"Eomma, beri kami dumpling" suara menggemaskan triplets kecil seketika memecah keromantisan mereka.

"Eoh, kalian belum tidur?" Tanya jieun ketika sudah membalikkan tubuhnya menghadap mereka yang berdiri dengan wajah polos.

"Kami tidak bisa tidur, dumpling tadi membuat kami kembali lapar" jawab daehan mewakili kedua adiknya.

"Uh anak eomma sedang kelaparan, oke kajja eomma akan buatkan". Jieun berjalan kearah dapur dengan diekori triplets kecil yang berjalan terseok-seok khas anak kecil.

"Kalian mengganggu saja" gumam chanyeol namun ia tersenyum setelahnya.

Fin.


Maaf ya buat para penggemar triplets jika ada kesalahan dalam fanfic.
Sebenarnya saya juga penggemar mereka jadi saya pinjam song triplets dari om ill gook deh. Keke maaf ya om....